NovelToon NovelToon
Aku Bisa Mendengar Kata Hatimu

Aku Bisa Mendengar Kata Hatimu

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Percintaan Konglomerat / Teen School/College / Kelahiran kembali menjadi kuat / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / Balas dendam dan Kelahiran Kembali
Popularitas:34.3k
Nilai: 5
Nama Author: Lily Dekranasda

Chen Miao Miao, gadis kaya yang hilang sejak kecil, ditemukan kembali oleh keluarganya di usia 17 tahun. Namun, kebahagiaannya hancur karena kelicikan Chen Xiao Wan, anak angkat yang merebut kepercayaan keluarga.

Dalam kecelakaan tragis, orang tua Miao Miao memilih menolong Xiao Wan terlebih dahulu, karena kelicikannya. ketika kedua orang tuanya kembali untuk menolong Miao Maio, mobil tersebut tiba-tiba meledak.

Mama dan Papa nya meninggal karena kesedihan nya, ketiga kakak nya tewas dengan tragis dan Xiao Wan menikmati harta keluarga mereka.

Takdir membawa Miao Maio kesempatan kedua ketika Papa dan Mama nya menjemputnya dari panti asuhan, membawa ingatan masa depan kematian keluarga nya.

Tanpa sepengetahuan Miao Miao, keluarga dan jodohnya kini dapat mendengar kata hatinya. Dengan kesempatan ini, bisakah ia melindungi keluarganya dan membalas dendam pada Xiao Wan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lily Dekranasda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hangzhou International School

Miao Miao turun dari taksi dengan langkah tenang. Seragam sekolah Hangzhou International School yang sederhana melekat rapi di tubuhnya, dan rambut panjangnya tergerai indah. Cahaya pagi membuat wajahnya yang cantik terlihat semakin bersinar. Suasana sekitar mendadak riuh dengan bisikan dan tatapan siswa-siswi yang memperhatikannya.

"Siapa gadis itu? Cantik sekali," bisik salah satu siswi yang berdiri di dekat gerbang.

"Ah, bukankah hari ini ada murid baru? Pasti itu dia!" seru seorang siswa lainnya sambil mencoba memperhatikan lebih dekat.

"Tapi... kenapa dia naik taksi? Bukannya anak-anak di sini biasanya datang dengan mobil pribadi?" komentar seorang gadis lain dengan nada sedikit sinis.

Namun, Miao Miao sama sekali tidak peduli dengan perhatian yang tertuju padanya. Wajahnya tetap datar, dan tatapannya lurus ke depan. Ia tidak membutuhkan siapa pun untuk menunjukkan arah atau membantunya. Dengan ingatan dari kehidupan sebelumnya, ia melangkah langsung menuju ruang kepala sekolah, seolah sudah lama menjadi bagian dari tempat ini.

Langkah kakinya tegas, penuh percaya diri, membuat banyak siswa terdiam dan hanya bisa memperhatikan punggungnya yang menjauh. Ada yang terkesima, ada pula yang mulai berbisik-bisik, mencoba menebak-nebak siapa dia sebenarnya.

Miao Miao tiba di depan pintu ruang kepala sekolah tanpa sedikit pun kebingungan. Ia mengetuk pintu dengan sopan, menunggu izin untuk masuk. Ketika suara dari dalam mempersilakannya, ia membuka pintu dan masuk dengan anggun.

Di dalam, kepala sekolah, seorang pria paruh baya dengan wajah ramah, berdiri menyambutnya. "Selamat datang, Nona Chen. Saya Kepala Sekolah Zhang. Silakan duduk," ucapnya sambil tersenyum.

"Terima kasih," jawab Miao Miao singkat, lalu duduk dengan tenang di kursi yang disediakan. Wajahnya tetap datar, tetapi matanya menyiratkan kecerdasan dan keteguhan hati.

"Baiklah, sekolah ini masih sama seperti dulu. Tidak ada yang berubah," pikirnya dalam hati sambil memperhatikan ruangan tersebut. Ini hanya langkah awal dari rencana besar yang sudah ia susun dengan matang.

