NovelToon NovelToon
Menikahi Tuan Danzel

Menikahi Tuan Danzel

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / CEO / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:227.7k
Nilai: 4.9
Nama Author: Aquilaliza

Penyelamatan yang dilakukan Luna pada seorang Kakek membawanya menjadi istri dari seorang Danzel, CEO dingin yang tak memepercayai sebuah ikatan cinta. Luna yang hidup dengan penuh cinta, dipertemukan dengan Danzel yang tidak percaya dengan cinta. Banyak penolakan yang Danzel lakukan, membuat Luna sedikit terluka. Namun, apakah Luna akan menyerah? Atau, malah Danzel yang akan menyerah dan mengakui jika dia mencintai Luna?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aquilaliza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Menggoda Danzel

Suasana pagi hari di kediaman orang tua Luna sedikit heboh. Bagaimana tidak? Pagi-pagi, sebuah mobil mahal dan mewah sudah terparkir di halaman rumah itu.

Sementara di kamar, Luna meregangkan tubuhnya dan perlahan membuka mata. Keningnya mengerut ketika merasakan ada sesuatu yang aneh. Dia seketika terbangun dan duduk ketika menyadari jika dia tertidur di ranjang.

"Hah? Aku, tidur di ranjang? Bagaimana bisa? Aku sangat ingat jika semalam aku tidur di lantai. Kenapa bisa di ranjang?"

Decitan pintu yang terbuka membuat Luna menoleh. Danzel masuk tanpa memperdulikan Luna sama sekali.

"Danzel, aku ingin bertanya," ucap Luna.

"Hmm," balas Danzel. Laki-laki itu mulai menghidupkan IPadnya.

"Bagaimana bisa aku berada di atas ranjang? Aku sangat ingat jika semalam aku tidur di lantai."

"Aku tidak tahu."

Luna berdecak. "Kau pasti berbohong."

"Terserah apa yang kau katakan. Tapi yang jelas, aku tidak tahu. Aku terbangun, dan melihat kau sudah tertidur di ranjang."

"Kau pasti berbohong. Aku—"

"Cepat mandi! Kakek mencarimu," ucap Danzel, mencoba mengalihkan pembicaraan. Mengenai Kakek Berto, dia tidak berbohong. Pria tua itu baru saja datang dan membuat sepupu juga bibi Luna terkejut.

"Kakek? Mak—maksudmu kakek Berto?"

"Hmm."

Luna segera turun dari ranjang dan menuju kamar mandi. Gadis itu membasuh wajah dan menyikat gigi, kemudian keluar dari kamar mandi. Dia berhenti sejenak di depan Danzel.

"Kau sudah mandi?" tanyanya pada Danzel.

"Hmm."

"Ya sudah. Aku keluar dulu." Setelah mengatakan itu, Luna berjalan meninggalkan Danzel di kamar. Langkah gadis itu dengan cepat menju ruang tamu. Kehadiran Luna membuat semua menoleh. Kakek Berto tersenyum manis pada Luna, dan menyapa cucu menantunya itu. Interaksi Luna dan Kakek Berto tak lepas dari tatapan setiap orang yang ada di ruangan itu, termasuk Danzel yang baru saja tiba.

***

Luna dan Danzel kembali ke rumah mereka saat sore hari. Keduanya tiba disana ketika hari sudah mulai senja. Luna segera menuju kamar, begitu juga Danzel. Gadis itu langsung merebahkan tubuhnya di ranjang.

"Oh ya, Danzel. Apa kau ingin mandi?" tanya Luna ketika Danzel memasuki kamar. Danzel hanya meliriknya sekilas, lalu mengabaikannya.

Luna mendengus pelan. Menekuk wajahnya dan memanyunkan bibinya. "Sekarang dia kembali menjadi es," gumam Luna.

Gadis itu terdiam. Matanya menatap langit-langit kamar. Tapi tak lama kemudian, dia tersenyum. Danzel yang baru saja keluar dari kamar mandi dan melihat Luna tersenyum pun mengernyit bingung.

Kenapa dia tersenyum sendiri begitu? Batin Danzel.

"Ah, kau sudah keluar ya?" tanya Luna, membuat Danzel tersadar dari pikirannya.

"Oh ya, Danzel. Kau tahu tidak, apa yang ku berikan pada ayah sama ibu sebagai kado ulang tahun?" Danzel tak menjawab. "Kau pasti tidak tahu. Biar ku beritahu. Aku menulis surat untuk mereka. Aku meminta ayah dan ibu memberiku adik."

Seketika mata Danzel menatap tajam Luna. Apa-apaan gadis itu? Meminta adik pada ayah dan ibunya? Apa dia gila?

"Kenapa menatapku begitu? Apa ada yang salah dengan ucapanku?"

"Kau perempuan paling gila yang ku temui!" sarkas Danzel, kemudian berjalan keluar dari kamar.

Luna merengut kesal mendengar ucapan Danzel. Sebenarnya, kado yang berisi surat itu, hanya keisengannya saja. Kado sebenarnya sudah dia letakkan di kamar kedua orang tuanya.

