Aldan harus menuruti kemauan sang Ayah untuk menikahi musuh abadinya dimulai dari masa SMA. Menikahi Alya tidak pernah terbayang dalam benaknya, terlebih lagi umurnya yang masih terlalu muda untuk menjamah sebuah hubungan pernikahan.
•
"Yang benar saja, Ayah.. Aku harus menikahi gadis tantrum itu?" Tanya Aldan sembari menunjuk ke arah Alya yang menatap nya tajam.
"Yaelah, aku nggak akan tantrum kalau Lo nggak ganggu!" Lawan Alya tak mau kalah.
SEASON 2 Cerita ini=→Istri Dadakan Om Duda
~~~
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Haasaanaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PDAS~~~Chapter 30
Suntik penenang membuat Alya tersadar tepat di esok paginya. Mata Alya masih setengah terpejam bahkan meringis karna merasakan kepalanya yang sangat sakit. Alya membuka mata sempurna kala melihat kearah samping, dimana ada Aldan yang tertidur di kursi sembari memegang tangannya.
Alya terdiam, ia seperti melupakan suatu hal penting yang terjadi dalam hidupnya. Alya berusaha untuk mengingatnya, tapi yang ada kepalanya semakin sakit. Pelan-pelan tangan Alya berusaha memegang kepalanya sendiri, tapi ia tidak bisa terlalu lemah.
“Aldan..” Alya memanggil dengan suara yang sangat melemah, hanya purau kemungkinan tidak akan membangunkan Aldan dari tidurnya. “Aldan..” Alya memanggil lagi.
Tangan Alya yang dipegang Aldan sengaja Alya gerak-gerak kan agar sang empu sadar. Dan benar saja Aldan langsung tersadar, ia terkejut melihat Alya yang sudah terbangun dari tidur panjangnya.
“Alya.. Kau sudah bangun?”
Alya mengangguk, ia mengatakan.. “Haus..” Cepat-cepat Aldan langsung mengambil air minum yang ada di nakas sebelahnya. Lalu membuat bed pasien Alya menjadi sedikit terduduk. Barulah Alya bisa minum dengan nyaman, bahkan segelas air minum itu cepat kali habis.
“Wah.. Haus banget yaa..” Puji Aldan kepada Alya yang hanya diam dengan tersenyum tipis. Sepertinya Alya benar-benar lupa dengan hal yang sudah terjadi.
“Aldan, aku kenapa?” Tanya Alya kepada Aldan yang sedang merapikan rambutnya yang berantakan. “Aku merasa seperti ada sesuatu hal penting yang aku lupakan, tapi.. Berusaha aku mengingatnya kepalaku semakin sakit saja.”
“Ah itu.. Tiba-tiba saja kau jatuh pingsan di sekolah, jadi aku langsung membawamu ke Rumah Sakit ini.” Aldan menjawab dengan kebohongan, karna itu yang dianjurkan dokter.
“Begitu?”
“Ya, akibatnya aku dan kau tidak bisa ikut acara perpisahan sekolah hari ini.” Kata Aldan, sontak Alya langsung terkejut sempurna. Ia menatap tak percaya Aldan yang menampilkan wajah pura-pura kesal.
“Maaf, kau boleh pergi.. Aku bisa menjaga_”
“Tidak akan, aku tidak mau dimarahi Ayah dan bunda nanti. Karna kau itu pengadu..” Ucap Aldan sembari menjitak dahi Alya. Sudah pasti Alya langsung meringis kesakitan, ia berusaha membalas Aldan tapi cepat sekali pria itu menghindar.
Alya menatap kesal Aldan yang sedang sibuk menyiapkan sarapan untuknya. Bubur dari Rumah sakit masih sangat panas, dengan telaten Aldan meniupnya agar cepat dingin.
“Hem, Aldan..” Panggil Alya lagi, ia tidak melihat seperti ayah dan ibunya sekarang.
“Ada apa, istriku?”
Sontak Alya langsung merasa geli, panggilan Aldan sungguh menganggu. “Apaan si?!”
“Kan emang benar kau istriku, Alya Dexter?”
“Iya si, tapi aku nggak suka kau memanggil istriku begitu!” Alya protes, Aldan hanya tertawa kecil saja. “Hem, dimana Ayah dan Ibu?” Tanya Alya kepada Aldan yang baru saja memberikan mangkuk bubur ditangannya.
“Kenapa mereka tidak melihatku? Apa sibuk lagi? Hem, astaga.. Aku emang tidak mengerti dengan kesibukan Ayah, selalu saja begini.” Alya mengeluh kepada Aldan yang tidak berkata apapun.
“Mungkin masih di perjalanan, cepatlah makan..” Aldan membantu dengan menyuapi Alya, tentu saja Alya makan dengan lahap. Ia tersenyum tipis karna heran melihat perhatian Aldan kali ini. Biasanya pria itu hanya tau mencari ribut dan membuat Alya kesal, tapi kali ini Aldan sungguh berbeda.
