Berawal dari hadirnya Raya dalam kehidupan Andini dan Rido ( Suami Andini). Kehadiran Raya membuat Rido kelap mata. Rido yang awalnya setia pada isterinya itu, Berbelok arah dengan kehadiran Raya.
"Akankah hubungan rumah tangga Andini dan Rido utuh dengan kehadiran orang ketiga!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon christinsenia seranica, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
12
"Makanya enggak usah terlalu makan banyak, Jadi sakit perut kan!" Risti tampak menggerutu.
"Namanya gue lapar, Jadi banyak makan tadi dikantin!" Ucap Evi.
Setelah itu, Evi pun tampak berlari terbirit-birit kearah toilet yang ada di perusahaan itu. Disaat Evi sedang menuju ke toilet, Tiba-tiba wanita yang terkenal dengan suara cemprengnya itu melihat Bima dan Rido tengah berbincang.
Melihat keduanya itu tengah berbincang, Evi diam-diam mendekat ke arah mereka untuk mendengar percakapan mereka. Namun, Ketika Evi hampir mendengarkan obrolan mereka, Wanita dengan suara cempreng itu kembali merasakan sakit perut, Sehingga ia mengurungkan niatnya untuk mendengarkan percakapan mereka.
Lalu dengan cepat, Evi pun tampak berjalan dengan cepat menuju ke toilet yang terdekat. Saking cepatnya Evi berjalan ke toilet, Wanita dengan suara cempreng itu sampai salah masuk toilet. Evi tak melihat jika toilet yang dimasuki oleh toilet pria bukan wanita.
Ketika Evi masih berada dalam toilet itu, Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki dari arah luar. Seorang pria itu tampak sedang menghubungi seseorang.
"Halo, Bagaimana kondisi disana?" Terdengar seorang wanita yang menghubungi pria yang ada diluar toilet itu.
"Kondisi disini aman, Setelah dia maksud perangkap. Kita kan hancurkan perusahaannya!" Ucap pria itu.
Sementara Evi terus mendengarkan percakapan orang itu tanpa ia tahu maksud dari omongan pria di luar toilet tersebut.
Selesai Evi ditoilet itu, Evi tampak keluar dari toilet itu. Ketika Evi hendak keluar dari toilet itu, Tiba-tiba pria yang berada di luar toilet itu menghentikan langkah Evi.
"Elu siapa? Sedang apa elu ditoilet ini! Atau jangan-jangan elu ini mata-mata!" Ucap pria itu.
"Mata-mata apa? Gue kesini karena salah masuk toilet!" Jelas Evi.
"Jadi elu enggak dengar apa yang gue bicarakan tadi!"
"Ya enggak dengar lah, Namanya juga gue lagi ditoilet!"
"Ya sudah, Elu boleh pergi!" Ucap pria paruh baya itu.
Setelah itu, Evi pun berjalan kembali menemui kedua sahabatnya yang berada diluar itu. Sesampainya diluar, Evi melihat wajah kedua sahabatnya itu penuh kemarahan.
"Cempreng.....Elu ngapain saja sih di toilet, Kok lama sekali disana!" Risti tampak geram.
"Ya gue buang hajat lah, Masak iya gue goyang-goyang di toilet!" Ucap Evi dengan santainya.
"Elu bisa serius enggak!" Teriak Risti
"Ya maaf, Gue kan sakit perut makanya lama!"
"Elu tahu enggak sih, Gara-gara elu lama disana kita jadi enggak bisa mengikuti Rido sama Bima!" Ucap Risti yang tampak kesal.
"Sudah......sudah, Mungkin belum rejeki kita tahu kebenarannya!" Celetuk Andini.
Sementara Evi tampak merunduk, Wanita dengan suara cempreng itu benar-benar merasa bersalah pada kedua sahabatnya itu, Sehingga Evi langsung merundukkan kepalanya.
"Le, Gue minta maaf! Gara-gara gue kita enggak bisa mengikuti suami elu!" Ucap Evi.
"Sudah enggak usah menyalahkan diri begitu, Kamu enggak sepenuhnya salah kok!" Ucap Andini dengan pelan.
"Elu emang baik Din!" Evi langsung memeluk sahabatnya itu. Ketika Evi tampak sedang memeluk sahabatnya itu, Tiba-tiba Evi teringat akan sesuatu.
"Le, Gue baru ingat kalau sebelum masuk toilet gue sempat dengar percakapan suami lu sama Bima!" Ucap Evi.
"Percakapan tentang apa?"
"Kalau enggak salah, Hari ini mereka mau mengunjungi sebuah gedung!"
"Gedung, Elu tahu alamat gedung itu!"
