NovelToon NovelToon
Belahan Jiwa Fabio

Belahan Jiwa Fabio

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Crazy Rich/Konglomerat / Teen School/College / Keluarga / Romansa / Trauma masa lalu
Popularitas:8.5k
Nilai: 5
Nama Author: Trilia Igris

Fabio yang merupakan seorang ayah, namun ia tak mengakui keberadaan putrinya karena kepergian sang istri tepat setelah melahirkan. Kebencian terhadap sang anak membuatnya menjadi pribadi yang tertutup. Bahkan ia menutup diri dari dunia luar hanya karena ingin melupakan segala kenangan ketika bersama istri yang ia anggap sebagai belahan jiwanya.

Siapa sangka, hatinya mulai terbuka dan berpikir jika belahan jiwanya bukan hanya mendiang istrinya, tapi juga anak yang merupakan darah dagingnya.
Hingga waktu bergulir, Fabio yang menua, dan putrinya yang beranjak dewasa, akankah keduanya dapat bersama sebagai keluarga kecil yang semestinya?


IG: triliaigris

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Trilia Igris, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 11. Keputusan, dan ucapan istimewa.

3 hari sudah Febby terbaring di ranjang rumah sakit. Dan 3 hari utu pula Fabio tak menjenguknya. Meski Sammy beberapa kali meyakinkan Fabio tidak seburuk yang Febby pikir, namun melihat kenyataan Fabio yang tak menemuinya, Febby semakin yakin jika Fabio benar-benar menganggapnya sudah mati.

"Hai sepupu!" Sapa Keen saat membuka pintu. Febby hanya melambaikan tangan dengan senyum tipis menghiasi wajah pucatnya.

"Mana Aunty Laluna?" Tanya Keen selanjutnya.

"Ke butik." Jawab Febby seraya memejamkan matanya.

"Ohh." Hanya begitu tanggapan Keen yang tak ingin mood Febby menjadi berantakan.

"Hei Feb. Jadi bagaimana keputusanmu?" Keen kembali bertanya setelah suasana hening beberapa saat.

"Tentang apa?"

"Apa kau akan tinggal dengan--"

"Aku belum memikirkan itu Keen. Sekarang aku hanya ingin cepat pulih saja. Kasihan Aunty. Dia bolak-balik ke butik, lalu ke sini untuk merawatku." Febby menyela sebelum Keen benar-benar menyelesaikan ucapannya.

"Kakek menawarkan seorang pelayan kan untuk merawatmu?"

"Kau pikir aku akan menerima tawaran itu, Keen? Dari bayi aku dirawat oleh Aunty. Tidak sembarang orang yang paham tentang aku. Apa yang aku suka, dan apa yang aku tidak suka. Saat sakit, hanya Aunty yang tahu aku harus makan apa, dan aku tak boleh makan apa. Seharusnya kau dan keluarga besarmu itu paham sampai sana." Jelas Febby berhasil membungkam Keen seketika. Sikapnya lebih acuh dari sebelumnya. Semula terasa hangat, kini terasa lebih dingin dari orang dingin yang pernah Keen temui. Senyum manis yang menjadi favorit teman-teman di sekolahnya, kini hilang entah kemana.

"Selama 16 tahun aku dianggap sudah mati oleh Papaku sendiri. Jadi aku tak berhak berada di dalam keluarga Arvasatya, meskipun ada pada namaku."

"Kakek tidak berpikiran begitu Feb. Kalau kamu kecewa pada Uncle Fabio, silahkan! Tapi jangan ikut membenci keluarga besar. Ini semua terjadi karena kesalahpahaman Aunty mu dan keluargaku. Kakek mengakui kalau ini semua murni kesalahan Uncle. Bahkan sekarang, Uncle tengah dihukum oleh Kakek." Mendengar penjelasan Keen kali ini, Febby tertawa geli dan menggeleng tak habis pikir.

"Seperti anak kecil saja dihukum. Yahh palingan biasanya diambil saham saja, iya kan? Atau di cabut fasilitas yang Papa pakai. Termasuk perusahaan." Dan kali ini giliran Keen yang tersenyum menanggapi tebakan Febby.

