Retno adalah seorang istri yang baik dan setia, Retno selalu mengalah dalam hal apa pun walaupun tidak bisa di pungkiri sebagai istri ada rasa kesal dan emosi nya.
Retno terus bertahan dengan Rio suami nya hanya karena memikirkan ke dua anak nya dan juga memikirkan kesehatan ibu nya.
Lama kelamaan pertahanan Retno melemah, rasa sabar dalam diri Retno menghilang sehingga Retno memutuskan untuk kembali ke rumah orang tua nya.
Bagaimana kisah Retno selanjutnya, apa yang di lakukan oleh Rio sehingga kesabaran Retno menghilang?
Dan bagaimana kehidupan Retno dan ke dua anak nya setelah Retno memutuskan untuk kembali ke rumah ke dua orang tua nya.
yuk baca cerita nya di Hilangnya Kesabaran Seorang Istri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 💫✰✭𝕸𝖔𝖒𝖞𓅓 𝕹𝕷✰✭🌹, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9 HKSI
Keuangan di rumah tangga Retno pun mulai bangkit kembali karena Rio sudah membuka usaha nya.
Rio sudah mulai membuka usaha nya dengan dana sebagian dari ibu nya dan sebagian lagi Rio meminjam ke salah satu bank terdekat.
Awalnya Retno tidak setuju untuk meminjam modal ke bank, tapi Rio terus meyakinkan Retno dan berjanji akan bertanggung jawab untuk membayar nya sehingga Retno pun memberikan izin dengan syarat Retno tidak mau ikut pusing setiap bulan nya.
Dengan penuh keyakinan yang tinggi Rio pun mengatakan kalau dirinya tidak akan membebankan angsuran kepada Retno.
Bukan Retno perhitungan dengan Rio, tapi Retno sudah beberapa kali selalu menanggung hutang Rio.
Retno tidak mau kalau Rio kembali membebankan hutang kepada dirinya, Retno yang selalu bisa menyimpan sisa uang belanja nya membuat Rio tidak percaya jika Retno mengatakan kalau dirinya tidak punya uang.
Sebisa mungkin Retno selalu menyisihkan uang nya untuk masa depan Ardan dan Bela jadi tanpa sepengetahuan Rio Bela selalu menyimpan uang nya.
Rio kembali rutin memberikan nafkah kepada Retno dan selalu memberikan uang jajan untuk Ardan dan juga Bela.
Meskipun Rio mempunyai usaha sendiri tapi tetap saja untuk pergi ke rumah sakit dan mengantar anak-anak ke sekolah selalu Retno sendirian yang melakukan nya.
Pernah Retno menyuruh Rio untuk mengantar Bela pergi ke rumah sakit karena waktu nya kontrol, tapi Rio selalu saja beralasan sedang sibuk di warung nya.
Padahal Retno bisa menjaga warung itu jika Rio mau gantian, tapi itulah Rio yang selalu egois dan selalu mau enak sendiri.
Kadang Retno berpikir tentang dirinya sendiri, dia ini perempuan bersuami atau seorang janda, semua pekerjaan dia lakukan sendirian termasuk mengantar Ardan dan Bela.
Keinginan Retno mereka itu saling membantu dalam kepentingan keluarga mereka, tapi mau bagaimana lagi Rio selalu bersikeras dengan keputusan nya sendiri.
Retno memilih untuk mengalah dan dengan rutin selalu mengantar Ardan dan Bela pergi ke sekolah.
Ardan memang sudah duduk di bangku sekolah menengah atas tapi setiap berangkat ke sekolah Retno lah yang selalu mengantar nya.
Beberapa kali Ardan meminta untuk di belikan sepeda motor, tapi karena belum ada uang nya Retno hanya menasehati Ardan dan menyuruh nya untuk bersabar.
Retno melalui hari nya terus seperti itu, Retno mengerjakan semua kerjaan rumah serta mengurus suami dan anak-anak nya, Rio ada di rumah hanya malam hari saja.
Satu bulan berlalu seperti biasa sepulang menjemput Bela dari sekolah Retno selalu mampir ke warung suami nya, jarak warung dan rumah nya memang menempuh jarak sekitar dua ratus meter.
Setiap hari Retno sengaja mampir karena bergantian menjaga warung di saat Rio mau mandi dan melaksanakan sholat terutama di hari Jum*at.
