Kansha

Hari ini aku segera melompat dari tempat tidur, mengenakan pakaian, dan berlari keluar rumah. Udara segar pagi hari mengalir masuk, membawa aroma bunga liar dan dedaunan basah.

Halaman rumah Nenek Seruni adalah tempat yang sempurna untuk belajar dan bermain. Di sini, aku merasa bebas dan penuh semangat untuk mengeksplorasi dunia sihir yang baru kukenal. Dengan antusias, aku memulai hari dengan latihan dasar sihir yang telah kupelajari dari buku-buku di perpustakaan kecil rumah ini.

Aku berdiri di tengah halaman, menutup mata, dan mengambil napas dalam-dalam. Aku mencoba merasakan aliran mana di dalam tubuhku, seperti yang diajarkan di buku "Sihir Itu Indah". Perlahan-lahan, aku mengangkat tangan, mencoba memfokuskan energi ke telapak tanganku. Dalam beberapa detik, cahaya lembut berwarna biru muncul di tanganku.

“Wow, aku berhasil!” seruku dengan gembira, membuka mata dan melihat cahaya tersebut. Aku merasa bangga dan penuh semangat untuk mencoba lebih banyak sihir.

Aku mulai dengan elemen air. Mengingat petunjuk dari buku, aku mengarahkan tangan ke kolam kecil di sudut halaman. Aku membayangkan air tersebut naik dan membentuk bola air di udara. Perlahan-lahan, air di kolam mulai bergerak, membentuk gelombang kecil, dan kemudian naik, membentuk bola air yang berputar-putar di udara.

“Luar biasa!” seruku. Aku merasa sangat bersemangat melihat hasil latihan ini. Dengan hati-hati, aku menggerakkan bola air tersebut, mencoba mengendalikan bentuk dan gerakannya. Aku tertawa senang saat berhasil membuat bola air itu melayang di sekitar halaman, mengikuti gerakan tanganku.

Setelah puas bermain dengan air, aku mencoba elemen lain. Aku memejamkan mata lagi, merasakan energi berbeda di dalam diriku. Kali ini, aku mencoba memanggil elemen tanah. Aku mengarahkan tangan ke tanah di dekatku dan membayangkan sebuah patung kecil muncul dari dalam tanah.

Perlahan-lahan, tanah di depanku mulai bergerak. Gumpalan tanah naik dan membentuk sebuah patung kecil berbentuk kelinci. Aku tertawa bahagia melihat hasilnya. “Lihat, aku membuat kelinci dari tanah!” seruku dengan bangga.

Aku terus bereksperimen dengan elemen-elemen lain. Dengan elemen api, aku berhasil menciptakan bola api kecil yang berputar-putar di telapak tanganku. Aku berhati-hati agar tidak membakar apapun di sekitarku.

Dengan elemen angin, aku berhasil menciptakan angin sejuk yang berputar di sekitar tubuhku, membuat daun-daun di sekelilingku berdesir.

Saat aku bermain dengan elemen-elemen ini, makhluk-makhluk kecil di sekitar halaman mulai mendekat. Ada kupu-kupu berwarna-warni yang terbang mengelilingiku, burung-burung kecil yang berkicau riang, dan kelinci-kelinci yang melompat-lompat di dekatku. Mereka tampak penasaran dan tertarik dengan sihir yang kulakukan.

Aku merasa sangat senang dan penuh semangat. “Mari kita bermain bersama!” seruku kepada makhluk-makhluk kecil itu. Aku melompat-lompat dengan gembira, mengejar kupu-kupu, dan bermain dengan kelinci-kelinci yang lucu.

Peko salah satu kelinci, seprti biasa lebih aktif dari yang lain. Dia melompat mendekat dan kemudian berlari menjauh, seolah-olah mengajakku bermain kejar-kejaran. Aku tertawa dan mulai mengejarnya, berlarian di sekitar halaman dengan penuh keceriaan.

“Kamu cepat sekali!” seruku sambil tertawa. Kelinci itu melompat-lompat dengan lincah, membuatku harus berusaha keras untuk mengikutinya. Tapi aku merasa sangat senang dan bebas.

Saat aku berlari, aku melihat beberapa makhluk kecil lainnya mulai berkumpul. Ada beberapa tikus hutan yang membentuk barisan, burung-burung kecil yang berkumpul di cabang-cabang pohon, dan bahkan beberapa tupai yang turun dari pohon untuk melihat apa yang terjadi.

“Ayo, semua! Kita buat permainan baru!” seruku. Aku mulai menggunakan sihir untuk membuat boneka kecil dari tanah dan ranting. Dengan hati-hati, aku menambahkan beberapa sihir untuk memberikan mereka sedikit kehidupan. Boneka-boneka kecil itu mulai bergerak, mengikuti gerakan tanganku.

Aku dan makhluk-makhluk kecil di sekitarku bermain bersama boneka-boneka itu. Kami membuat mereka berlari-lari, melompat, dan menari di sekitar halaman. Tawa riang dan kicauan burung mengisi udara, menciptakan suasana yang sangat bahagia dan penuh kegembiraan.

Setelah puas bermain di tanah, aku berpikir untuk melihat dunia dari atas pohon. “Bisakah kalian membantuku naik ke atas pohon tinggi itu?” tanyaku kepada teman-teman kecilku. Mereka tampak setuju, dan beberapa makhluk mulai membentuk barisan, seolah-olah ingin membantuku naik.

Dengan bantuan mereka, aku memanjat ke atas pohon besar di tengah halaman. Mereka menyusun diri mereka sebagai tangga, memungkinkan aku naik dengan mudah. Aku merasa seperti sedang naik ke puncak dunia, melihat pemandangan indah dari atas pohon.

“Wow, pemandangan dari sini luar biasa!” seruku dengan gembira. Dari atas pohon, aku bisa melihat seluruh halaman, rumah Nenek Seruni, dan sebagian besar hutan di sekitarnya. Angin sejuk berhembus, membawa aroma bunga liar dan dedaunan basah.

Setelah beberapa saat menikmati pemandangan, aku turun kembali ke tanah. Saat kakiku menyentuh tanah, aku melihat sebuah boneka kecil dari kain yang tampak terlantar di dekat pintu rumah. Boneka itu tampak usang dan berdebu.

Aku mengambil boneka itu dan memeriksanya dengan hati-hati. “Boneka ini pasti sudah lama sekali ada di sini,” gumamku. Aku memutuskan untuk menggunakan sedikit sihir untuk memberikan kehidupan kepada boneka itu.

Dengan hati-hati, aku mengarahkan energi sihir ke dalam boneka tersebut. Perlahan-lahan, boneka itu mulai bergerak. Matanya yang terbuat dari kancing berkilauan, dan tangannya yang kecil mulai menggerak-gerakkan jari-jarinya.

“Selamat pagi, boneka kecil!” sapa aku dengan riang. Boneka itu tampak bingung sejenak, tetapi kemudian tersenyum dan melambaikan tangan kepadaku.

Kami bermain bersama sepanjang pagi. Aku membuat boneka itu menari, melompat-lompat, dan berlarian di sekitar halaman. Makhluk-makhluk kecil lainnya juga ikut bergabung, menciptakan suasana yang penuh dengan tawa dan kebahagiaan.

Malam hari, saat matahari mulai terbenam, aku kembali ke dalam rumah. Aku merasa lelah tetapi sangat puas. Hari ini adalah salah satu hari terbaik yang pernah kualami. Aku menulis beberapa catatan di buku harian kecilku tentang semua yang telah kulakukan dan pelajari hari ini.