"Tidak. Kakek menghukum Uncle lebih parah dari itu. Kalau kau ingin tahu, kau bisa melihatnya di kamar sebelah." Sontak mata Febby membulat sempurna. Ia terkejut sekaligus heran mengapa Ayahnya berada di kamar sebelah? Dengan tanpa sadar, kakinya turun dari ranjang, dan Keen sigap membantu Febby yang mungkin mendadak khawatir pada Fabio. Langkahnya masih tertatih saat Keen memboyongnya ke luar ruangan.

Dengan ragu, Febby membuka pintu berwarna putih itu secara perlahan dan Ia mendadak lemas seketika saat melihat sang ayah tengah terbaring lemah. Semula kakinya yang tertatih lemas, kini mendadak kuat dan Febby berlari menuju Fabio yang masih terlelap.

"Papa!" Pekiknya meraih wajah Fabio. Walau bagaimana pun, Fabio tetaplah ayah kandungnya. Awalnya membenci, sekarang merubah iba melihat keadaan Fabio yang penuh luka memar di bagian wajah, dan tubuhnya lebih dingin dari suhu tubuh Febby sendiri.

"Papa. Bangun Pa... ini Febby." Rengeknya mencoba mengguncangkan tubuh Fabio. Terlihat alisnya mengkerut dan matanya mulai terbuka. Fabio melirik Febby dengan perlahan, dan terlihat senyum tersimpul di bibir Fabio.

"Sudah sembuh?" Tanya Fabio ditanggapi tangisan pilu oleh Febby.

"Papa kenapa?" Hanya pertanyaan itu yang dapat Febby lontarkan. Ingin sekali Ia bertanya apakah Fabio sudah menganggapnya ada?

"Tak apa! Papa hanya kecelakaan sedikit." Keen mengernyit, mengapa Fabio tak jujur jika semua luka itu akibat hukuman dari Emran? Semenjak Febby masuk rumah sakit, dan sepulang Emran menjenguk, Emran mengirim bawahannya untuk membawa Fabio dan menahan Sammy agar tak membantu Fabio saat itu. Dimana, Fabio habis dipukuli tanpa perasaan di depan seluruh keluarga kecuali Aracelly, dan Ia di siram oleh air es, lalu dibiarkan di luar rumah sampai kedinginan dengan di ikat pada sebuah kursi. Bahkan dokter mengatakan jika Fabio sudah memasuki gejala hipotermia. Jika terlambat menangani, bisa dipastikan Fabio akan mati. Emran sempat berniat mengambil semua aset Fabio, namun Reindra tak menyetujuinya. Karena ini terjadi atas kesalahpahaman saja. Dan biarkan Fabio diampuni tanpa harus menghukum lebih parah.

"Selamat ulang tahun, Nak!" Lirih Fabio meraih kepala Febby yang semakin pilu menangis di dekapannya.

"Papa kemana saja?" Pecah sudah tangis Febby yang semula tak ada suara, kini terdengar memekik telinga. Fabio tahu jika tangisan itu telah Febby tahan selama bertahun-tahun.

"Hangat." Lagi, Fabio melirih saat Ia memeluk erat kepala Febby. Di saat keduanya tengah melepas rindu, terdengar suara Laluna yang tengah kalap di luar ruangan. Keen segera menghampiri Laluna dan memberitahu jika Febby bersama Fabio.

Laluna perlahan masuk dan mendapati pemandangan yang mungkin Ia inginkan selama ini, dan juga tidak. Ingin sekali Laluna menarik Febby dari dekapan Fabio, namun Ia tak cukup berani melakukan hal itu. Febby memang keponakannya, namun Febby adalah anak kandung Fabio. Jika dilihat dari mana pun, Fabio lah yang berhak atas hak asuh Febby.

...****************...

Setelah 5 hari lamanya Febby terbaring di rumah sakit, akhirnya Ia bisa menghirup kembali udara segar. Dan hari ini pula, Ia harus memberikan jawaban atas permintaan Fabio untuk tinggal bersamanya. Beribu kali Febby memikirkan hal ini, dan Ia tak kunjung mendapatkan jawaban.