Setelah Rio kembali ke warung Retno pun pulang ke rumah nya, tapi tidak untuk hari ini, begitu Retno mampir terlihat ada sosok laki-laki yang sedang membereskan warung bersama Rio.
"Eh anak ayah yang cantik sudah pulang sekolah, oh Iyah mah kenalkan ini Wildan teman ayah yang mulai saat ini bekerja di sini." Dengan senyuman terpaksa Retno mengulurkan tangan nya.
Entah kenapa Retno merasa tidak menyukai teman Rio yang satu ini padahal dirinya baru saja bertemu dan di perkenalkan oleh suami nya.
"Pulang jemput sekolah mbak?"
"Iyah, ya sudah yah ayo kalau mau mandi sama sholat."
"Udah mandi barusan, kalau mamah mau pulang, pulang saja disini udah ada Wildan kok."
Hari pertama ada dia saja suami nya sudah berani mengusir nya dan mempercayakan warung nya kepada Wildan daripada kepada dirinya yang jelas-jelas istri nya.
"Oh, ya sudah Bel ayo kita pulang."
"Sebentar lagi mah Bela masih ingin di sini."
"Bela ayo pulang sama mamah, nanti main lagi kesini." Ucap Rio membuat Retno kesal karena merasa Rio mengusir nya.
Lumayan lama Retno berada di warung dan selalu memperhatikan Wildan teman Rio.
Entah kenapa hati Retno tidak menyukai Wildan dan Retno merasa kalau Wildan ini seperti mau memanfaatkan Rio saja.
Setelah Rio memberi uang kepada Bela akhirnya Bela pun ingin pulang, "Mah ayo kita pulang."
Dengan hati yang sedikit kesal Retno pulang dengan Bela, tidak lupa Retno meminta uang untuk membeli ikan.
Semenjak kehadiran Wildan Rio berubah, Rio sudah jarang pulang dengan alasan nginap di warung nya karena malam hari selalu ramai pembeli.
Retno kembali harus menghadapi Rio yang sekarang, Rio yang jarang pulang dan selalu membela Wildan teman nya ketika Retno membicarakan nya.
Suatu malam Retno terbangun dari tidur nya dan hendak pergi ke kamar mandi, terdengar sayup-sayup seperti ada orang yang sedang berbicara.
Retno memasang telinga nya baik-baik ketika terdengar suara Rio yang sedang berbicara lewat ponsel nya.
"Ya sudah kamu pindah saja kesini, kamu ngontrak dekat sini biar saya yang bayar kontrakan nya." Ucap Rio yang tanpa di sadari nya di dengar oleh Retno.
"Enak sekali kamu bilang mau bayarin kontrakan, istri dan anak kamu saja belum kamu bahagiakan dan masih kekurangan." Gumam batin Retno.
Retno kembali memasang telinga nya dan hanya bisa mendengar ucapan suami nya karena Rio tidak mengloud speaker kan ponsel nya mungkin Rio takut isi pembicaraan nya dengan Wildan akan di dengar orang lain.
Yang bikin Retno heran kenapa harus bicara di telepon, sementara setiap hari mereka selalu bertemu di warung.
"Tenang saja masalah istri saya biar saya yang urus, yang penting kamu pindah saja dulu kesini dan semua kebutuhan kamu akan saya penuhi."
Betapa kesal dan marah nya Retno mendengar ucapan suami nya kembali, dari dulu suami nya itu selalu lebih mementingkan orang lain daripada keluarga nya sendiri.
Sebenarnya bagus sih perduli sama orang lain, tapi seharusnya sebelum menolong orang lain cukupkan terlebih dahulu kebutuhan anak istri di rumah.
Dengan menahan amarah nya Retno kembali ke kamar dan mengurungkan niat nya untuk pergi ke kamar mandi.
Retno menarik selimut dan tidur tanpa ada Rio di samping nya, akhir-akhir ini Rio memang jarang pulang dan sekali nya pulang, Rio selalu tidur di depan televisi dengan Ardan.
Entahlah Retno sudah malas untuk bertanya yang ujung-ujung nya mereka akan bertengkar.
Malam semakin larut suasana rumah Bu Tantri pun sudah sunyi senyap karena semua penghuni sudah terlelap termasuk Retno.
Untuk sejenak Retno melupakan masa lalu nya yang penuh dengan emosi dan air mata dan menggantinya dengan sebuah mimpi yang indah.