Ellara, gadis 17 tahun yang ceria dan penuh impian, hidup dalam keluarga yang retak. Perselingkuhan ayahnya seperti bom yang meledakkan kehidupan mereka. Ibunya, yang selama ini menjadi pendamping setia, terkena gangguan mental karena pengkhianatan sang suami bertahun tahun dan memerlukan perawatan.
Ellara merasa kesepian, sakit, dan kehilangan arah. Dia berubah menjadi gadis nakal, mencari perhatian dengan cara-cara tidak konvensional: membolos sekolah, berdebat dengan guru, dan melakukan aksi protes juga suka keluyuran balap liar. Namun, di balik kesan bebasnya, dia menyembunyikan luka yang terus membara.
Dia kuat, dia tegar, dia tidak punya beban sama sekali. itu yang orang pikirkan tentangnya. Namun tidak ada yang tahu luka Ellara sedalam apa, karena gadis cantik itu sangat pandai menyembunyikan luka.
Akankah Ellara menemukan kekuatan untuk menghadapi kenyataan? Akankah dia menemukan jalan keluar dari kesakitan dan kehilangan?
follow ig: h_berkarya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HaluBerkarya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Minta tolong Arkana.
“ken, lo lihat disana,” di rooftop, Arka, kenzo, Dimas dan Riza duduk sambil memperhatikan sebuah objek yang beberapa hari ini begitu menarik perhatian mereka.
Di bawah pohon rindang, halaman belakang sekolah, seorang gadis tengah duduk seorang diri, membuka bekalnya.
“Gadis itu, aku penasaran kenapa dia selalu duduk seorang diri di sana? Apa dia tidak punya teman?” Riza sejak tadi tak bisa mengalihkan fokus dari gadis itu.
“Kayaknya begitu. Oh iya, kenapa baru di lihat beberapa hari ini ya? Apa dia murid baru?” timpal Kenzo.
“Ya mana gue tahu, pergi tanya gih!” sahut Riza dengan nada jutek.
“Eh, eh.. Kalian diam dulu! Itu kan genk nya Viona dan casandra kan? Kenapa mereka menghampiri gadis itu, Ehhh—“ di akhir kalimat, Dimas sedikit berteriak kala melihat sesuatu yang terjadi di bawah pohon rindang itu.
“wah, mereka membullynya.” Kenzo, Riza, Dimas serta Arkana secara serentak berdiri. Mereka keluar dari rooftop, entah mau pergi kemana.
“Arkana” kedatangan Ellara yang tumben inisiatif menghampiri Arkana lebih dulu, membuat mereka berhenti dan melongo tak percaya.
“Kalian pergi duluan” perintah Arkana pelan pada teman temannya. Mereka bertiga mengangguk, kemudian meninggalkan Arkana dan Ellara di sana.
.
.
“Sweetie, ada apa?” tanya Arkana tersenyum lembut menyambut Ellara. Mereka kembali, duduk di meja yang ada di sana.
“Aku butuh bantuan kamu Ka,” ujar Ellara to the point. Arkana mengeryit keningnya. Dia menatap Ellara begitu dalam.
“Penting banget sampai harus meminta lebih dulu?” tanya pria itu. Ellara mengangguk.
“Tentu saja aku akan membantumu Sweetie, apa yang kamu inginkan, hmm?” tutur katanya sangat lembut, selembut tatapan mata Arkana pada Ellara.
“hufttt, aku bingung harus memulai ceritanya dari mana” ujar Ellara sembari menghela nafas berat. Arkana memegang tangan gadis itu, memberikan kekuatan.
“Ka, kamu tahu kan kalau mama tidak mengingatku?” Arkana mengangguk.
“Nah, aku kemarin datang ke rumah sakit bersama seorang psikiater, dia menyarankan agar Mama di rawat di rumah sakit di Singapura, dan dia sendiri yang akan menanganinya di sana nanti” Jelas Ellara sedikit demi sedikit membuat Arkana paham.
“Tapi mama nggak mau, dia masih enggan seperti jauh hari sebelumnya “ ujar gadis itu mulai sendu. Arkana mengeratkan genggamannya.
“Aku mau minta tolong sama kamu Ka, boleh nggak kamu yang membujuk mama? Secara beberapa kali kamu ikut aku berkunjung ke sana, mama kelihatannya sangat menyukai kamu. Mungkin saja jika kamu yang membujuknya, dia akan mau,” pintar Ellara dengan wajah penuh permohonan.
“Tapi kalau ternyata nggak berhasil lagi?”
“coba dulu, ini demi aku, tolong..” Arkana yang melihat itu tidak kuasa untuk menolak. Dan mungkin, apapun yang terkait dengan Ellara, tidak akan bisa pria itu abaikan.
“Baiklah, kita akan mencobanya, hmm. Mau datang kesana kapan?” tanya Arkana.
“ Hari senin siang, gimana? Soalnya besok kan weekend ya” jawab Ellara dan di setujui oleh Arkana.
.
.
“kamu mau ke kantin, sweetie?” setelah berbicara terkait datang ke rumah sakit, Arkana mengajak Ellara ke kantin. Ellara tidak menolaknya karena saat ini dia memang sedang laper.
Kedatangan mereka berdua yang terlihat sangat akrab tentu saja kembali menghebohkan isi kantin. Apalagi di sana, kembali terlihat genk ayu, si lambe sekolah yang sudah siap dengan ponselnya untuk merekam.
Mengabadikan Ellara dan Arkana sama halnya seperti tugas penting untuk mereka. Entah sudah berapa banyak uang yang mereka dapatkan dari hasil konten yang selalu menarik perhatian viewers.
“Gavin benar benar tersingkirkan nih, apalagi Gavin sudah hampir satu minggu tidak datang sekolah”
“Emang dari dulu, Ellara hanya cocok sama Arkana. Mereka berdua terlihat serasi, kek tiang listrik kali botol yakult, gemesh”
“berarti menurutmu Gavin nggak ganteng?”
“Bukan nggak ganteng, mereka berdua sama sama ganteng. Cuman menurutku, yang cocok untuk Ellara ya Arkana, kenapa? Salah?” Seperti biasa, jika sudah begini, pasti ada saja yang pro kontra antara Arkana dan Gavin.
Mengurus percintaan orang yang populer di sekolah memang lebih bagus di bandung mengerjakan tugas menumpuk dari para guru kali.
Bahkan mereka mereka yang sibuk berdebat, sementara Arkana dan Ellara hanya melengos masuk, langsung menghampiri meja di pojok.
Mereka bahkan tidak peduli dengan suara perdebatan itu, yang ada hanya mulai memesan dan fokus untuk makan.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"Kenapa diam? Anda sudah menyadarinya? Ya sudah, aku ke kam—"
Koreksi sedikit ya.