Fifiyan adalah anak dari ketua mafia kegelapan yang dikenal kuat dan kejam, banyak mafia yang tunduk dengan mafia kegelapan ini. Tetapi disaat umurnya yang masih belia pada perang mafia musim dingin, keluarga besarnya dibunuh oleh mafia musuh yang misterius dimana membuatnnyabmenjadi anak sebatangkara.
Disaat dia berlari dan mencoba kabur dari kejaran musuh, Fifiyan tidak sengaja bertemu dengan seorang pria kecil yang bersembunyi di dalam gua, karena mereka berdua berada di ambang kematian dan pasukan mafia musuh yang berada diluar gua membuat pria kecil itu mencium Fifiyan dan mengigit lehernya Fifiyan. Setelah kejadiaj itu, Fifiyan dan pria kecil itu berpisah dan bekas gigitannya berubah menjadi tanda merah di leher Fifiyan.
Apakah Fifiyan mampu membalaskan dendam atas kematian keluarganya? Apakah Fifiyan mendapatkan petunjuk tentang kehidupan Fifiyan nantinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertemuan
Di depan sebuah bangunan Han memarkirkan mobil kami dan kami pun turun dari mobil. Wan menjelaskan apa yang akan terjadi di pertemuan dan memberiku catatan untukku apalagi kami baru pertama kali hadir agar kami bisa lebih hati-hati lagi kedepannya.
"Apa kalian mengerti?" Tanya Wan pelan.
"Ya aku mengerti..." desah Han pelan. Tanpa aku mengatakan apapun, aku berjalan mendahului mereka berdua dan memakai topengku kembali.
Tatapan orang-orang disekitarku terlihat bingung dan seperti menyepelekan membuatku muak melihatnya, aku membuka sebuah pintu yang dijaga oleh dua orang bertubuh tinggi besar, dua orang itu membukakan pintu pertemuan saat aku menunjukkan lencana petinggi organisasi.
Didalam ruang pertemuan, aku melihat banyak orang yang terduduk menatap kami dingin, aku menatap Fiyoni yang menatapku dengan wajah dingin dan datarnya yang membuatku terkejut kalau wajah Fiyoni di ruang umum nampak sangat menakutkan.
"Ckckck ternyata dia ya petinggi organisasi pusat terbaru? Ternyata masih anak-anak ya?" Sindir seorang pria di depanku, pria itu berusaha mencekikku tetapi dengan cepat aku menggenggam tangannya dan memutarnya yang membuat tangannya patah.
"Aaaakkkhhh Sakit!!" Teriak pria itu kencang dan aku melewatinya dengan tanpa bersalah.
"Ternyata pengganti petinggi organisasi pusat sama seperti petinggi sebelumnya, tidak punya etika!" Ucap seorang wanita di salah satu kursi, wanita itu sedikit memiliki wajah mirip denganku tetapi versi dewasa.
"Apa dia salah satu saudaraku?" Tanyaku pelan.
"Betul nona muda, semua saudara kendung anda bersekongkol dengan musuh agar bisa membunuh seluruh keluarga besar Valen!" Ucap Wan serius yang membuatku terkejut.
"B-benarkah?" Tanyaku pelan.
"Itu kenyataannya, alasan tuan muda tidak ingin memberitahukan kepada anda karena... tuan muda tidak ingin membuat anda menangis..." gumam Wan pelan yang membuatku sangat kesal.
"Bukan menangis, aku malah sangat dendam sekarang!" Ucapku dingin.
"Diantara saudara kandung anda, ada kembaran anda yang tidak ikut campur masalah itu, namun anda akan membutuhkan waktu banyak jika ingin mengajaknya kerjasama."
"Oh begitu ya? Tapi... aku mau lihat sejauh mana mereka membenciku..." ucapku pelan dan terduduk di kursiku.
"Hei gadis kecil, lebih baik kau bermain saja sama dari pada kau berada disini!" sindir wanita itu dingin.
"Ternyata dia lebih cerewet dari ibu ya?" Ucapku dingin dan aku tidak memperdulikannya.
"Namanya Sekar Valen, dia anak ketiga di keluarga Valen dan dia memang menyebalkan nona muda..." ucap Wan pelan dan aku hanya terdiam.
"Teessttt... Teeessttt... selamat datang di pertemuan pertama seluruh petinggi di seluruh dunia mafia!!" Teriak seorang pria dingin, aku menatap papan nama di sekitarku dan mencoba menghafal semua nama yang ada dan juga nama organisasinya juga.
"Apa kau coba menghafal nama mereka?" Gumam Han pelan.
"Ya."
"Kebiasaan..." gumam Han pelan, Han hafal kebiasaanku menghafal musuh karena aku bisa lebih waspada lagi jika bertemu dengan musuh.
"Bagaimana dengan anda petinggi organisasi pusat, apakah anda bersedia bekerjasama dengan organisasi luar?" Ucap pria di depanku dengan serius.
"Organisasi luar... ya?" gumamku menatap wanita yang mirip denganku itu dan tersenyum dingin.
"Tidak!"
"Apa?" Ucap beberapa orang terkejut.
"Hei bocah, petinggi sebelummu saja menyetujuinya!" Protes wanita itu kesal, aku beranjak dan terduduk di mejaku sambil menatapnya dingin.
