Cinta beda usia namun murni bukan karena embel embel mencari materi tapi karena kesalahpahaman membuat kisah keduanya harus berakhir tanpa kata selesai. Hana yang merasa kecewa karena penolakan sepihak yang diberikan ibu si pria membuat hana memutuskan pergi membawa buah cintanya bersama pandu. Sementara pandu kelimpungan mencari hana sampai membuat hidupnya berantakan.
Penasaran sama kisahnya?
Yuk mampir, baca dan jangan lupa like serta dukungannya yaa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ranimukerje, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
12. Ketakutan pandu
Napas pandu terengah, ia terbangun karena mimpi yang membuatnya harus membuka mata ditengah malam. Suara hujan diluar membuat dada pandu makin bergemuruh karena beberapa kali pula suara petir menyambar.
"Ya allah, kenapa harus mimpi berpisah dengan hana." Tanpa terasa pandu menangis sampai terisak.
Dulu, saat berpisah dengan anabela tak sekalipun pandu meneteskan air matanya padahal dari pernikahannya bersama dengan ana mereka sampai memiliki tiga buah hati. Tapi kali ini hanya karena mimpi saja pandu sampai menangis sesenggukan. Dadanya terasa begitu sesak bahkan napas pandu sampai terputus putus.
"Aku ga mau sampai putus atau bahkan pisah sama hana. Bukan hanya aku saja yang akan sakit karena anak anak juga pasti akan kehilangan karena sekarang mereka sedikit sedikit tanya hana ke aku." Batin pandu yang masih saja menangis ditengah malam yang hujan turun lumayan deras.
Disisa malam setelah pandu terbangun karena mimpi paling buruk versinya. Pandu tak lagi bisa memejamkan mata barang sedetik. Pagi menyapa dengan rintik yang masih tersisa. Kepala pandu terasa sedikit berat, ia putuskan untuk segera mandi dan turun kebawah untuk meminta bibi membuatkannya minuman hangat yang mungkin saja bisa mengurangi pening di kepalanya.
"Loh, kok pagi banget sudah bangun pak?" Tanya bibi saat melihat pandu masuk ke area dapur.
"Iya, saya lagi sakit kepala. Bik, tolong buatkan saya minuman hangat yang bisa sedikit mengurangi sakit kepala ya. Tapi jangan kopi."
Bibi mengangguk mengerti karena pandu memang bukan penikmat kopi. Dengan cekatan bibi membakar jahe dan merebus air agar bisa menghidangkan minuman yang pandu inginkan dengan segera.
"Pak"
Bibi datang dengan nampan berisi minuman jahe hangat dan beberapa gorengan tempe dan tahu yang sempat bibi buat saat menunggu minuman yang tadi dibuatnya.
"Makasih bik."
"Sama sama pak, silahkan dinikmati."
Pandu mengangguk samar dengan mata masih tetap fokus didepan layar ponselnya. Sejak duduk dimeja makan, pandu sibuk berkirim pesan dengan dara mudanya. Banyak pertanyaan sepele yang pandu tanyakan dan seperti biasa hana dengan cepat membalas karena tak mau pandu sampai ngambek seperi yang sudah sudah.
"Sayang, kamu dimana."
"Sudah sarapan."
"Sudah berangkat kekantor belum."
"Kamu sehat kan."
Masih banyak lagi pertanyaan lain yang pandu tanyakan. Sementara diatas ojek online yang hana tumpangi, sang dara sedang mengernyit bingung kenapa sepagi ini pandu sudah bawel sekali. Pandu memang kerap kali ngambek karena hal hal sepele tapi kali ini terasa berbeda bagi hana.
.
.
.
Tok
Tok
Tok
Pandu mengetuk pintu kamar kost hana dengan tidak sabaran. Hana yang sedang mandi tidak langsung membuka pintu melainkan dengan cepat menyelesaikan mandinya karena pintu kamarnya yang terus diketuk membuat acara mandinya jadi tidak tenang. Padahal sepulang dari kantor hana berencana untuk menghabiskan waktu sedikit lebih banyak untuk membersihkan diri.
Ceklek
"Kenapa lama banget buka pintunya?"
Pandu masuk dengan wajah masam karena lama menunggu ditambah suasana hatinya sedang tidak baik baik saja. Perihal mimpi semalam masih mengganggu pikiran pandu sampai membuat pekerjaannya hari ini banyak yang terbengkalai.
"Aku mandi loh mas, nih mas bisa lihat aku masih pakai jubah mandi terus rambut ku juga basah." Sungut hana sambil menutup pintu lalu menguncinya.
"Mas mandi sana." Suruh hana tapi pandu malah menggeleng sambil merebahkan tubuhnya ditengah ranjang.
"Kenapa sih? Hari ini kok rewel banget, udah kayak cewek lagi datang bulan aja."
Tak menjawab, pandu malah menarik hana kedalam pelukannya.
"Ih"
"Kamu jangan tinggalin mas ya."
Pandu meneteskan air mata dan hana tak menyadarinya. Entah kenapa pandu jadi sangat emosional saat ini. Mimpi semalam benar benar membuat pandu dilanda ketakutan yang sangat berlebihan. Banyak orang mempercayai jika mimpi bisa jadi kenyataan tapi tak sedikit orang yang beranggapan mimpi hanyalah bunga tidur. Pandu yang memang sangat mencintai dara mudanya tentu saja dibuat ketakutan kalau sampai mimpinya jadi kenyataan.
"Siapa sih yang mau ninggalin mas, aku kan sudah jadi miliknya mas pandu." Hana yang tak tau kalau kekasihnya sedang menangis malah cuek dan memeluk erat tubuh pandu dengan erat.
Disela tangisnya pandu menyunggingkan senyum. Cintanya yang teramat besar untuk hana ternyata juga begitu hana pada dirinya. Pandu hanya bisa berdoa, memohon agar tak ada perpisahan dalam hubungannya kali ini. Bahkan pandu berencana untuk segera mengenalkan hana pada maya ibunya walau pandu tau betul penolakan akan ia dapatkan karena sampai detik ini sang ibu masih menginginkan anabela mantan istinya untuk rujuk kembali dengan pandu.
...****************...
senang bgt bikin bumil ngereog 🤣🤣🤣
jadi banyak nih 🤣
Anabelle perempuan ga punya malu
semoga pandu dan Hana bisa mempertahankan keluarga dan anak-anak Dr mak Lampir