Tidak ada gadis yang mau menikah dengan lelaki beristri, apalagi dalam keterpaksaan ibu tiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitri Arip, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32 Daniel curiga.
Wulan berlari menyusul Daniel, ia terus berteriak memanggil sang suami yang tak berhenti berjalan.
"Daniel, tunggu?"
Berlari tergopoh gopoh, sampai dimana Wulan menabrak punggung Daniel yang tiba tiba saja berhenti di depan matanya, Wanita berambut panjang itu kini terjatuh ke atas lantai.
Sontak Daniel yang melihat istrinya terjatuh, hanya menatap sekilas, seakan tak peduli pada istrinya itu.
"Daniel, kenapa kamu malah diam saja? Bantu aku berdiri?"
Daniel melanjutkan langkah kakinya, ia melihat jarum jam pada tangannya, pukul tiga sore, ada janji yang harus ia tepati.
"Daniel."
Duduk di atas lantai, teriakan Wulan beberapa kali tak digubris. "Sialan, kenapa sih dengan dia."
Wulan berusaha bangkit, ia menghampiri Sarla. Karena Daniel yang sudah pergi karena tak mempedulikannya lagi.
"Sarla, Sarla. Dimana kamu?"
Wulan menghampiri Sarla yang berada di kamar, melihat wanita itu tengah membereskan cadarnya.
Wulan datang tanpa mengetuk pintu, menarik kerudung Sarla," Ahk, sakit."
Meringis kesakitan, Sarla berusaha melawan, tapi tenaga Wulan begitu besar. " Rasakan ini, hah. Siapa suruh kamu hadir dan merusak rumah tanggaku bersama Daniel, kamu ini hanya dibutuhkan setelah melahirkan seorang anak dan dibuang begitu saja. Ingat jangan terlampau batas, sampai mau merebut Daniel dari kehidupanku. "
Melepaskan Sarla, mendorong kepalanya hingga mengenai cermin. Sarla terlihat lemah, ia hanya bisa menahan rasa sakit akibat jambakan Wulan.
"Nangis, ayo keluarkan air matamu itu. " Wulan semakin menjadi jadi, sedangkan Sarla hanya diam, ia tahu bahwa di kamarnya ada CCTV, biarkan nanti Daniel melihat kelakuan istrinya.
"Kenapa anda ketakutan sekali, jika anda memang mencintai suami anda seharusnya anda mengandalkan hati bukan emosi. Percaya akan kesetianya," Balas Sarla, membenarkan kerudung yang sudah dirusak Wulan.
"Heh, jangan suka menasehati aku ya. Sekali lagi aku peringatkan kamu, jika kamu berani membuat hati Daniel luluh kepelukanmu, aku tidak akan tinggal diam, kamu tahu itu." Ancam Wulan. Sarla hanya menggelangkan kepala, melihat ketakutan Wulan yang begitu berlebihan. Wulan mendorong kembali Sarla, " Ini baru permulaan jika kamu macam macam awas saja." Tak bisa mengontrol diri, pada akhirnya Wulan pergi dari kamar Sarla.
Namun.
"Wulan?" Beraninya Sarla menyebut nama Wulan terang terangan, membuat wanita itu menghentikan langkah kakinya, membalikkan badan menatap ke arah Sarla.
"Berani kamu menyebut namanku!" Jawaban Wulan, membuat Sarla menundukkan wajah.
"Tentu, karena kita sama sama istri Daniel, ya walau pun saya tahu. Jika saya ini hanya dibutuhkan untuk membuat seorang anak saja, saya sadar diri," ucap Sarla, sedikit terdengar membuat kekuatiran pada diri Wulan.
"Sudah jangan terlalu mengharapkan jika kamu istri Daniel, karena level kita jauh berbeda, jika kamu sadar diri kenapa kamu tidak mundur dari pernikahan ini," balas Wulan, meminta Sarla untuk mengugat suminya itu.
Sarla hanya diam, menundukkan wajah.
"Sudah aku duga kamu pasti akan diam membisu saat aku berkata seperti itu," ucap Wulan, membalikan badan menatap ke arah Sarla, ia melipatkan kedua tangannya.
Melangkah untuk semakin dekat ke arah Sarla," Apa karena kamu membutuhkan uang, jadi kamu menjadi wanita murahan?" Pertanyaan Wulan, membuat Sarla berusaha menahan diri agar tidak marah.
Tangan Wulan, kini menepuk bahu Sarla dan berkata," Sudahlah, aku tahu semuanya. Jadi aku ingatkan kamu sekali lagi, jangan terlalu mengharapkan suamiku."
"Anda tenang saja, saya tidak akan mengharapkan suami anda." balas Sarla kini angkat bicara.
"Bagus kalau kamu sadar diri, tolong jaga hatimu itu agar tidak memedam rasa cinta pada suamiku," ucap Wulan, terus menerus memberi peringatan.