 

Kepala Sekolah Zhang duduk kembali di kursinya setelah memberikan penjelasan singkat tentang aturan dasar sekolah dan bagaimana Miao Miao bisa menyesuaikan diri di lingkungan baru. Ia menatap Miao Miao dengan ramah.

"Nona Chen, saya yakin Anda akan cepat beradaptasi di sini. Sekarang, saya akan mengantar Anda bertemu wali kelas Anda, Nona Li. Beliau akan membantu Anda di kelas," ucapnya sambil bangkit dari kursinya.

Miao Miao hanya mengangguk kecil. "Terima kasih, Pak Kepala Sekolah," jawabnya singkat dengan nada yang netral.

Keduanya berjalan ke ruang guru, di mana Kepala Sekolah Zhang memperkenalkan Miao Miao kepada seorang wanita berusia sekitar empat puluh tahun dengan wajah tegas namun ramah.

"Nona Li, ini adalah Miao Miao, murid baru yang akan bergabung di kelas Anda," ujar Kepala Sekolah Zhang sambil tersenyum.

Nona Li memandang Miao Miao dari ujung kepala hingga ujung kaki, lalu mengangguk. "Senang bertemu denganmu, Miao Miao. Selamat datang di kelas kami. Jika ada yang kamu butuhkan, jangan ragu untuk bertanya," katanya sambil mengulurkan tangan.

"Terima kasih, Bu," jawab Miao Miao singkat sambil menjabat tangan wali kelasnya dengan sopan. Namun, ekspresinya tetap datar, seperti biasa.

Setelah memberikan beberapa instruksi kepada Nona Li, Kepala Sekolah Zhang pamit. "Baiklah, saya serahkan Miao Miao kepada Anda, Nona Li. Saya harap dia bisa belajar dengan baik di kelas Anda."

"Ya, tentu saja," jawab Nona Li.

Ketika Kepala Sekolah Zhang pergi, Nona Li mengajak Miao Miao untuk ikut bersamanya menuju kelas. "Ayo, kita ke kelasmu. Mereka sudah menunggu," ucapnya sambil melangkah keluar dari ruang guru.

Miao Miao mengikutinya dengan tenang. Dalam hati, ia sudah tahu ke mana langkah ini akan membawanya. "Kelas ini, tempat aku akan bertemu orang-orang yang pernah kutemui sebelumnya. Ah, menarik sekali."

Ia berjalan beberapa langkah di belakang Nona Li, wajahnya tetap tenang, seperti tidak ada yang spesial sedang terjadi. "Sudahlah, ikut saja alurnya. Pada akhirnya, semua akan berada di tempat yang seharusnya," pikirnya sambil tersenyum kecil dalam hati.

 

Setibanya di depan kelas, Nona Li mengetuk pintu sebelum membukanya dan masuk. Dengan langkah percaya diri, ia berjalan ke depan papan tulis, memandang para murid yang sudah menunggu.

"Selamat pagi, anak-anak," sapanya hangat.

"Selamat pagi, Bu Li!" balas para siswa serentak.

Setelah itu, Nona Li tersenyum dan berkata, "Hari ini, kita kedatangan seorang murid baru. Saya harap kalian semua bisa menyambutnya dengan baik dan membantu dia beradaptasi di sekolah ini."

Ia menoleh ke pintu, memberikan isyarat kepada Miao Miao untuk masuk.

Miao Miao melangkah masuk dengan tenang. Penampilannya sederhana, hanya memakai seragam sekolah tanpa aksesoris tambahan, namun auranya yang anggun dan wajahnya yang cantik langsung menarik perhatian. Seluruh siswa, baik laki-laki maupun perempuan, terpana melihatnya.

"Murid baru ini bernama Chen Miao Miao. Silakan, perkenalkan dirimu," ucap Nona Li sambil mempersilakan Miao Miao berbicara.

Miao Miao melangkah ke depan kelas. Kali ini, ia memutuskan untuk memberikan senyum yang hangat, sesuatu yang jarang ia lakukan.

"Halo semuanya. Nama saya Chen Miao Miao. Saya baru pindah ke sini, jadi saya harap kita bisa menjadi teman baik. Kalau ada yang butuh bantuan, jangan ragu untuk bertanya pada saya juga. Mohon bimbingannya," ucapnya lembut, dengan suara yang jernih.