~
Aldan pamit untuk keluar dari ruangan Alya sebentar, karna Aslan tiba-tiba saja mengajak bertemu di sekitar Taman Rumah Sakit. Aldan menitipkan Alya dengan salah satu perawat, karna ia tidak tega meninggalkan Alya seorang diri.
Di Taman Aldan dan Aslan duduk bersebelahan di bangku Taman. Aslan terlihat hancur sekali mungkin karna kehilangan sahabat terdekatnya yaitu Reygan.
“Bagaimana dengan keadaan menantu ayah?” Tanya Reygan kepada sang putra.
“Alya sudah lebih baik, Ayah.. Hasil untuk menghilangkan separuh Ingatannya tentang kejadian kemarin juga sudah berhasil. Dia memang tidak ingat apa-apa lagi sekarang, dan sudah kembali seperti awal.” Jelas Aldan kepada sang ayah yang mencerna dengan baik setiap penjelasan nya.
“Reygan dan Dara sudah kami makamkan bersebelahan, segala berita yang sempat menyiarkan juga sudah kami hentikan. Sekarang tinggal mengatakan ini semua kepada Alya, kita harus pelan-pelan mengatakannya.” Ungkap Aslan.
“Begini, Aldan.. Katakan pelan-pelan dengan menantu, katakan jika Reygan dan Dara mengalami kecelakaan mobil. Setidaknya katakan ini dulu sambil memulihkan semua psikologisnya.” Saran dari Aslan sebenarnya membuat Aldan ragu.
“Aku yakin, suatu saat nanti jika Alya mengetahui semua ini.. Alya tidak akan berpikir picik, dia anak yang bijak.” Timpal Aslan yang semakin membuat Aldan menjadi ragu. Tapi, disebalik hati ini semua demi Alya. Aldan mengangguk mantap, ia akan mengatakan hal yang seperti ayah nya sarankan.
“Kau adalah suami Alya sekarang, Nak.. Hanya kau yang dia punya, kalau bisa dan lebih tepatnya.. Ayah berharap, semoga kau bisa menganggap nyata pernikahan kalian.” Nasehat dari Aslan membuat Aldan terdiam dengan pikirannya sendiri.
••
“Lama sekali?” Tanya Alya kala Aldan baru saja masuk, pria itu tersenyum tipis kepada Alya yang sepertinya baru saja selesai mandi.
“Ah iya, dimana ayah dan ibuku?” Tanya Alya lagi, kali ini ia seperti akan menuntut terus jawaban dari Aldan.
Aldan menggenggam erat tangan Alya, ia menatap intens sang istri yang kemarin baru saja mengalami hidup dan mati. “Hem aku akan mengatakan yang sebenarnya, berjanjilah untuk tidak menangis, oke?”
“Oke!” Cepat sekali Alya berjanji, kemungkinan ia sudah tidak sabar menantikan apa yang akan dikatakan Aldan.
Aldan menarik napas dalam-dalam. “Ayah Reygan dan Ibu Dara, mengalami kecelakaan mobil kemarin.” Ungkap Aldan yang membuat Alya terdiam lama. Seperti tidak percaya tapi kala melihat ekspresi wajah Aldan seperti sedang tidak bercanda.
“Benarkah? Kapan?” Tanya Alya yang berusaha untuk tetap tenang, padahal yang sebenarnya ia ingin berteriak kencang. Alya menahan air matanya yang akan jatuh, ia menahan semua rasa kesedihan yang menyesak didadanya.
“Kemarin, hal itu membuat mereka meninggal dunia..” Ungkap Aldan lagi, pecah sudah tangis Alya. Bahkan Aldan langsung memeluk erat Alya, hingga Alya menangis kencang dalam pelukan Aldan. Ia tidak bisa berkata apapun kecuali menumpahkan segala rasa sakit didalam pelukan sang suami.
Aldan juga ikut sedih, ia berusaha menenangkan Alya. Jujur, Aldan tidak sanggup melihat kerapuhan Alya kali ini. Aldan rindu dengan masa indah mereka, dimana hanya ada perdebatan sepanjang hari. Tidak seperti ini, Aldan tidak tahu.. Apakah Alya akan tetap bisa hidup menghadapi kenyataan pahit itu nanti?
Aldan melera pelukannya, ia menyeka air mata Alya yang terus mengalir. Bahkan Alya masih sesenggukan sambil menatap Aldan yang juga ikut merasakan sedih.
“Aldan, aku belum membahagiakan mereka.. Dan bahkan mereka belum bisa membahagiakan aku, mereka gagal jadi orang tua sekarang! Aku benci, aku benci..” Alya terus menggerutu kepada Aldan yang setia mendengar semua keluhannya.
tapi apapun itu makasih loh thor, karna buat cerita itu gak mudah
semangatt👍