"Saya hanya penasaran pada anda, kenapa bisa suami anda ingin menikah dengan wanita lain yang jelas jelas anda masih bisa melahirkan seorang anak?" tanya Sarla, berusaha meredamkan emosi Wulan.
"kamu tidak usah tahu masalahku, aku berharap kamu bisa menepati janjimu, bagaimana pun Daniel miliku selamanya!" tegas Wulan.
Wulan kembali melangkahkan kakinya, ia ingin segera pulang.
Di dalam kamar yang terkesan mewah ini, Sarla hanya menatap wajahnya, membuka cadar. Cermin itu mempelihatkan wajah putih bersih dan bercahaya Sarla, ia tersenyum dan menyebuh hasbi Allah.
"Perkataan Wulan itu benar, sebisa mungkin aku harus menjaga hatiku agar tidak terperangkap akan cinta. Tapi kenapa wanita bernama Wulan itu kadang membuat aku kesal, apalagi tadi dia menghina ibuku, hah, hampir saja aku bepikiran jelek, tapi ternyata itu hanya emosi sesaatku saja. "
******
Di dalam mobil, Wulan mengigat perkataan Sarla, " Ternyata wanita bernama Sarla itu, dia anak baik. Hah, apa karena aku terlalu cemburu dan ketakutan, sampai berani menghina ibunya, harusnya aku tahan dulu perkataanku. Agar terlihat baik di depan Daniel, tapi sekarang, aku benar benar bodoh." Gumam hati Wulan.
Menenangkan pikiran," Bisa saja itu hanya kedok belakang, berpura pura baik di depanku. Pokonya aku tak boleh lengah. Kita tak pernah tahu sifat asli wanita itu seperti apa?"
Wulan berusaha menghubungi Daniel, berharap jika suaminya itu mau mengangkat panggilan telepon dari istrinya.
"Ayo angkat Daniel, kamu ini kenapa sih?"
Wulan ingin sekali melemparkan ponselnya, karena Daniel tak mengangkat panggilan teleponnya dari tadi.
Sampai di rumah, Alenta melihat menantunya itu pulang dengan wajah cemberut.
"Wulan, kamu kenapa?"
Pertanyaan Alenta, kini dijawab olehnya." Wulan tak kenapa kenapa kok, bu!"
"Tapi wajah kamu?"
Wulan pergi dari hadapan mertuanya, ia berjalan menuju ke kamar tidur, merasakan bertapa sakit hatinya ia, ketika Daniel seakan tak mempedulikannya lagi.
"Hah, saat aku merasakan rasa kesal pada suamiku, selalu ada Angga di sampingku, tapi sekarang, lelaki itu berhianat. Dasar baj*ng*n."
Wulan mengerutu kesal dirinya sendiri di dalam kamar.
*******
Sedangkan Daniel bertemu dengan seorang teman bernama Alex, ia mencoba menyuruh temannya itu, untuk mencari mobil Wulan yang sudah hilang.
Dan ada rasa curiga pada diri Daniel, tentang kasus hilangnya benda berharga milik Wulan, seakan ada suatu drama yang dibuat buat.
"Lu bisa bantu gue?"
Pertanyaan Daniel kini di jawab oleh Alex dengan senyuman hangat.
"Tentu saja, asal bayarnya memadai!" jawab Alex tentulah membuat Daniel tak menjadikan masalah, akan uang yang diminta Alex.
"Berapapun akan gue bayar," ucap Daniel, membuat Alex mengajak Daniel bersalaman, karena mudah baginya mencari barang yang hilang.
Beberapa kali panggilan telepon dari Wulan dibiarkan begitu saja oleh Daniel.
"Ada apa lagi si Wulan ini, dia pasti hanya ingin memarahi aku saja." Gerutu Daniel.
Wulan kini mengirim pesan, (Sayang, kenapa kamu tidak mengangkat panggilan teleponku.)
Daniel tidak membalas pesan Wulan sama sekali, hingga akhirnya ia menyadari kesalahanya, karena tak mau rumah tangganya dan Daniel hancur. (Aku minta maaf)
Mendengar kata maaf pada akhirnya, Daniel membalas pesan dari sang istri. (Sudah aku maafkan, sekarang aku banyak urusan.)
Betapa senangnya pesan Wulan dibalas oleh Daniel. ( urusan apa?)
(Kebetulan sekali, aku menyuruh sahabatku untuk mencari pencopet yang merampas barang barang berharga kamu.)
Deg .... Senyuman pada bibir Wulan kini hilang begitu saja, setelah membaca pesan Daniel.
"Gimana ini." Mengacak rambut, Wulan seakan frustasi, ia takut jika Angga tertangkap.
"Ahk, aku harus apa."
Memikirkan cara agar Daniel tidak melakukan pencarian tentang pencopet itu.
"