Reaksi kelas langsung riuh.

"Wah, dia ramah banget!"

"Cantik banget sih!"

"Senang banget ada murid baru kayak dia."

Miao Miao tetap tersenyum sambil memperhatikan mereka. Dalam hati, ia tahu reaksi ini berbeda dari kehidupannya yang dulu. Di masa lalu, ia orang yang pemalu dan penakut, sehingga sering diabaikan dan tidak diperlakukan dengan baik. Namun kali ini, ia bertekad untuk berubah.

Setelah memperkenalkan diri, Nona Li menunjukkan tempat duduk Miao Miao. "Miao Miao, kamu duduk di sini, di sebelah Shen Ling. Shen Ling, tolong bantu dia kalau ada yang dia tidak tahu."

Shen Ling, seorang gadis dengan rambut hitam sebahu dan senyum hangat, mengangguk antusias. "Tentu saja, Bu Li. Miao Miao, aku Shen Ling. Senang bisa duduk sebangku denganmu," ucapnya sambil mengulurkan tangan.

Miao Miao menjabat tangan Shen Ling dengan senyum kecil. "Di kehidupan sebelumnya, Shen Ling adalah teman terbaikku. Dia selalu membelaku meskipun banyak yang memusuhiku. Senang melihatnya lagi di sini."

"Senang bertemu denganmu, Shen Ling," jawab Miao Miao ramah.

Setelah itu, pelajaran dimulai, namun sesekali Miao Miao bisa merasakan beberapa tatapan penasaran dari teman-teman sekelasnya. Ia memilih tetap tenang dan fokus pada pelajaran, bersiap menjalani kehidupannya di sekolah ini dengan strategi yang berbeda.

 

Ketika pelajaran dimulai, Nona Li mulai menjelaskan materi matematika dengan antusias. Seluruh murid membuka buku mereka, termasuk Miao Miao. Namun, alih-alih mencatat atau mengikuti, Miao Miao hanya membuka buku tanpa niat untuk mempelajarinya.

"Tidak perlu mempelajari ini lagi... aku sudah hafal luar kepala. Waktu dulu aku memilih tidak mencolok, berpura-pura biasa saja demi menghindari perhatian. Tapi sekarang? Heh, aku tidak akan menyembunyikan potensiku lagi. Aku ingin mereka semua tahu siapa aku sebenarnya," pikirnya dalam hati, sementara pandangannya terlihat kosong.

Nona Li, yang sangat perhatian pada murid-muridnya, menyadari bahwa banyak murid tidak benar-benar fokus. Sebagai strategi, ia memutuskan untuk meminta mereka maju ke depan kelas satu per satu.

"Baik, anak-anak, saya akan memberikan beberapa contoh soal di papan tulis. Saya ingin kalian maju dan mencobanya, bergantian, ya," katanya sambil menuliskan soal di papan tulis.

Mendengar itu, hampir seluruh murid mulai menunjukkan berbagai reaksi untuk menghindar. Ada yang pura-pura sibuk membaca buku, melihat catatan, atau bahkan berpura-pura mencari sesuatu di dalam tas mereka.

Sementara itu, Miao Miao masih tenggelam dalam lamunannya. Pandangan matanya kosong, tetapi pikirannya penuh dengan pemikiran masa lalunya. Kalau dulu aku yang seperti ini, pasti mereka semua akan menganggapku bodoh. Tapi lihatlah, kali ini aku akan membuat mereka semua terkejut...

Mata Nona Li akhirnya tertuju pada Miao Miao yang tampak tidak sadar dengan situasi sekitarnya.

"Miao Miao," panggil Nona Li, suaranya tegas namun tetap lembut.

Namun, Miao Miao tidak merespons.

"Miao Miao?" ulangnya lagi.

Shen Ling, yang duduk di samping Miao Miao, menyenggol lengan temannya dengan khawatir. "Miao, kamu dipanggil guru. Sadar, dong," bisiknya.

Miao Miao akhirnya tersadar dari lamunannya. Ia mengangkat wajah, menatap ke arah Nona Li tanpa ekspresi.

"Ya, Bu?" jawabnya datar.