"Kalau kamu masih bingung, kamu boleh menginap dulu di rumah Papa kamu untuk beberapa hari, setelah itu baru kau putuskan ingin tinggal dimana." Ujar Laluna memberi saran.

"Tapi, Aunty akan sendirian." Kalimat mengharukan bagi Laluna, yang membuat dirinya semakin berat melepas Febby untuk tinggal bersama keluarganya.

"Itu konsekuensinya. Lagi pula, Aunty tak mungkin sendirian terus, kan? Aunty juga akan menikah nanti. Ya... entah kapan?"

Benar, Febby mulai berpikir jika Laluna harus segera menikah. Karena tertundanya rencana pernikahan Laluna 6 tahun yang lalu pun karena dirinya yang masih butuh sosok Laluna. Meski memang mereka akan tetap tinggal bersama, namun Laluna masih khawatir akan Febby yang belum terjamin kebahagiaannya jika Ia menikah.

"Ya sudah Aunty. Nanti aku pikirkan lagi. Aunty jangan khawatir padaku lagi ya! Kalau Aunty mau menikah, menikah saja. Sekarang aku ada Papa. Maaf ya Aunty. Gara-gara Aunty rawat aku, Aunty belum juga menikah sampai sekarang."

"Eh... kamu bicara apa? Aunty belum menikah ya karena belum waktunya. Bukan salah kamu." Ujar Laluna seraya mencubit hidung Febby.

"Aduh sakit Aunty. Ini masih linu." Rengek Febby merajuk manja.

"Siapa suruh nabrak pintu?"

"Eh ini salahnya si Qinara ya! Dia cemburu sama aku gara-gara dekat sama Keen. Padahal Keen waktu itu udah tahu kalau aku sepupunya. Si Qinara aja yang cari masalah." Sanggah Febby dengan begitu kesal.

"Nona. Mobil sudah siap. Mau saya antar langsung ke rumah, atau mau mampir ke kediaman Tuan dulu?" Dengan sopan, Sammy memperlakukan Febby seperti putri kecilnya yang dulu.

"Febby mau ke rumah Papa, Om." Jawab Febby membuat Sammy mematung seketika. Ia tak percaya jika akhirnya Febby mau menginjakkan kaki di rumah Fabio. Sementara sesaat setelah insiden kecelakaan di kamar itu, Febby bersikeras tak ingin berurusan lagi dengan Fabio.

...-bersambung...

1
@Biru791
cemungutt up
@Biru791
apakah sammy penghianat soal nya d akrab ama miranda
Ambo Nai
kapan Fabio tau kelakuan busuk Miranda.
Trilia Igriss: Ikuti terus ceritanya ya kak😊
total 1 replies
@Biru791
dah lama blm up
@Biru791
cemungutt up yaa msih ada aku nungguin up nya
Trilia Igriss: Siap kak. Ikuti terus ya😊
total 1 replies
Ambo Nai
kapan miranda kebohongan Miranda terbongkar.pabio mau diadu domba sama anak jalang .
Trilia Igriss: Ikuti terus ceritanya ya kak. Jangan lupa jempolnya juga😉
total 1 replies
Ehra Waty AR
lanjut thor
Trilia Igriss: Siap kakak🥰
total 1 replies
@Biru791
cemunguttt rajin up yaa
Trilia Igriss: Makasih kak. Tunggu bab terbarunya ya! 🙂
total 1 replies
@Biru791
thour kmu kemna blm up lagi
@Biru791
blm ada up lgi
@Biru791
belum up lgi
LISA
Aq mampir Kak
Trilia Igriss: terima kasih kak🙂
total 1 replies
@Biru791
hari ini blm up
@Biru791
cepett upp lgii
@Biru791
cemunguttt upp
Capricorn 🦄
.
@Biru791
cemngutt upp
Trilia Igriss: Asiaaapppp.
total 1 replies
Aulia putri©®
penulisan nya rapi gak bikin pusing pas dibaca
Trilia Igriss: Boleh kak boleh😊
Aulia putri©®: ku follow deh moga aja difollback/Slight/
total 3 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!