Violet Greyson Michael dulu pernah menikah dengan seorang pria bernama Leonardo Elgantara. Karena sebuah masalah Violet memutuskan untuk kabur dari Leo dan pindah ke Jepang, seminggu setelah dirinya kabur ia baru menyadari kalau dirinya hamil anak dari Leo.
Awalnya ia berniat mengugurkan kandungannya karena tidak mungkin mampu membiayai anak itu, tetapi ia terlalu sayang pada anaknya hingga akhirnya membesarkan anak itu sendirian, Vio berhasil menjadi Manajer di perusahaan Entertainment dan merubah hidupnya menjadi lebih baik, Vio tidak mau lagi bertemu dengan Leo apapun yang terjadi.
Tanpa Vio ketahui selama lima tahun Vio hilang Leo masih berusaha mencarinya hingga pada akhirnya Leo pergi ke Jepang untuk menjalankan pekerjaannya, takdir berkata lain mereka kembali di pertemukan di keadaan yang tidak tepat.
Leo sedang asik minum di club' bersama sekumpulan perempuan yang ada di dekatnya, membuat Vio semakin yakin kalau meninggalkan Leo adalah keputusan yang baik.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nadia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tidak Ingat
Keesokan paginya tiba-tiba Vio berteriak setelah sadar ia tidur tidak memakai busana, Leo yang tidur di samping Vio seketika bangun dengan wajah panik, ia khawatir terjadi sesuatu pada Vio.
"Apa yang kau lakukan?" Bentak Vio menutupi tubuhnya dengan selimut.
Setelah Leo tahu kalau Vio teriak hanya karena Vio tidur dengannya ia langsung menghela nafas berat, "Kau ini bikin aku kaget saja."
"Apa yang kau lakukan?" Vio masih tidak percaya apa yang telah Leo lakukan padanya, di otaknya pasti Leo semalam memberinya obat atau apalah yang membuat dirinya tidak sadarkan diri.
"Kau marah karena aku berhubungan denganmu semalam? Tidak ingat siapa yang memancingku semalam? Kau sendiri yang datang ke sini," Jelas Leo tidak mau di anggap jelek oleh Vio.
Vio mencoba berpikir sejenak mengingat kejadian semalam, sayangnya Vio hanya mengingat kalau ia minum Wine lalu menyiapkan kue ulang tahun untuk Leo.
"Sialan," Vio menepuk jidatnya sambil menundukkan kepala ke bawah karena malu, sekuat apapun ia berusaha mengingat apa lagi yang ia lakukan semalam ia tidak dapat mengingatnya.
"Sekarang kamu ingat? Lagian siapa suruh mancing-mancing, lagipula kau juga menikmatinya," Lanjut Leo.
Tiba-tiba Vio melemparkan bantal ke arah wajah Leo, "Berisik!" Vio berdiri dengan masih menutupi tubuhnya menggunakan selimut lalu setelah itu ia mengambil semua pakaiannya yang berceceran di lantai dan masuk ke kamar mandi.
Leo memandangi Vio dengan senyuman lebar di bibirnya, apalagi mendengar semua omongan Vio semalam. Itu membuatnya semakin yakin dan percaya diri kalau di hatinya Vio masih tetap ada dirinya, tapi karena Vio tidak mengingat apa saja yang ia bicarakan semalam, Leo berniat merahasiakan itu terlebih dahulu.
Ia akan pura-pura tidak tahu mengenai hal itu.
Beberapa saat kemudian Vio keluar dari kamar mandi dengan wajah cemberut, "Selama apa saja yang aku katakan padamu saat mabuk?" Sebenarnya ia malu menanyakan itu, tetapi ia sangat penasaran.
Leo yang masih telanjang dengan setelah badannya tertutup selimut langsung tersenyum pada Vio, "Yakin kamu ingin tahu?" Ledek Leo menaikkan alis kanannya.
"Dasar, aku akan mengingat-ingatnya sendiri," Vio melempar handuk ke wajah Leo yang sedang meledeknya, kemudian ia pergi untuk membangunkan Alex karena Alex harus ke sekolah sekarang.
Leo tertawa, sambil bersenandung pelan Leo menari-nari ke arah kamar mandi. Setelah selesai mandi Leo menemui Willy untuk memberitahu kabar baik yang telah ia dapatkan semalam, Willy yang mendengarnya ikut senang.
Walaupun dari awal Willy sudah menduga kalau Alex adalah anak kandung Leo, tetapi Leo ingin Vio mengatakan itu padanya dengan keadaan sadar. Jadi Leo dan Willy sedang menyusun rencana agar membuat Vio jujur akan masalah itu, Leo juga mengatakan pada Willy alasan mengapa Vio pergi lima tahun yang lalu.
"Dari awal saya sudah menduga hal itu, tetapi karena tidak punya bukti jadi saya memilih untuk diam saja," Ujar Willy.