"Silakan maju dan kerjakan soal ini di papan tulis," ujar Nona Li, menatapnya penuh perhatian.

Tanpa berkata apa-apa, Miao Miao bangkit dari tempat duduknya dengan tenang dan berjalan ke depan. Seluruh kelas menatapnya dengan berbagai ekspresi.

"Dia dipanggil karena melamun?"

"Yah, lihat saja. Pasti dia tidak bisa," bisik seorang murid di belakang.

"Anak baru biasanya kan nggak paham cara ngajarnya Bu Li," timpal yang lain sambil terkekeh.

Miao Miao berdiri di depan papan tulis, membaca soal yang diberikan. Dalam hitungan detik, ia mulai menuliskan jawaban. Tangannya bergerak cepat namun rapi. Ia berhenti sejenak untuk memastikan jawaban akhirnya, lalu meletakkan spidol dan kembali ke tempat duduknya.

Total waktu? Tiga menit.

Seluruh kelas terdiam.

"Wow..." bisik salah satu murid.

"Kok dia cepet banget?"

"Jawabannya kayaknya bener semua, deh."

"Beneran anak baru nih? Kok kayak jenius," gumam yang lain.

Shen Ling yang duduk di samping Miao Miao menatapnya dengan tatapan tak percaya. "Miao Miao, kamu hebat banget! Serius, aku nggak nyangka kamu bakal jawab secepat itu. Kamu beneran jenius, ya?" bisiknya penuh kagum.

Miao Miao hanya tersenyum kecil. "Aku hanya mengerjakannya sesuai dengan yang diajarkan," jawabnya ringan.

Di depan kelas, Nona Li memeriksa jawaban Miao Miao dengan serius. Setelah memastikan semua benar, ia menatap kelas.

"Lihatlah, ini adalah contoh jawaban yang sangat rapi dan tepat. Miao Miao, kamu sangat cerdas. Lanjutkan seperti ini," katanya penuh pujian.

"Terima kasih, Bu," jawab Miao Miao sopan, sambil membungkuk sedikit.

"Heh, ini baru permulaan. Kalian pikir aku cuma anak biasa? Aku akan memastikan kalian semua tahu siapa aku sebenarnya," pikir Miao Miao dalam hati, sambil duduk kembali dengan santai.

Sementara itu, seluruh murid di kelas masih menatapnya dengan kagum, bahkan sedikit heran. Tidak ada yang menyangka bahwa murid baru ini memiliki kemampuan sehebat itu. Pelajaran pun berlanjut, tetapi perhatian murid-murid tidak sepenuhnya kembali ke materi. Banyak yang masih sibuk berbisik tentang Miao Miao, murid baru yang baru saja membuat mereka semua terkejut.

 

📢

Jangan lupa untuk follow author dan tekan tombol like serta tinggalkan komentar agar cerita ini bisa terus berlanjut! Dukungan kalian sangat berarti dan menjadi semangat bagi author untuk terus berkarya. Terima kasih sudah meluangkan waktu membaca cerita ini. Jangan lupa juga cek karya lainnya, ya! Selamat membaca dan menikmati kisah seru ini. 📝

1
Sribundanya Gifran
lanjut up lagi thor
Amriati Plg
Masih kurang belum ke salon
Miea™
lanjut
Rossy Annabelle
lanjoooot🤯
DN
Luar biasa
DN
Alhamdulillah....akhirnya ortu nya sadar jg.
ika yanti naibaho
nexxttt kakk
DN
mampus lu...kena batu nya Xiao Yan.
Amriati Plg
Di toko pasti ada cctv kenapa ngk di cek biar si ulat bulu itu malu
Salsabila Arman
lanjut
Vivi❄️❄️
lanjutan
Sribundanya Gifran
lanjut up lagi thor
DN
Miao Miao anak kandung bukan angkat
Salsabila Arman
lanjut
DN
ini Miao Miao knp sich....ngelamun aja
Asna
Luar biasa
DN
Baguss Miao Miao. maju terus pantang mundur !!!
Sribundanya Gifran
lanjut
Dinda Siti
haha yaampun gemes banget ngeliatnya/Facepalm//Facepalm/
Miea™
tetap semangat terus update nya Thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!