Ronan Adgar. Dia kecelakaan saat berusia 13 tahun dan berakhir koma selama 5 tahun.
Setelah sekian lama koma, akhirnya dia kembali sadar dan menyadari banyaknya perubahan pada dunia.
Keluarganya yang sebelumnya kaya raya kini hancur.
Kedua orang tuanya meninggal, menyisakan adiknya yang bekerja sebagai pelayan di kafe pinggir jalan.
Tidak ada lagi bisnis besar.
Sahabatnya bahkan kini mengabaikannya dan menjauh dari dirinya membawa tunangannya yang juga telah kehilangan minat pada dirinya.
Melihat semua perubahan itu, Ronan merasakan perasaan kecewa, kesedihan dan penderitaan.
Dalam penderitaan itu tiba tiba sesuatu muncul di udara yang kosong.
-Host Dengan Kriteria Terbaik Telah Ditemukan.
-Apakah Host Menginginkan Balas Dendam?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RyzzNovel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26
Dalam sebuah jalanan, dimana kebisingan manusia tidak henti hentinya mereda untuk berteriak.
Di pinggir jalan dimana terdapat sebuah mobil yang menabrak sebuah bangunan hingga menghancurkan beberapa tempat menjadi puing puing.
Manusia berkumpul mengerumuni kejadian tersebut, menatap kecelakaan yang terjadi dengan berbagai ekspresi dan reaksi.
Di dalam kerumunan, seorang anak dengan rambut pirang yang kotor menatap ke tempat kecelakaan dengan mata membelalak yang panik dan pucat.
“Ibu..? Ayah..?“
Suaranya terdengar lemah dengan pupil mata yang mulai berkaca-kaca.
….
Di dalam rumah sakit setelah kecelakaan telah berlalu dan para korban kini dipindahkan ke rumah sakit.
Tangisan seorang anak dengan rambut pirang kotor terdengar di dalam ruang pasien, menatap orang tuanya yang kini menghembuskan nafas terakhirnya.
“Ibu.. ayah..! Ja-jangan mati.. kumohon..“
Anak itu menangis tersedu-sedu.
Ibu dan ayahnya tertabrak oleh mobil yang entah bagaimana tiba tiba menabrak sebuah bangunan tempat dimana ayah dan ibunya berada.
Dia tidak berada di lokasi itu karena dia sedang pergi membeli cemilan sebelumnya, dan saat anak itu kembali, dia hanya melihat mobil tersebut menabrak bangunan dan kedua orang tuanya.
Pemandangan saat kedua orang tuanya mengeluarkan begitu banyak darah terpatri jelas di benaknya.
Siapa?
Siapa yang melakukan hal itu? Mengapa harus orang tuanya dari banyaknya orang di dunia ini? Mengapa?
Anak itu masih kecil dan dia tidak mengerti banyak.
Dia tidak tau harus kemana lagi karena dia tidak memiliki kerabat manapun dan kedua orang tuanya telah meninggal menyisakan dia sendiri di dunia itu.
Dia tidak menerima kematian ayah dan ibunya begitu saja, bukanlah pelakunya juga harus mati agar setara?
Nyawa harus dibalas dengan nyawa.
Tapi, pelakunya dibebaskan begitu saja.
Perasaan amarah dan keinginan balas dendam menyulut hati anak itu meski anak itu tidak tau bahwa emosi yang dia miliki saat ini adalah amarah dendam.
Berpikir bahwa semuanya akan segera berakhir, seorang pria menghampirinya.
“Hey nak.“
Pria tua itu memasuki ruang kamar pasien ibu dan ayahnya yang baru saja meninggal, anak itu menatap pria itu, tidak berkata apapun.
“Apakah kamu ingin balas dendam? Aku akan membantumu dan.. aku tau siapa pelakunya.“
Sebagai seorang anak yang telah kehilangan tujuan dan cahayanya, pria itu bagaikan sebuah cahaya baginya.
Apakah dengan mengikutinya, dia benar benar bisa membalas dendam?
Anak kecil itu meraih tangan pria itu dan pria itu tersenyum.
“Mulai sekarang, namamu adalah Albert Tyfall, dan panggil aku.. tuan besar.“
***
Di dalam bangunan mewah, tepatnya adalah mansion Ludwig.
Ronan duduk di sofa ketika terdapat beberapa pelayan yang membantunya untuk menyeka darah yang berada di pakaiannya dan tubuhnya.
Karena pertarungan sebelumnya, Ronan mendapatkan cipratan darah yang cukup banyak dari musuhnya, beruntung Ronan sama sekali tidak terluka.
Setelah menyeka darah ditubuhnya, tatapan Ronan teralih menatap ke sofa panjang yang diduduki oleh Kaden dan Eisell.
Eisell menatapnya dengan rumit, membuat Ronan tidak mengerti.
Namun, Ronan melupakan hal itu dan fokus pada Kaden.
“Anda benar benar sudah mendapatkan lokasi keluarga Richard?“
Ronan tidak berniat untuk mengunjungi mansion Ludwig hanya karena dia dipenuhi darah, Ronan bisa menyekanya sendiri.
