Namanya Kanaka Harvey, dia anak keduanya Letta dan Devano, sejak awal bermimpi jadi pembalap, tapi apa daya takdir menuntunnya untuk masuk ke perusahaan peninggalan kakeknya. Terkenal dingin dan tak tertarik dengan perempuan manapun, nyatanya Kanaka justru terperangkap pada pesona bawahannya di kantor yang bernama Rere (Renata Debora) , cewek itu terkenal jutek dan galak sama siapapun. Kanaka yang tak pernah berpacaran itu begitu posesif dan overprotective terhadap Rere.
IG : 16_rens
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rens16, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12 : Perhatian lo bikin gue bingung
Akhirnya Rere menikmati onigiri rasa tuna pemberian ibunya Kanaka itu, sebenarnya apa yang dikatakan oleh Kanaka itu tak ada yang salah sih.
Yang salah adalah mereka tak sedang menjalani hubungan apapun, hingga rasanya terlalu berlebihan kalau ibu dari temannya itu sampai harus bersusah payah seperti ini.
Rere tak ingin besar kepala dan menganggap Kanaka tertarik kepada dirinya yang merupakan anak orang tak mampu, Rere masih menganggap dirinya bagai butiran debu di mata Kanaka.
Belum lagi malam sebelumnya, Rere harus menerima kuliah empat SKS dari sang ibu tentang status sosial yang jauh berbeda antara Rere dan Kanaka.
Kalau kata bu Laras ibunya Rere 'jangan bermimpi terlalu tinggi, kalo jatuh yang sakit kamu sendiri!'
Dan demi apapun Rere tak akan melawan petuah bijak dari sang ibu, satu-satunya orang tuanya yang dimilikinya saat ini.
Kanaka memilih tak peduli dengan apapun yang dilakukan Rere, sebenarnya kesel sama Mimo nya juga karena mengambil kesimpulan tanpa tahu fakta yang sesungguhnya.
"Um Ka.... ini mau gue setorin ke mas Dewa atau ke lo?" tanya Rere hati-hati, melihat muka Kanaka surem kayak mau ngajakin ribut, siapa yang tak takut kan.
"Taruh aja disini!" ketus Kanaka sambil melirik mejanya.
Dengan pelan Rere meletakkan dokumen yang tadi sempat dicoret-coret sama Kanaka dan diserahkan ke Rere agar dokumennya dibetulkan di komputer.
Rere menggusah nafasnya pelan, pasalnya apapun yang terjadi diantara mereka selalu saja Rere yang disalahkan oleh Kanaka.
Sementara dalam hati, Kanaka merutuki hatinya, karena mudah tersinggung apabila Rere melakukan sesuatu yang tak sesuai dengan apa yang dimaui oleh Kanaka, um....seperti saat ini yang menolak sarapan dari Mimo nya, dan waktu itu yang menolak untuk diantar pulang ke rumahnya.
Demi menghindari atmosfer ruangan yang tiba-tiba dingin, Rere memutuskan pergi ke rooftop, memandang pemandangan sore yang cantik dengan latar belakang kota Jakarta yang terbias sinar matahari sore yang berwarna jingga.
Kanaka pun memutuskan untuk pergi ke rooftop, ia mendorong pelan pintu itu dan dia terpaku saat melihat punggung seseorang yang belakangan hari ini mengusik hatinya.
Berulang kali Kanaka menolak, tetapi entah kenapa gelenyar aneh di hatinya itu terus datang dan mengusik hatinya.
Rere memang cantik, tipe-tipe cantik yang tidak membosankan gitu orangnya, meski wajahnya jarang terkena polesan bedak tebal tapi entah kenapa aura kecantikannya memancar keluar.
Apalagi saat tersenyum lebar sehingga lesung pipinya terlihat, dengan mata besarnya yang membuat wajahnya terlihat sempurna di mata Kanaka.
"Ngapain sore-sore berdiri disitu? Lo nggak sedang mikir mau bunu* diri kan?" tanya Kanaka pelan.
Rere yang pikiran sedang melalang buana kemana-mana itu, terkaget dan sontak menoleh ke asal suara.
'Dia lagi, dia lagi, apa nggak bisa menjauh sebentar dari gue?' bisik Rere dengan mata kembali menatap ke depan.
"Lo lagi ngapain?" tanya Kanaka lagi dengan intonasi yang dibuat selembut mungkin agar Rere tak merasa sakit hati lagi.
"Gue ngapain kan bukan urusan lo?!" sahut Rere ketus.
Dia kabur kesini karena ingin menenangkan diri dan meredakan debaran jantungnya yang sedang tidak baik-baik saja saat berdekatan dengan cowok itu, eh cowok itu malah ikut kemari.
