Gus Shabir merasa sangat bahagia saat ayah Anin datang dengan ajakan ta'aruf sebab dia dan Anin sudah sama-sama saling menyukai dalam diam. Sebagai tradisi keluarga di mana keluarga mempelai tidak boleh bertemu, Gus Shabir harus menerima saat mempelai wanita yang dimaksud bukanlah Anin, melainkan Hana yang merupakan adik dari ayah Anin.
Anin sendiri tidak bisa berbuat banyak saat ia melihat pria yang dia cintai kini mengucap akad dengan wanita lain. Dia merasa terluka, tetapi berusaha menutupi semuanya dalam diam.
Merasa bahwa Gus Shabir dan Anin berbeda, Hana akhirnya mengetahui bahwa Gus Shabir dan Anin saling mencintai.
Lantas siapakah yang akan mengalah nanti, sedangkan keduanya adalah wanita dengan akhlak dan sikap yang baik?
"Aku ikhlaskan Gus Shabir menjadi suamimu. Akan kuminta kepada Allah agar menutup perasaanku padanya."~ Anin
"Seberapa kuat aku berdoa kepada langit untuk melunakkan hati suamiku ... jika bukan doaku yang menjadi pemenangnya, aku bisa apa, Anin?"~Hana
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Dua Belas
Hari ini di rumah kediaman Annisa dan Ikhbar sedang dipenuhi dengan keluarga besar mereka. Para tetangga juga tampak berdatangan.
Aqila, putrinya Annisa akan bertunangan dengan pria pilihannya. Hana dan Shabir juga tampak hadir di antara keluarga yang lain.
Hana memilih bertahan, setelah tahu semua alasan Shabir selama ini tak menyentuhnya. Dia bertekad akan membuat suaminya itu bisa melupakan cintanya pada Anin dan memandang dirinya.
Hana duduk di sudut ruang tamu, sambil memandang pasangan suami istri dari keluarganya. Mereka tampak sangat akrab. Berbeda dengan dirinya, yang hanya berpura-pura bahagia dengan pernikahannya.
Shabir sang suami sedang berkumpul dengan Ghibran, Ikhbar dan pria lain dari keluarga besarnya. Dari dulu, sebenarnya Hana sudah merasa terkucil, banyak keluarga mereka yang kurang bisa menerima kehadirannya. Mungkin karena dia lahir dari rahim wanita yang dianggap pelakor.
Mereka hanya menegur atau menyapa, jika ada Ghibran dan Aisha. Jelas semua karena rasa hormat pada sang abang saja. Namun, Hana masih tetap bersyukur karena dia dibesarkan oleh Aisha. Wanita itu menyayanginya seperti Anin, putri kandungnya.
Acara pertunangan telah selesai. Keluarga dan tetangga, sedang menyantap hidangan yang disediakan. Dari kejauhan Hana melihat kedatangan Anin. Dia melihat semua keluarga menyambutnya dengan senang hati.
"Terus terang aku iri padamu, Anin. Kau memiliki segalanya. Wajah cantik dariku, kepintaran mu jauh diatas aku, dan kamu memiliki kesabaran yang jauh lebih besar dariku. Memiliki orang tua lengkap yang sangat menyayangi kamu. Dan yang paling membuat aku iri, kamu juga merebut cintanya Gus Shabir," gumam Hana pada dirinya sendiri.
Tanpa bisa dia cegah, air mata jatuh membasahi pipinya. Hana menghapusnya dengan kasar.
"Katanya Tuhan itu maha adil, tapi kenapa aku diberi cobaan dari lahir dimuka bumi dengan menjadikan aku yatim piatu. Kenapa aku tidak diberi satu saja kelebihan dari Anin. Cinta pun aku berada dibawah bayangannya. Apakah ini yang namanya takdir? Namun, kenapa takdirku begini? Aku juga ingin kebahagiaan yang sempurna. Bukannya aku tidak menerima suratan takdirmu, tapi terkadang aku merasa lelah dengan diri sendiri," ucap Hana dalam hatinya.
Hana lalu melihat ke arah Anin. Tampak semua keluarga ingin mengobrol dengannya. Semua terlihat antusias mendengarkan kata-kata apa yang keluar dari bibirnya.
Hana lalu memandang ke arah suaminya. Terlihat Gus Shabir diam-diam melirik dan mencuri pandang ke arah Anin. Dadanya terasa sesak.
Aku tahu hatiku tak akan pernah sama. Tapi aku mencoba meyakinkan diriku sendiri bahwa aku baik-baik saja."
"Kau menjadi penenang bagi hatiku sekaligus jadi bagian yang membingungkan. Rasa tidak biasa dan aneh hanya dimiliki orang-orang yang gagal dan aku tak mau gagal. Aku akan berusaha merebut hatimu, walau sulit, tidak pernah ada kata-kata tidak bisa, walau harus sejuta kali mencoba dan galau. Kita berdua tahu, bahwa aku bukanlah yang kamu butuhkan. Dan hal yang paling sulit adalah ketika kita mencintai seseorang dan orang itu ternyata mencintai orang lain."
Setelah cukup lama berbincang dengan keluarga, Anin masuk ke rumah Annisa. Dia ingin mencari keberadaan Hana. Tadi papinya berkata jika aunty-nya itu ada di dalam rumah. Dengan langkah yang pasti gadis itu masuk. Saat melihat Hana, dia tersenyum mendekati, dan langsung memeluknya.
Tanpa Anin duga, Hana melerai pelukan gadis itu. Bukannya membalas memeluk seperti biasanya.
"Aunty kenapa? Tak rindu'kah denganku? Tiga bulan tak bertemu, padahal aku kangen!' ucap Anin dengan manjanya.