"Ck. Danzel suka sekali marah. Hanya masalah kecil, dan dia langsung marah. Aneh!"

Luna berdiam diri di kamar beberapa saat, lalu ikut keluar dari kamar dan mencari keberadaan Danzel. Dan ternyata, dia menemukan suaminya itu berada di ruang kerjanya.

"Apa pekerjaanmu tidak bisa ditunda? Kau baru saja melakukan perjalanan cukup jauh. Seharunya kau istirahat dulu," ucap Luna.

"Kau tidak perlu mengurusiku. Urus saja urusanmu sendiri!" balas Danzel.

"Danzel, aku—"

"Apa kau tidak mengerti? Kau tidak perlu mengurusi urusanku!"

"Kau ini kenapa? Selalu saja marah-marah. Aku berbicara denganmu baik-baik."

"Kau membuatku pusing, Luna. Lebih baik kau keluar."

Luna menatapnya sejenak, kemudian keluar dari ruangan tersebut. Gadis itu langsung menuju dapur, ingin membantu kedua artnya menyiapkan makan malam. Hitung-hitung menghilangkan rasa kesalnya pada Danzel.

"Nyonya," sapa kedua art itu bersamaan.

"Apa ada yang bisa aku kerjakan? Danzel mengusirku dari ruang kerjanya. Aku bosan kalau berdiam diri di kamar. Biarkan aku membantu kalian, ya?"

Sejak Kakek Berto mendapatinya mengepel rumah, sejak saat itu pula Luna dilarang melakukan apapun kecuali hal-hal yang berhubungan dengan Danzel. Perintah kakek Berto adalah mutlak. Dan semua pekerja di rumah Danzel menghormati perintah pria tua itu. Sejak saat itu, Luna tidak dibolehkan melakukan pekerjaan yang bukan menjadi tugasnya.

"Maaf Nyonya, semua pekerjaan sudah hampir selesai. Nyonya baru saja kembali. Nyonya sebaiknya istirahat saja."

"Bibi Marry, aku—"

"Maaf memotong ucapan anda, Nyonya. Tapi, menurut saya, untuk meluluhkan hati tuan Danzel, Nyonya membutuhkan perjuangan lebih. Seharunya nyonya tidak langsung pergi ketika tuan mengusir. Nyonya seharunya mendekatkan diri pada tuan. Jika perlu, Nyonya cobalah untuk menggoda tuan," ucap Bibi Berna seraya berbisik.

Bibi Marry yang mendengarnya pun menggeleng-geleng melihat kelakuan rekan kerjanya itu. Tapi, dia juga setuju dengan ucapan Bibi Berna. Mereka mendukung pernikahan keduanya, dan berharap kedua orang itu bisa bersama hingga akhir hayat nanti.

Luna terdiam mendengar ucapan Bibi Berna. Dia mulai memikirkan ucapan wanita itu. Setelahnya, Luna berpamitan menuju kamar.

Setelah hampir satu jam berada di ruang kerjanya, Danzel kembali ke kamar. Laki-laki itu tak mendapati Luna di kamar. Tapi, dia tidak peduli. Dia langsung menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah itu, Danzel keluar dan langsung menuju walk in closet.

Danzel cukup terkejut melihat Luna ketika pintu walk in closet dibuka. Sementara Luna, gadis itu tersenyum manis dan berjalan mendekati Danzel.

Luna, cobalah saran bibi Berna. Jangan gugup. Batinnya.

Ya, dia akan mencoba mengikuti saran bibi Berna untuk menggoda Danzel. Luna memeluk lengan kekar Danzel yang saat ini hanya mengenakan handuk. Sungguh, hatinya benar deg-degan melakukan ini.

"Ayo, masuk! Aku akan pilihkan baju untukmu."

"Lepaskan!" ucap Danzel dingin, namun Luna membalasnya dengan senyuman manis.

"Lepaskan? Lepaskan apa? Apa kau memintaku melepaskan handukmu?"

"Lepaskan lenganku, Luna!" ucap Danzel dengan nada rendah namun penuh penekanan.

"Tidak mau! Kau tahu? Kau semakin tampan saat marah." Luna mendongakkan wajahnya dan berjinjit, handak mencium pipi Danzel. Namun, laki-laki itu bergerak cepat mendorong Luna, dan menyudutkan lalu mengurung Luna dengan kedua lengan kekarnya. Meski begitu, dorongannya tak begitu kuat. Dia bahkan menyelipkan sebelah telapak tangannya dibelakang kepala Luna agar kepala gadis itu tak membentur dinding.

"Jangan coba-coba menggodaku!!" peringat Danzel dengan suara dingin dan sorot tajam menatap Luna. Luna sangat gugup dan takut. Tapi, dia berusaha sebaik mungkin menyembunyikannya.

"Kenapa? Kau takut jatuh cinta padaku?"

"Cih! Tidak ada cinta dalam hidupku!" ucap Danzel kemudian meninggalkan Luna. Gadis itu bernapas lega. Meski begitu, matanya masih mengawasi Danzel yang mengambil pakaiannya, kemudian keluar dari walk in closet.