Tapi Kaden berkata bahwa dia telah mendapatkan informasi yang Ronan perlukan hingga Ronan akhirnya memutuskan untuk pergi ke mansion Ludwig.
Kaden mengangguk membuat Ronan cukup bersemangat setelah dua bulan menunggu.
Jujur saja, Ronan tidak berpikir bahwa pencariannya akan berlangsung cukup lama.
“Mungkin kamu bingung mengapa perlu waktu lama mencarinya… yah, itu semua karena mereka ditempatkan di villa yang memiliki rumah bawah Tanah. Setelah menulusuri beberapa villa berulang kalinya barulah tim pencarian kami menemukan lokasi mereka.“
Kaden terdiam sejenak, kemudian menatap Ronan dengan tajam dan berkata:
“Dan… lokasinya berada di villa yang berada di dekat pantai Coral Lagoon.“
Coral Lagoon.
Hanya dari namanya saja sudah membuat Ronan sedikit terkejut.
“Begitu.. aku tidak berpikir bahwa tempatnya cukup dekat disini, bantuan Anda sungguh sangat membantu.“
Ronan mengangguk puas dengan tersenyum santai.
Setelah mengetahui lokasi dari villa tersebut, Ronan akan melakukan sedikit persiapan lalu memulai penyelamatannya.
Tidak lama lagi.. tidak lama lagi baginya hingga dia akan memulai untuk menghancurkan Albert.
Sungguh semuanya terencana terlalu cepat hingga Ronan sendiri tidak bisa berkata-kata.
Menatap Kaden, Ronan sekali lagi tersenyum.
“Aku harus kembali sekarang, adikku menunggu. Terimakasih.“
Setelah itu Ronan bangkit dari tempatnya, berpamitan sejenak lalu keluar dari mansion.
Sudah hampir malam hari, langit berwarna jingga dengan angin lembut yang terus berhembus menerpa tubuh Ronan.
Dengan mood yang bagus Ronan berjalan mendekati mobilnya.
“Tunggu sebentar..“
Mendengar suara yang familiar, Ronan berbalik dan menatap Eisell yang memintanya berhenti sebelumnya.
“Eisell?“
Ronan bertanya dengan bingung saat melihat Eisell yang mengangkat sebuah kantong plastik.
Eisell mendekati Ronan kemudian memberikannya kantong plastik itu.
“Ini..“
Karena bingung, Ronan menerima kantong plastik itu dan melihat isinya.
Itu adalah sebuah mantel, sesuatu yang telah dia lupakan dan baru saja ingat kembali setelah melihat nya.
Ronan baru ingat bahwa dia telah memberi Eisell mantel ini sebelumnya untuk menyelimuti tubuhnya yang tidur di tengah malam yang dingin.
“Terimakasih..“
Setelah itu Ronan menatap Eisell yang berterimakasih, wajahnya yang cantik terlihat sangat berkilau di sore hari ini.
Namun, kecantikan tersebut meningkat beberapa level ketika Eisell tersenyum dengan wajah yang penuh ekspresi.
Tidak seperti saat dia tersenyum santai dan agak.. kosong, saat ini senyuman Eisell begitu lembut dipadukan dengan matanya yang menyipit layaknya bulan sabit.
Ronan menatapnya kemudian menundukkan kepalanya, berusaha untuk tetap tenang dan mengangkat kembali kepalanya, menatap sepasang mata Eisell.
“Tidak masalah, lagipula ini hanyalah sebuah mantel.“
Eisell mengangguk pelan, dan.. keheningan terjadi.
'Canggung sekali..'
Keduanya terdiam, Ronan merasa canggung menatap Eisell yang terlihat sedang berpikir keras.
Karena sepertinya Eisell tidak terlihat ingin berbicara lagi, Ronan berbalik sambil berkata:
“Um.. aku akan kembali sekarang.. sampai jumpa.“
Dengan itu Ronan berbalik, namun suara Eisell sekali lagi terdengar.
“Apa kamu akan kesana?“
Ronan memutar kepalanya dan tubuhnya.
“Kesana? Kesana dimana?“
Ronan sama sekali tidak mengerti dengan pertanyaan Eisell, kemana yang Eisell maksud saat ini?
“Ke pantai Coral Lagoon.“
Ronan mendengarkan kemudian berpikir sejenak lalu mengangguk.
“Begitulah, aku harus menyelamatkan keluarga Richard.“
Ronan tidak mengerti mengapa Eisell menanyakan hal itu.
Tapi setelahnya Ronan sedikit dikejutkan oleh fakta bahwa dia masih melupakan satu hal lagi.
“Jadi, kapan kita akan makan malam? Aku kalah taruhan bukan?“
Ronan baru ingat tentang hal itu setelah Eisell mengatakan padanya.
Saat itu Ronan memang melakukan sedikit taruhan kecil, tapi Ronan malah melupakannya.
“Apa kamu lupa?“
Ronan tersentak. Berusaha menjaga ekspresinya seakan-akan dia tidak lupa sama sekali dan mulai tersenyum.
“Mana mungkin aku lupa? Aku akan mengabarimu jika aku siap nanti..“
Dengan itu Ronan entah bagaimana berhasil meyakinkan Eisell bahwa dia tidak lupa sama sekali.
***
alurnya t3pat