"Kenapa kamu pulang? Katanya tak bisa?" tanya Hana sedikit ketus. Mungkin karena hatinya yang sedang tidak baik-baik saja.
"Aku mau buat surprise untuk aunty!" jawab Anin dengan senyuman.
"Surprise-mu tak lucu. Aku tak suka. Lain kali kalau pulang kamu kabari. Jika tahu kamu akan hadir, aku pasti tidak akan datang," ucap Hana.
"Candaan Aunty tak lucu," ucap Anin dengan mencubit hidung Hana pelan, dan lagi-lagi dia menepis tangan Anin. Hal itu makin membuat gadis itu heran.
"Aunty kenapa?" tanya Anin akhirnya.
Hana berdiri dari duduknya dan meninggalkan Anin tanpa bicara. Gadis itu lalu mengikuti langkah kaki sang aunty. Hingga mereka berdua berada di taman belakang. Hanya ada satu-dua orang keluarga di sana, itu juga hanya sekejap.
"Aunty, jangan diam saja. Aunty kenapa? Apa aku ada salah?" tanya Anin penasaran.
Hana menghentikan langkahnya tepat di bawah pohon rindang. Duduk di dekat bangku kayu yang ada dibawahnya. Air matanya jatuh membasahi pipi. Anin yang melihat itu jadi makin heran dan penasaran.
"Aunty, ada apa? Katakan saja! Biasanya setiap ada masalah kita selalu berbagi'kan?" tanya Anin. Dia meraih tangan Hana dan menggenggamnya.
"Apa salahku, Anin?" tanya Hana dengan suara terisak.
"Aunty tidak ada salah. Justru aku ingin tanya, apa salahku? Kenapa aunty bersikap begini?" Anin balik bertanya.
Hana menghapus air matanya. Menarik napas dalam. Dia lalu menatap Anin.
"Apa aku salah jika terlahir dari rahim seorang wanita yang di cap pelakor? Apa karena kesalahan ibuku, aku mendapatkan karma begini dahsyatnya? Aku tak pernah minta dilahirkan dari seorang ibu pelakor! Jika aku bisa memilih, pasti akan minta dilahirkan dari rahim Aisha ibumu, agar aku mendapatkan keberkahan dan keberuntungan seperti mu!" ucap Hana terbata karena menahan tangis.
Mendengar ucapan Hana, air mata Anin juga jatuh berderai. Dari dulu, saat keluarga yang lain tidak mau bermain dengan Hana, Anin lah yang selalu datang menghibur dengan mengatakan, jika Hana tak butuh saudara yang lain. Ada dirinya yang tak akan pernah meninggalkan aunty-nya. Dia begitu menyayangi wanita itu. Mungkin karena mereka dibesarkan bersama, layaknya saudara kembar.
"Aunty jangan bicara begitu. Aunty juga anaknya mami Aisha. Selama ini mami selalu berlaku adil'kan? Jika apa pun yang dibeli untukku, pasti aunty juga dibeli. Jangan dengarkan kata orang-orang itu. Aku akan selalu ada di samping Aunty, tak peduli seberapa banyak orang menjauhi," ucap Anin.
"Apa kamu memang benar-benar menyayangiku?" tanya Hana dengan suara pelan.
"Tentu saja, Aunty. Aku menyayangimu," jawab Anin.
Hana lalu berdiri dari duduknya. Tiba-tiba wanita itu berlutut dihadapan Anin, membuat gadis itu terkejut.
"Aunty, apa yang Aunty lakukan. Berdirilah. Nanti jika ada yang melihat, bisa salah sangka," ucap Anin sambil membantu Hana berdiri. Namun, wanita itu tetap saja bertahan.
"Aku akan tetap berlutut dihadapan kamu, sampai kamu mau berjanji padaku untuk mengabulkan permintaanku," ucap Hana.
Ucapan Hana makin membuat Anin terkejut. Apa yang membuat aunty-nya bersikap aneh begini? Tanya Anin dalam hatinya.
"Aunty berdirilah!" pinta Anin sekali lagi.
"Katakan kalau kau mau mengabulkan permintaanku, setelah itu aku baru berdiri," ucap Hana.
"Baiklah aku akan mengabulkan apa pun yang Aunty mau. Sekarang berdirilah!" ucap Anin.
...----------------...
pasti sakit dan berat banget jadi hana/Sweat/
kurang slg memahami
gk da manusia yg sempurna
tp cinta yg menyempurnakan.
bukan cr siapa yg salah di sini
tp jln keluar bgaimna mmpertahankan pernikahan itu sendiri.
Coba lebih memahami dari bab" sebleumnya , Anin bilang kalau kasih sayang aisha trhdp Anin dan Hana itu sama ,jika Anin dibelikan mainan maka Hana pun turut dibelikan.memang dalam hal materi oleh Gibran dan Aisha mereka tidak membedakan ,tetapi dalam hal kasih sayang mereka tetap membedakan ,bahkan Syifa juga pernah bilang kalau dia lebih sayang Anin drpda Hana .Nah poiinnya adalah kenapa Hana bersikap seperti itu terhadap Anin ,karena dia belum pernah merasakan kasih sayang yang begitu besar dari orang terdekatnya .Jadi wajar saja semenjak dia menikah dia mempertahankan suaminya karena hanya dia yang memiliki ikatan paling dekat dengan Hana . Hana hanya ingin ada seseorang yang mencintai ,menyayanginya dengan besarnya ,maka dari itu dia mepertahnkan suaminya .
Hana memiliki trauma akan dkucilkan oleh orang" disekitarnya .
yang melamar kan Hana duluan 😃