"Sudahlah jangan kau pikirkan masalah itu lagi, sekarang kau gantikan Florin sebagai asisten ku di kantor, sebelum aku dapat asisten baru."
"Baik Tuan."
Sementara itu Vio dan Alex sedang sarapan, Leo datang menghampiri mereka. Hari ini ia akan ikut Vio untuk mengantarkan Alex ke sekolah.
"Tidak, aku bisa sendiri," Tolak Vio dengan senyuman sinis di bibirnya.
"Tapi Ma, aku pengen di antar kalian berdua," Alex mengeluarkan senjata pamungkasnya, ia memasang wajah memelas dengan tatapan berbinar memohon pada Vio.
Dan sialnya itu selalu berhasil meluluhkan Vio, "Oke baik, terserah kalian saja," Vio mengalah.
Leo tersenyum sambil saling menatap dengan Alex.
___________
Di perjalanan Vio fokus memandangi jendela mobil melihat mobil-mobil lain yang berlalu-lalang.
"Kau yang di kirim ke Amerika untuk menghadiri acara perusahaan?" Tanya Leo.
"Iya," Balas Vio singkat dan padat tanpa menatap Leo.
"Bagus kalau begitu, kau tidak usah berangkat bersama mereka. Kau ikut saja denganku."
"Tidak, aku ke sana bukan untuk bersama mu melainkan untuk perusahaan."
"Keras kepala sekali kau ini."
Vio seketika menatap ke arah Leo, Leo sempat menatapnya sekilas karena ia harus fokus menyetir.
"Kau tidak sadar diri sekali, kau juga sama keras kelapanya."
"Ma, Pa, kalian berantem?" Tanya Alex dari kursi belakang dengan wajah sedih melihat kedua orang tuanya bertengkar.
Vio seketika menatap ke arah Alex sambil mengelus rambut anaknya dengan lembut, "Tidak, kita tidak berantem."
"Alex minta maaf kalau kalian berantem karena Alex," Mata anak itu mulai berkaca-kaca, ia merasa bersalah karena merasa kalau mereka bertengkar karena dirinya yang terlalu memaksa untuk punya ayah.
"Sayang, kita berdua baik-baik saja, kau tidak usah khawatir," Leo ikut menenangkan Alex sambil menatap Alex dari kaca mobil.
Tidak lama setelah itu mereka sampai di sekolah, Leo menggendong Alex menuju gerbang sekolah sementara Vio memilih untuk menunggu di mobil. Dari dalam mobil Vio menatap kebersamaan Leo dan Alex yang semakin dekat, tanpa sadar Vio tersenyum melihatnya.
"Dah Papa," Alex melambaikan tangannya pada Leo saat sudah sampai.
"Dah, nanti Papa jemput lagi, semangat belajarnya," balas Leo yang juga melambaikan tangannya pada Alex.
Di sana Alex sangat bahagia, karena setelah bertemu dengan Leo ia kini dapat memamerkan pada teman sekelasnya kalau ia juga punya ayah seperti mereka. Alex jadi tidak di bully lagi oleh teman-temannya sekarang.
Saat Leo kembali ke mobilnya, Vio langsung memasang wajah datar.
"Kita ke Mall dulu," Ujar Leo sambil menyalakan mobil.
"Mau apa?" Tanya Vio malas.
"Ikut saja, jangan banyak tanya."
Vio menatap Leo tajam, "Kejadian semalam anggap saja tidak pernah terjadi di antara kita," bentak Vio, ia sudah berusaha mengingat-ingat apa saja yang ia katakan dan lakukan semalam tetapi sayangnya sedari tadi ia tidak dapat mengingatnya sedikitpun membuat kepalanya terasa sakit karena di paksa terus mengingat.
Leo malah terkekeh pelan.
"Jangan ketawa, itu tidak lucu," Vio merengek kesal dengan kelakuan Leo.
"Tapi bagaimana bisa aku melupakan kejadian semalam yang begitu panas itu," Leo terus usil pada Vio.
"Berisik!" Vio menutup kedua telinganya dengan tangan karena tidak mampu mendengar apapun dari mulut Leo tentang kejadian semalam.
Leo malah tertawa lagi, dan terus saja menggoda Vio sampai membuat Vio kesal.
"Sudah cukup Leo! Kalau kau terus membahasnya aku akan kabur lagi dari hidupmu," Ancam Vio.
"Ancaman kau menakutkan sekali, lagipula yang barusan mulai duluan bahas hal itu adalah kamu sendiri, kenapa jadi menyalahkan ku?"
"Ya sudah pokoknya cukup!"
"Oke," Leo malah tertawa kecil.
Vio menepuk kepala Leo pelan, "Jangan ketawa."
"Iya Maaf-maaf ibu bos."