"Ketus amat jawabnya," ucap Kanaka sambil menyandarkan tubuh di tembok pembatas di rooftop ini.
"Bisa nggak lo jangan ikut campur urusan gue! Mau gue terjun, mau gue terbang, itu urusan gue! Ngapain lo mau tau aja!" teriak Rere membuat Kanaka terjengkit kaget.
"Ngapain lo teriak sih?! Kuping gue nggak budeg!" sahut Kanaka tak kalah ketus.
"Karena gue nggak suka lo ngedeketin gue mulu, kebaikan lo itu bikin gue frustasi!" teriak Rere sambil menatap nyalang Kanaka.
Mendengar teriakan Rere itu, jelas membuat emosi Kanaka naik ke permukaan.
Kanaka menarik tangan Rere, memepetnya ke dinding tembok sebelah kiri, lalu dengan rakus mengakuisisi bibir Rere.
Rere melotot mendapat serangan tersebut, harusnya dia menarik diri kan atau memukul badan Kanaka keras-keras, tapi nyatanya hati Rere tak bisa berbohong kemana dia mau berlabuh.
Rere mulai memejamkan mata dan menikmati bibir Kanaka yang telah mencuri ciuman pertamanya itu.
Saat keduanya hampir kehabisan nafas, Kanaka merenggangkan tubuhnya dan menempelkan keningnya ke kening Rere.
"Jadi sekarang lo nggak bisa bilang gue nggak punya hak untuk ikut campur hidup lo, karena mulai hari ini lo milik gue!" kata Kanaka dengan suara pelan tapi sarat penekanan.
Rere menatap kedalaman mata Kanaka, menantang mata itu untuk mengungkapkan apa yang mau Rere dengar.
"Inget apa yang gue bilang barusan, lo milik gue, jadi jangan harap lo bisa lepas dari gue setelah ini!" lanjut Kanaka saat melihat Rere masih membisu.
Setelah akal sehatnya kembali, Rere mendorong tubuh Kanaka, lalu secepat kilat berlari dari hadapan Kanaka.
'Pernyataan macam apa itu? Gue milik dia? Jangan mimpi!' maki Rere dalam hati.
Sampai di ruangannya, Rere duduk di kursinya sambil merasakan debat dada yang semakin tak biasa itu.
Tak lama Kanaka masuk dan duduk di samping Rere, seolah-olah tak ada yang terjadi di antara mereka.
Semua staff menatap keduanya dengan tatapan bingung, ada yang berbeda dengan Kanaka dan Rere, um..... Rere terlihat salah tingkah, sedangkan Kanaka terlihat mengulum senyumnya, seperti sedang merasakan bahagia.
Tepat jam lima sore, Kanaka berdiri di samping Rere."Pulang bareng gue!" perintah Kanaka pelan.
"Tapi gue bawa motor Ka," sahut Rere menundukkan kepalanya dalam-dalam sekedar menyembunyikan rona wajahnya.
"Mulai besok pergi ama pulang barengan gue! Ngerti!" lanjut Kanaka langsung pergi meninggalkan Rere sendiri.
"Sebenarnya ini apa sih? Gue bingung, terus gimana sama ibu? Apa semua akan baik-baik saja, bagaimana kalau ibu langsung mengusir dia nanti?" Gumaman Rere nyatanya hanya bisa didengar olehnya sendiri.
"Terus hubungan kami ini disebut apa? Masak nggak ada kalimat pembukaan seperti 'aku sayang kamu' atau 'mau nggak jadi pacar aku', hmm dasar aneh!" Lagi-lagi Rere berkata sama komputer di depannya, hingga kelakuan anehnya membuat Eri yang pulang belakangan hanya menggeleng bingung.
Tak ingin terlarut dalam kebingungannya, Rere memutuskan pulang dengan otak yang tidak fokus dengan apapun yang ada di depannya.
______
Ada nggak sih di dunia nyata yang kelakuannya kayak Kanaka gini?
Menyatakan cinta sih harusnya nggak gitu ya? Tapi kalimat cinta yang terucap itu tak melulu hanya 'I love you' karena banyak juga orang di luaran sana yang kelakuannya mirip Kanaka, malah ada yang lebih parah lagi, pedekate tanpa kata lalu mendeklarasikan diri menjadi sepasang kekasih.
Betewe untuk kalian semua yang terus nantiin update nya Kanaka dan Rere, makasih banyak ya.
Salam sayang buat kalian di manapun berada.
cerita nya bagus tapi jadi ngeh setiap bab gini mulu