"Lalu? Aku tidak peduli... semua keputusanku... mutlak!" Ucapku dingin.
"Kau! Enyahlah kau!!" Ucap wanita itu berusaha menyerangku tapi belum sampai menyerangku, aku langsung melempar senjata beracunku dan mengenai kakinya.
"Aakkhh sakitt!!" Teriak wanita itu kesakitan.
"Sakit ya? Heeeh ketua mafia? Terkena senjata beracun saja kesakitan?" Sindirku dingin.
"Senjata... beracun?" Ucap wanita itu terkejut, tiba-tiba muncul seorang pria yang menyerangku yang membuatku hampir terbunuh.
"Ciiihh... jangan senang dulu kau!" Ucap seorang pria berusaha membunuhku.
Saat aku hampir terkena senjata pria itu, tiba-tiba Fiyoni berdiri di depanku dan menepis senjata itu.
"T-tuan muda..." ucap pria itu terkejut.
"Jika kau berani melukainya maka... nyawamu yang menjadi jaminannya!" Ucap Fiyoni dingin yang membuat pria itu langsung mundur.
"Tuan muda!! Kenapa kau membelanya? Dia melukaiku seharusnya kau membelaku!!" Protes wanita itu kesal.
"Membelamu ya?" Ucapku dingin, aku beranjak dan mendorong Fiyoni yang membuatnya terduduk di mejaku.
"Untuk apa dia... membelamu?" Ucapku dingin.
"Minggir kau dari kekasihku atau akkhh sakitnya..." rintih wanita itu kesakitan.
"Kekasih ya? Lucu sekali... asal kau tahu saja ya Sekar Valen... dia... adalah milikku!" Ucapku dingin dan terduduk di paha Fiyoni.
"Kamu sangat berani ya istriku?" Gumam Fiyoni pelan.
"I-istri?" Ucap semua orang terkejut.
"Kau milikku untuk apa aku takut? Benarkan?" Ucapku pelan dan mencium Fiyoni yang membuatnya membalas ciumanku.
"Valentino beraninya kau menyakiti adikku!" Ucap seorang pria berambut hitam dengan kesal tapi Fiyoni tidak memperdulikannya.
"Siapa saja nama saudaraku?" Batinku.
"Alan Valen, Roy Valen, Sekar Valen, dan Wendy Valen... dan yang berbicara itu Roy Valen..." gumam Fiyoni pelan dan menciumku kembali.
"Lalu... siapa nama kembaranku siapa?" Tanyaku pelan.
"Fiyani Valen."
"Kenapa hanya aku nama marganya Valentina?" Tanyaku pelan.
"Nanti aku akan ceritakan, bagaimana?"
"Baiklah, janji ya..." ucapku manja dan Fiyoni menganggukkan kepalanya pelan.
"Hei kau!! Siapa kau sebenarnya?" Tanya pria itu, aku menatap pria itu dan ternyata wajahnya mirip dengan Sekar Valen.
"Aku? Oh ya perkenalkan aku... Fifiyan Valentina dan... lama tidak bertemu denganmu kakak-kakak yang sangat menyebalkan..." ucapku dingin, aku membuka topengku yang membuat beberapa orang terkejut.
"K-kau! Ternyata itu kau ya anak haram! Kau melakukan apa sehingga membuat tuan muda uuggghhh..." rintih pria itu kesakitan saat aku melemparkan senjata beracunku kearah tangannya.
"Haish kenapa harus meleset sih? Padahal aku ingin kalian pembunuh keluarga Valen harus... mati!" Ucapku dingin dan pria itu terkejut.
"Kau ternyata semakin kurang ajar ya! Tahu begitu kenapa kau tidak mati saja!" Ucap seorang pria dingin.
"Aku? Mati? Hahaha memang kau kira Tuhan mengijinkanku mati? Tidak! Tuhan mengijinkanku untuk membalaskan dendamku!" Ucapku dingin.
"Kau! Awas kau!" Ucap pria itu kesal tapi aku benar-benar tidak memperdulikannya.
"Kau berani melawan mereka? Mereka sangat licik dan kuat loh istriku..." bisik Fiyoni pelan.
"Lalu, kamu meragukan kehebatan dan kelicikanku?" Ucapku dingin dan Fiyoni hanya menghela nafas sambil memelukku erat.
"Aku percaya tapi masih tidak percaya saja."
"Aku bisa melakukannya sendiri!"
"Kamu tidak mau bantuanku?" Ucap Fiyoni sedih.
"Tentu aku butuh bantuanmu suamiku.." ucapku manja dan Fiyoni terlihat sangat senang.
"Baiklah istriku!" Ucap Fiyoni senang.
Saat aku bermanja dengan Fiyoni, aku mendengar beberapa orang ingin memisahkanku dengan Fiyoni. Entah mereka akan berhasil atau tidak tetapi yang jelas aku tidak akan membiarkannya lagi pula tanda merah aneh di leher kami tanpa aku sadari berubah menjadi tanda hitam seperti sebuah kode yang bersambungan dan bahkan tanda tersebut seperti tertanam di leher kami berdua, walaupun aneh aku tiba-tiba terikat dengan seorang pria hebat dan kejam tapi kalau takdir meminta kami bersatu maka aku tidak akan membiarkan takdir kami berubah!