"Tahu Din, Gue sempat dengar alamat itu!"
"Ya sudah, Kita kesana sekarang!" Ajak Andini.
Setelah itu, Ketiga sahabat itu langsung berangkat menuju sebuah gedung yang dikunjungi oleh Bima dan Rido. Beberapa saat kemudian, Ketiganya pun telah sampai di gedung tersebut. Sesampainya disana, Ketiganya pun langsung turun dari mobil tersebut, Kemudian berjalan ke depan gedung itu.
"Vi, Elu benar ini tempatnya! Tapi kok mas Rido sama Anton enggak kelihatan!" Ucap Andini yang merasa kurang yakin dengan alamat yang diberitahukan Evi.
"Benar kok, Gue dengar sendiri mereka sebut alamat ini!" Evi tampak menyakinkan Andini.
Ketika ketiga sahabat itu tampak berjalan disana, Tiba-tiba Risti melihat Bima dan Rido tengah berdiri di dalam gedung itu. Melihat kedua itu disana, Risti mengajak kedua sahabatnya itu untuk bersembunyi di sebuah tempat yang tak terlihat oleh kedua pria itu.
"Eh Judes, Elu ngapain bawa kita kesini!" Ucap Evi dengan suara cemprengnya.
"Bisa dikurangi enggak volume suara elu tu!" Kata Risti.
"Lagian elu, Udah ngajak kita sembunyi disini. Terus sekarang elu suruh gue kurangi volume suara gue! Aneh lu!" Evi tampak kesal.
"Emang ada apas sih Ris, Kok kita sembunyi disini!" Celetuk Andini.
"Di dalam gedung itu, Ada mas Anton sama mas Rido. Kalau mereka lihat kita bisa gawat!" Beri tahu Risti.
Ketika Evi tampak mengangkat kepalanya untuk melihat ke arah kaca yang ada dalam gedung itu, Risti dengan cepat langsung menarik kepala Evi hingga wanita bersuara cempreng itu meringis kesakitan.
"Dasar jutek......Elu pikir kepala gue enggak sakit elu tarik-tarik!"
"Makanya kalau disuruh diam itu, Nurut! Enggak usah ngeyel!" Ucap Risti.
"Ris, Disini enggak kelihatan yang mereka lakukan, Mending pindah kesana aja!" Celetuk Andini.
"Gue setuju," Kata Andini.
Setelah itu, Mereka pun pindah ke tempat yang agak dekat dari pria itu namun tetap tak terlihat oleh kedua pria itu.
"Din, Bukankah ini konsep pernikahan! Kira-kira siapa yang akan menikah!" Ucap Risti
"Gue juga enggak tahu Ris, Nama pengantinnya juga enggak tertulis di pelaminan itu!" Kata Andini.
"Gue jadi penasaran deh Din, bagaimana kalau kita tanya sama panitia acaranya saja!" Usul Risti.
"Gue setuju Ris, Tapi tunggu mas Bima dan mas Rido pergi dulu!" Ucap Andini.
Beberapa saat setelahnya, Terlihat kedua pria itu meninggalkan gedung tersebut. Setelah kedua pria itu pergi, Ketiga sahabat itu tampak mendekat ke arah panitia acara tersebut.
"Pak boleh minta waktunya untuk bicara sebentar!" Ucap Andini.
"Bisa, Emang ada apa ya?"
"Kalau boleh tahu, Kira-kira siapa ya nama pengantin yang pakai gedung ini!"
"Kalau nama pengantinnya saya enggak bisa beri tahu mbak, Maaf ya itu rahasia!" Ucap salah satu panitia acara itu.
"Elu mau kasih tahu dengan halus atau dengan kasar!" Evi tampak menarik leher pria yang bertugas sebagai panitia acara itu.
"Saya enggak bisa kasih tahu nama pengantinnya, Tetapi saya akan kasih tahu jadwal acaranya!" Ungkap pria itu.
"Kapan acaranya?"
"Besok pagi jam 09.00," Ucap pria itu.
Seusai diberi tahu pelaksanaan pernikahan tersebut, Evi langsung melepaskan tangannya dari leher pria itu.
Pria itu tampak batuk-batuk setelah Evi memegangi lehernya. Sementara Risti yang melihat perbuatan sahabatnya itu, Tampak tertawa terbahak-bahak.
"Hahaha.....hahahahah...." Terdengar suara Risti tertawa.
"Kenapa elu tertawa enggak jelas gitu!" Ucap Evi.
"Ya gue heran saja sama elu, Selain suara elu yang cempreng itu. Ternyata Elu juga bisa memusnahkan orang dalam sekejap!" Gurau Risti