"Huuh... Jantungku hampir lepas dan aku kesulitan bernafas. Tapi, apa aku gagal menggodanya? Huh, tidak apa-apa. Ini kan pertama kalinya aku menggoda laki-laki. Aku juga tidak tahu bagaimana caranya. Tapi, akan ku usahakan lebih baik lagi nanti," gumam Luna.

***

Setelah makan malam, Danzel langsung menuju ruang kerjanya. Luna pun juga ikut menuju ruang kerja Danzel. Setelah hampir setengah jam menunggu, Luna beranjak dan mendekati Danzel.

"Ayo, ke kamar. Aku ingin segera tidur. Aku ingin tidur sambil memelukmu," ucap Luna, membuat Danzel menatapnya tajam.

"Kenapa menatapku? Apa aku salah? Atau, kau tidak mau tidur seranjang dengaku lagi, dan tidak ingin ku peluk saat tidur?"

"Hmm."

Deheman Danzel membuat Luna melotot. "Kau benar-benar tidak mau?"

"Kenapa? Kau tidak suka? Lakukan apa saja yang kau mau. Tapi, aku tidak akan mengalah malam ini. Kau tidur di kamar lain. Aku ingin tidur di kamarku."

"Tidak mau! Kau dan aku, kita tidur di kamar yang sama dan di ranjang yang sama!"

"Aku tidak peduli!" jawab Danzel, kemudian fokus pada pekerjaannya lagi.

Luna menatap kesal lelaki itu. Tapi, Luna tidak menyerah. Dia tidak akan keluar dari ruangan kerja Danzel. Dia akan menunggu laki-laki itu hingga selesai bekerja, dan akan membawa lelaki itu ke kamar mereka dengan caranya.

Luna berjalan menuju sofa dan berbaring disana. Gadis itu memejamkan matanya, memilih untuk tidur sambil menunggu Danzel. Tapi, dia tidak bisa tidur. Alhasil, Luna memilih memainkan handphonenya.

Danzel yang sedang melakukan pekerjaannya sesekali melirik Luna. Dalam hatinya, dia mengakui kegigihan Luna. Gadis itu tidak pernah menyerah meski sering dia marahi, bahkan terkadang ia bentak. Luna seolah tak peduli dengan semua itu dan tetap berusaha mendekatinya. Padahal, yang dia tahu dari ayah Luna kemarin, Luna tidak suka dibentak, dan akan menangis jika ada yang membentaknya. Tapi yang ia lihat sekarang, Luna bersikap biasa saja, bahkan gadis itu malah menampilkan senyum manisnya ketika dia bentak.

Danzel menggeleng pelan, menepiskan pikirannya. Dia kembali fokus bekerja. Tapi lagi-lagi, dia tidak bisa untuk tidak melirik Luna yang tengah berbaring di sofa.

Setelah hampir 2 jam berkutat dengan berkas-berkas di atas meja, Danzel akhirnya menyelesaikannya dan beranjak berdiri.

Luna yang bisa melihat pergerakan Danzel dari layar handphonenya pun segera berdiri. Gadis itu berjalan mendekati Danzel, lalu langsung memeluk lengan Danzel.

Danzel berdecak kesal, namun tak menepis tangan Luna yang memeluk lengannya.

"Kenapa? Apa kau tidak suka?"

"Hmm."

"Ck. Kau selalu tidak suka. Tapi, asal kau tahu? Penolakanmu membuatku semakin gigih berusaha," ucap Luna. "Ayo, ke kamar. Aku akan memberitahu kakek jika kamu menolak."

Seketika, rahang Danzel mengeras. Tapi, dia tidak bisa melakukan apa-apa selain menuruti Luna. Dan akhirnya, mereka kembali ke kamar dengan Luna yang masih memeluk lengan Danzel. Selain itu, Luna meminta Danzel untuk tidur di ranjang. Awalnya dia menolak. Tapi akhinya, dia menuruti kemauan Luna.

1
Rai
gak twins ya...
Mamake Zahra
mampir thor kelihatannya seru durasinya panjang 👍👍👍
Yolanda_Yoo
🥰🥰
rosalia puspita
Luar biasa
Rai
disokong
Rai
jadikan anak danzel dan Luna twins ya Thor supaya adil, kembar tidak identik lelaki dan perempuan, naa adil tu
Jenny Jn Johnny
Luar biasa
🍏A↪(Jabar)📍
next
🍏A↪(Jabar)📍
*Suasana
🍏A↪(Jabar)📍
*si suster 🙏
Aquilaliza: Makasih atas koreksinya kak 🙏
total 1 replies
Diana
bangun tidur cap cup pede banget. luna tidurnya ileran gak sih? 🤭
Entin Wartini
lanjuuuut thor
RoSz Nieda 🇲🇾
❤️
Christine Liq
Luar biasa
Entin Wartini
lanjuuuuuuut
Entin Wartini
lanjut thor
🍏A↪(Jabar)📍
up
Diana
baru ketemu cerita ini langsung gak bisa berhenti baca walaupun mata sdh sepet krn baca sampai dini hari🧐
🍏A↪(Jabar)📍
lanjut
Diah Anggraini
guut danzel
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!