Celia Carlisha Rory, seorang model sukses yang lelah dengan gemerlap dunia mode, memutuskan untuk mencari ketenangan di Bali. Di sana, ia bertemu dengan Adhitama Elvan Syahreza, seorang DJ dengan sikap dingin dan misterius yang baru saja pindah ke Bali. Pertemuan mereka di bandara menjadi awal dari serangkaian kebetulan yang terus mempertemukan mereka.
Celia yang ceria dan penuh rasa ingin tahu, berusaha mendekati Elvan yang cenderung pendiam dan tertutup. Di sisi lain, Elvan, yang tampaknya tidak terpengaruh oleh pesona Celia, justru merasa tertarik pada kesederhanaan dan kehangatan gadis itu.
Dengan latar keindahan alam Bali, cerita ini menggambarkan perjalanan dua hati yang berbeda menemukan titik temu di tengah ketenangan pulau dewata. Di balik perbedaan mereka, tumbuh benih-benih perasaan yang perlahan mengubah hidup keduanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yanahn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Antara Cinta dan Keluarga
Elvan menatap Isabella tajam. “Cukup, Ny. Mo. Saya mungkin bukan bagian dari keluarga besar dengan nama terkenal seperti Anda, tapi saya mencintai Celia. Dan jika Anda berpikir cinta saya tidak cukup, maka biarkan saya membuktikannya.”
Isabella menyipitkan mata, menilai pria di hadapannya. “Cinta? Kau pikir hidup hanya butuh cinta? Kau tidak tahu apa-apa tentang beban yang dia pikul sebagai bagian dari keluarga Mo.”
“Cukup, Mom!” Celia akhirnya berseru, air mata mengalir di pipinya. “Jangan hina Elvan. Dia jauh lebih banyak memberikan kasih sayang daripada apa yang pernah aku dapatkan dari kalian.”
Isabella terdiam sejenak, terguncang oleh kata-kata putrinya. Namun, ia dengan cepat menguasai diri. “Ini bukan tentang cinta, Celia. Ini tentang masa depanmu. Tentang tanggung jawabmu sebagai putri keluarga Mo.”
Celia menggeleng dengan tegas. “Aku sudah bilang, aku tidak ingin ada hubungannya lagi dengan keluarga ini. Aku bukan putri Daddy, dan aku bukan bagian dari dunia kalian. Dunia itu bukan milikku!”
Elvan menyentuh bahu Celia, memberi kekuatan dalam diam. “Jika Celia memilih untuk tidak kembali, maka itu keputusannya. Dia bukan boneka yang bisa Anda kendalikan,” ucap Elvan sambil menatap Isabella.
Isabella mendengus pelan, lalu berbalik menatap Caleb. “Caleb, yakinkan saudaramu. Jangan biarkan ini berlarut-larut.”
Namun, jawaban Caleb justru bertentangan dengan keinginan Isabella. “Mom, mungkin sudah waktunya kita mendengar Celia. Dia punya hak untuk menentukan hidupnya sendiri.”
“Caleb, kau tidak mengerti apa yang kau katakan!” Isabella mendesis, frustrasi.
“Tidak, Mom,” Caleb menjawab tegas. “Aku tahu persis apa yang aku katakan. Aku mungkin anak Daddy, tapi aku juga saudara Celia. Dan aku tidak akan memaksanya melakukan sesuatu yang tidak dia inginkan.”
Suasana menjadi tegang, hingga akhirnya Isabella menghela napas panjang. Ia melangkah keluar dari vila, menatap Celia untuk terakhir kalinya. “Aku akan memberitahu Daddy-mu bahwa kau menolak. Tapi ingat ini, Celia, dunia tidak akan sebaik ini selamanya. Ketika kau jatuh, jangan harap aku atau Daddy-mu akan ada untukmu.”
Celia menunduk, tak mampu menjawab. Isabella pergi dengan langkah anggun, diikuti oleh Caleb yang menatap Celia sejenak sebelum akhirnya mengekor ibunya.
Saat pintu vila tertutup, Celia akhirnya roboh di pelukan Elvan. “Aku lelah... Aku tidak tahu harus bagaimana lagi.”
Elvan membelai rambutnya, membiarkannya menangis. “Kamu tidak sendiri, Celia. Apa pun yang terjadi, aku di sini. Bersama kamu.”
Celia memeluknya lebih erat, merasakan kehangatan yang memberinya sedikit harapan di tengah kekacauan hidupnya.
“Kalian baik-baik saja?” tanya Lily, suaranya lembut namun penuh perhatian.
Celia melepaskan pelukannya dan menatap Lily, mencoba tersenyum meski matanya merah dan basah. “Lily… aku tidak tahu lagi. Mereka membuatku merasa seperti tidak punya pilihan.”
Lily berjalan mendekat, mencoba menguatkan Celia. “Keluarga Mo memang tidak mudah. Mereka punya cara untuk menekan dan mengendalikan. Tapi, kau harus tahu, Celia, bahwa kamu berhak memilih jalanmu sendiri. Jangan biarkan siapa pun menentukan hidupmu, bahkan keluargamu sendiri.”
Celia mengangguk pelan, namun raut wajahnya masih penuh kebingungan. “Aku takut jika aku menentang mereka, aku akan kehilangan segalanya. Mereka bisa menghancurkanku kapan saja.”
Elvan menggenggam tangan Celia dengan lembut. “Aku di sini, apa pun yang terjadi, aku akan selalu bersama kamu. Tidak ada yang bisa menghancurkanmu jika kita bersama.”
Lily menghela napas, menatap Elvan dengan ekspresi penuh pengertian. “Aku tahu kalian berdua kuat, tapi ini bukan masalah kecil. Keluarga Mo adalah kekuatan besar. Mereka punya koneksi di mana-mana, dan mereka tak segan-segan menggunakan semua cara untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan.”
Elvan menatap Lily dengan serius. “Aku tahu, Lily. Tapi kami akan menghadapi ini. Kami tidak akan mundur.”
Celia menatap Elvan dengan tatapan penuh harapan, merasa sedikit lebih tenang. “Aku takut, Elvan.”
Elvan menariknya ke dalam pelukannya lagi.
Lily menatap keduanya, lalu beranjak meninggalkan mereka, memberi ruang untuk keduanya.