90 DAYS

Soraya malam itu sedang bersantai di dalam kamar hotelnya. Karena besok sudah mulai bekerja, dia pun menghabiskan malam dengan membuka kembali novel yang tidak sempat habis di bacanya.

Beberapa waktu lalu, sudah hampir dua puluh bab dia buka lembaran buku tersebut. Kali ini dia ingin melanjutkan bacaannya, karena dipikirnya tidak ada pengganggu seorang pun disini.

Bab 21 mulai dia buka, buku novel yang di tunggunya lama itu membuat dia mengkhayal jauh mengenai suami yang berwujud seperti malaikat. Soraya mengkhayalkan tentang Derry saat ini, andaikan Derry bisa seperti tokoh novel Suamiku malaikatku, pikir Soraya pastilah hidupnya akan di hujani kebahagiaan.

"Hus... jangan mengingat Derry lagi!!" ucap Soraya memukul pelan kepalanya.

Waktu sudah hamlir habis, dia tidak ingin kepalanya atau hatinya terus menerus memikirkan seorang suami yang tidak pernah mempunyai hati untuknya.

Bab 21 dalam buku Suamiku malaikatku yang lagi-lagi membuat dia iri, karena panggilan suami kepada istrinya sangatlah romantis.

"Oh.. Dinda," ucap Soraya melayang.

"Siapa itu??" tanya Soraya terkejut mendengar ketukan pintunya yang begitu kuat.

Soraya pun berpikir, kalau itu adalah staf hotel yang mengantarkan makan malamnya, pikir Soraya dia pun segera berjalan menuju arah pintu untuk membukakan pintu tersebut.

"Hai.." ucap suara gagah itu.

Mata Soraya berulang kali di kedipkan tampak tidak percaya saat ini, kembali lagi Soraya memukul kepalanya seolah apa yang dia lihat hanyalah ilusinya semata.

"Stop Soraya!!" bentaknya sendiri.

"Raya!!" ucap Derry bersuara keras.

"Ini bukan ilusi??" ucap Soraya melototkan matanya sambil menekan pipi Derry dengan satu jari telunjuknya.

"Ha..apa?? ngapain kau disini??" tanya Soraya terkejut dan mulai sadar bahwa yang di lihatnya benar-benar Derry.

"Ngapain?? menemui istriku!!" bentak Derry.

Soraya ingin menutup pintu tersebut, dengan sekuat tenaga dia mendorong dari dalam ingin menutup pintu, namun sayangnya Derry lebih kuat dari dirinya.

"Jangan menghindar!!" ucap Derry sambil menolak dan tubuhnya sudah masuk setengah.

Soraya pun terpaksa tidak bisa melawan lagi, mau diikutkan juga di bakal kalah dengan tenaga Derry. Tubuh dengan tinggi 185 itu sangat sulit untuk di kalahkan, pikir Soraya.

Derry pun masuk dengan hanya membawa dirinya sendiri. Dia tidak membawa koper atau pun tas kecil, dia benar-benar membawa sehelai pakaian dan sehelai celana.

"Huh.... menyenangkan!!" ucap Derry melompat ke tempat tidur dan dia merentangkan tangannya di sana.

"Kenapa kau ke sini Derry??" tanya Soraya kembali.

"Menjenguk istriku," ucap Derry singkat.

Lalu tangan kiri Derry tiba-tiba tampak memegang satu benda yang terletak di tempat tidur tersebut. Ya! aku Derry menemukan buku novel yang tidak di sukainya itu.

"Raya! kenapa kau masih membaca cerita jelek ini!!" bentak Derry.

"Derry, aku menyukai ceritanya!!" ucap Soraya membantah.

"Aku tidak bisa menjadi malaikat," ucap Derry.

"Kalau kau tidak bisa menjadi malaikat, setidaknya kau jangan jadi setan!! jadilah manusia sesungguhnya, manusia yang memiliki hati nurani!!" sindir Soraya keras.

"Apa aku benar tampak seperti setan??" ucap Derry seolah bertanya.

"Ya!!" jawab Soraya singkat.

"Berarti aku selalu bisa menghantuimu..." ucap Derry sambil menghadapkan kepalanya ke leher Soraya.

Soraya pula langsung menepis Derry tersebut. Soraya mengambil bukunya kembali yang sedang di pegang oleh Derry, Soraya mulai duduk di pinggir ranjang dan kembali membuka buku tersebut.

