Untuk mengisi waktu senggang diawal kuliah, Om Raka menawari Alfath untuk menjadi tutor anak salah satu temannya. Tanpa fikir panjang, Alfath langsung mengiyakan. Dia fikir anak yang akan dia ajar adalah anak kecil, tapi dugaannya salah. Yang menjadi muridnya, adalah siswi kelas 3 SMA.
Namanya Kimmy, gadis kelas 3 SMA yang lumayan badung. Selain malas belajar, dia juga bar-bar. Sudah berkali-kali ganti guru les karena tak kuat dengannya. Apakah hal yang sama juga akan terjadi pada Alfath?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12
Ponsel Alfath tiba-tiba berdering, ada telepon dari Tante Kinan. Wanita itu memberi tahu jika orang tuanya datang. Mau tak mau, Alfath harus segera pulang.
"Jangan lama-lama disini, langsung pulang," pesan Alfath sebelum dia meninggalkan minimarket.
"Hem, Iya," Kimmy mengangguk.
Motor Alfath melesat meninggalkan halaman minimarket, meninggalkan Kimmy seorang diri disana.
Baru sampai di depan teras, Alfath sudah mendengar suara berisik dari dalam rumah. Suara tawa terdengar mendominasi, padahal biasanya tak seperti itu saat orang tuanya datang. Dengan sedikit berlari saking semangatnya, dia masuk, senyumnya mengembang melihat siapa saja yang ada di ruang keluarga rumah Tante Kinan. Pantas saja ramai sekali, ternyata ada si gemoy Kilau.
"Lha, ini dia, Om Al udah datang," ujar Tante Kinan yang pertama kali melihat kedatangan Alfath.
Alfath menghampiri mereka, tujuan pertama, jelas sang mama yang meski cerewet, ngangenin banget. Dia mencium tangan lalu memeluk mamanya. Rindu sekali dia pada wanita yang telah melahirkannya itu meski setiap 2 atau paling lama 3 bulan sekali, dia pulang ke rumah.
"Kangen," ujar Alfath di balik punggung sang mama.
Mama Nara melepas pelukannya, memindai wajah sang putra yang semakin dewasa, terlihat semakin tampan. "Yakin kangen?" godanya.
"Iya, kangen duitnya."
Plakk
"Aduh!" Alfath meringis saat lengannya digaplok Mama Nara.
Alfath ganti menghampiri ayahnya, sama seperti tadi, dia mencium tangan lalu memeluknya.
"Sehat?" tanya Ayah Septian.
"Alhamdulillah."
Karena kali ini yang datang serombongan, Alfath masih belum bisa duduk santai untuk membongkar oleh-oleh dari mamanya. Ya, setiap kali datang ke Bandung, bisa satu koper sendiri oleh-oleh dari mamanya. Dia salim pada Bang Aydin, lalu lanjut Lula. Sebenarnya males banget mau mencium tangan Lula, tapi kalau enggak, nanti diomelin mama. Dia harus menghormati Alula seperti dia menghormati Abangnya, titik, gak pakai koma, seperti itu yang selalu dikata Mama Nara.
"Cie... makin ganteng aja lo, Al. Sekarang bersih, gak dekil kayak dulu," Alula memuji sekaligus menghujat.
Alfath menyebikkan bibir, "Kalau elo, dulu cantik, tapi sekarang udah kayak emak-emak. Aduh!" Lagi-lagi Alfath memekik, setelah tadi digaplok, sekarang lengannya malah dicubit Alula.
Aydin yang duduk di sebelah Alula tersenyum kecut, yang kayak gini nih, yang bikin dia cemburu. Mungkin yang terlihat orang lain, biasa saja, tapi yang terlihat dimatanya, luar biasa.
"Udah mirip sama Mak Nara lo, La, suka KDRT." Alfath mengacak gemas puncak kepala Alula, namun saat sadar sesuatu, dia langsung menyudahi dan beralih mendekati si cantik Kilau. Dia sempat melirik sekilas abangnya, dan benar dugaannya, raut wajah abangnya seperti orang yang sedang menahan sesuatu. Bukan menahan bab pastinya, tapi menahan cemburu. "Ponakan Om cantik banget, gemoy."
Alfath menggendong Kilau, mengangkat batita gemoy itu tinggi-tinggi.
"Hwaaaa... "
Alih-alih seneng, Kilau malah nangis kejer. Sebagai seorang ibu, Alula langsung sigap mengambil alih putrinya tersebut.
"Cemen banget sih anak lo, La, masa gitu aja takut."
"Bukan takut ketinggian, tapi takut ngeliat muka lo," balas Alula. Baru beberapa saat dalam gendongan Alula, Kilau langsung berhenti menangis. Apalagi saat papanya mengambil alih, memberinya minum air putih serta mengajak becanda, Kilau langsung cekikikan lagi. Tapi tiba-tiba, tercium bau tidak sedap, Kilau bab.
"Yuk aku anterin ke toilet," tawar Alfath. Dia mengajak Alula beserta Kilau ke toilet yang ada di depat dapur. Toilet di sana tak kalah bersih dengan toilet yang ada di dapur. Rumah Tante Kinan memang sangat bersih, selain karena tak ada anak kecil, juga karena dia yang sangat mencintai kebersihan.
Di dapur, sedang ada Mbak Sari yang sedang membuat kue. Aroma kue yang lezat, membuat Alula tak bisa menahan diri untuk mencicipi. Dia dan dan Alfath duduk di kursi yang ada di dapur. Ingin leluasa menikmati kue, dia memberikan Kilau pada Alfath untuk dipangku.
"Lo, masih aja ya, La, doyan makan," Alfath memperhatikan Alula yang asyik makan. Sesekali dia menyuapkan secuil kue pada Kilau.
"Namanya juga ibu hamil, Al."
"Halah, lo mah emang doyan makan. Meski gak hamil, dari dulu hobi lo itu makan."
"Hehehe," Alula terkekeh pelan. Percuma juga sok jaim di depan Alfath, cowok itu tahu segalanya tentang dia.
"Gue kangen banget sama lo, Al, sama Nifa, juga Riko. Kalau pas gak ada kesibukan, gue kangen ngumpul sama kalian."
"Kangen masa-masa SMA ya, La."
Kedua orang yang lama tak bertemu itu larut dalam obrolan mengenang masa SMA. Mengingat momen-momen ke absurd an zaman dulu, bikin mereka tertawa cekikikan. Parahnya, sampai lupa waktu, terlalu lama di dapur. Sampai-sampai, Aydin datang menyusul.
"Ck, makan kok gak ngajak-ngajak sih," dia mengambil kue di tangan Alula dan langsung memakannya.
"Ish, sukanya gitu deh, ngambil punya orang," gerutu Alula.
"Biarin, yang penting gak ngambil istri orang."
Deg
Alfath merasa tersindir. Nada bicara abangnya memang seperti becanda, tapi siapa tahu, pria itu sedang mengeluarkan isi hati. Arghhh.. kenapa dia yang jadi gak enak gini.