"Raya.. kau tidak memelukku sama sekali??" tanya Derry kali ini posisinya sudah berada di atas paha Soraya.

Tanpa meminta izin, Derry berbaring di atas paha Soraya tersebut. Derry seolah meminta perhatian kepada Soraya, kali ini Soraya malas untuk menjawab apa yang di tanyakan Derry tersebut.

Raya terus saja membuka lembaran buku yang dia sukai tersebut. Derry tampak begitu kesal, dia pun mengambil buku itu kembali dari kedua tangan Soraya saat ini.

"Derry!! sini bukuku!!" teriak Soraya.

"Nggak mau!!" ucap Derry mengangkat buku tersebut.

"Derry, tolong sini bukuku," ucap Soraya memelas.

"Kalau monta tolong harus ada upahnya dulu...." ucap Derry sambil memuncungkan bibirnya.

"Apa upahnya!!" ucap Soraya dengan malas.

"Ayo sini," ucap Derry membuka kedua tangannya.

"Apa!!" bentak Soraya.

"Peluk aku dong," ucap Derry tersenyum lebar hingga kedua lesung pipi itu benar-benar menjadi bolong.

Pesona Derry memang tidak bisa di elakkan lagi, tubuhnya atletis, rambutnya hitam rapi ke belakang, bahkan pipi pula seperti bintang hollywood yang terkenal itu.

Kali ini Derry mulai lagi menjahili istrinya, dia tak sanggup menahan rindu walau hanya sebentar. Lalu, bagaimana nanti, jika dia benar-benar akan menceraikan Soraya dan menikahi Fanni. Apa aku akan sanggup?? ucap Derry di dalam hatinya.

"Mmmmmm," suara Soraya sengaja di kuatkannya, sama hal seperti pelukannya dengan Derry saat ini.

"Raya... kau ingin membunuhku," ucap Derry kembali.

"Hahah... iya," jawab Soraya geram.

"His... dasar penyihir jahat," ucap Derry sambil membalas pelukan itu.

"Biarkan saja aku penyihir, aku sudah memelukmu, kembalikan bukuku!" ucap Soraya lagi.

"Harga buku ini mahal, maka upahnya juga harus mahal," ucap Derry lagi.

"Derry... apalagi yang kau inginkan!!" ucap Soraya marah.

"Kau Raya, kau.."

"Apa.." ucap Soraya.

"Aku menginginkanmu!!" ucap Derry di telinga Soraya saat ini.

Jika sudah Derry mengatakan hal seperti ini, Soraya sudah tahu arahnya akan kemana nanti, lagi pula wajah Derry sudah sampai di lehernya lagi, bahkan bibir itu sudah menggigit dengan pelan.

"Derry.." rintih Soraya ingin menolak namun tubuh tidak sejalan.

Derry tampak terus saja bermain disana, tangannya sudah berkeliaran sampai ke dalam baju Soraya saat ini. Favorit Derry adalah kedua bukit kenyal itu yang sering di mainkannya biasa sebelum tidur.

Soraya mulai terlayang entah di mana, Derry pula semaki saja menambah gairahnya kepada Soraya. Tidak menunggu lama lagi, aset kebanggaan itu pun sudah tegak ingin menyapa Soraya yang selaku bisa membuatnya berdiri.

"Hmm sayang.. dia merindukanmu," ucap Derry kali ini memopong Soraya hingga ke tepi ranjang.

Soraya pun terduduk di tepi ranjang, dia terlihat membuka kedua kaki putihnya tersebut. Bentuk segitiga merah jambu itu membuat mata Derry tidak melirik ke arah mana pun.

Langsung saja Derry mulai menunjjukkan keahlianny kembali. Padahal ini sudah tidak diinginkan Soraya lagi. Detik-detik mereka ini hanya ingin Soraya lupakan, bukan malah menambah kenangan.

Derry tersenyum puas ketika melihat Soraya hanyut dalam permainannya, dia tampak semakin menjadi-jadi saat ini. Semua baju yang hanya di pakainya sehaelai itu langsung di hamburkan kemana-mana.

Tampaknya Soraya kalah kembali dengan Derry tersebut. Ketika permainan sedang berada di tengah kenikmatan, ponsel Soraya berdering kuat beberapa kali.

Soraya tidak bisa merespon apapun saat ini, kecuali kenikmatan yang masih di berikan Derry kepadanya saat ini.

Jangan lupa kasih vote dan gift ya readers!!

\*\*\*\*\*