Aku yang dikhianati sahabat dan suamiku kembali ke masa lalu. Aku tidak ingin memiliki hubungan apapun dengan mereka lagi
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sia Masya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
12(Pov Dinda)
Mas Dino, Kakak Dinda satu-satunya. Ia dan mas Dino terpaut jarak usia 6 tahun. Jadi usia mas Dino sekarang adalah 22 tahun. Selama ini mas Dino tidak terlihat karena mas Dino sedang kuliah di Harvard University salah satu universitas terbaik di dunia. Di kehidupan Dinda sebelumnya, mas Dino tidak sempat datang ke pernikahannya karena ia harus menyelesaikan studi akhir yang kebetulan bertepatan dengan hari pernikahan Dinda. Namun sebagai seorang kakak, ia tetap mengirim hadiah untuk pernikahan mereka berdua. Hadiah nya juga bernilai fantastis. Dinda meminta mas Dino untuk membuatkan mereka berdua lukisan pernikahan dari salah satu pelukis terkenal. Dan hadiahnya telah dipajang di rumah baru Dinda dan Lex. Tapi kini ia sudah tidak tahu kondisinya karena dirinya telah meninggal.
Apa mungkin mas Dino sedih atas kematianku. Apalagi aku adik perempuan satu-satunya. Aku harap mereka mau menerima kepergian ku.
"Tuh kan Dino, adikmu itu sudah sangat merindukanmu."
"Iya dong ma, tapi kenapa mama nggak bilang sama aku kalau mas Dino mau datang?"
"Mama sih mau bilang, tapi kakakmu itu yang meminta mama sama papa untuk merahasiakan nya darimu."
"Mas mau kasih kamu suprise, gimana kamu terkejut kan?"
"Iya aku sangat terkejut." Kata Dinda sambil memeluk mas Dino untuk yang kesekian kalinya.
"Untuk kangen-kangennya bisa dilanjutkan nanti saja. Sekarang kamu ganti baju dulu." Kata mama Bella kepada Dinda. Dengan gerakan kilat, Dinda berlari menaiki tangga menuju kamarnya. Tidak membutuhkan waktu yang lama, Dinda turun ke bawah kurang dari tiga menit.
"Gesit sekali kamu? Pasti pakaiannya berserakan di lantai." Kata mama Bella.
"Hehehe...Kan ada bibi Ati."
"Anak ini suka sekali merepotkan orang tua." Dinda hanya tertawa cengengesan mendengar celotehan mamanya.
"Papa mana ma?" Tanya mas Dino yang sedari tadi terus melihat ke sekeliling rumah mencari keberadaan papa Ferdi.
"Mama juga nggak tahu, tadi kata papa dia akan pulang lebih cepat hari ini."
Baru juga diomongin papa Ferdi muncul dari depan pintu.
"Tuh papa datang." Kata Dinda sambil menunjuk ke arah papa Ferdi lewat isyarat mata kepada mas Dino dan mama Bella. Mereka ikut melihat setelah menerima isyarat Dinda.
"Papa..." Mas Dino bangun dari duduknya, dan berjalan mendekati papa Ferdi lalu mengucapkan salam sambil mencium tangan papanya.
Papa Ferdi memeluk anaknya itu dengan bangga serta rasa haru yang teramat dalam. Itu karena mas Dino adalah putra kebanggaan papa Ferdi. Dari kecil sampai sekarang, mas Dino selalu menghargai dan mendengarkan nasihat orangtua nya dengan sangat baik. Ia bahkan tidak pernah membantah apapun perkataan mereka.
"Papa sebaiknya ganti baju dulu sana, hari ini kita makan siang bersama dan mama juga sudah memasak makanan yang enak untuk menyambut kedatangan Dino."
Mereka berkumpul di meja makan untuk menyantap santapan siang bersama.
"Wah keliatan enak nih. Mama memang the best lah."
"Kamu menyiapkan ini semua?"
"Nggak juga si pa, mama dibantu sama mbok Ati."
"Wah... wah... wah. Aku sudah sangat, sangat merindukan masakan mama. Bosan aku di sana ma, setiap kali mau makan harus pesan dulu. Dan mama tahu sendiri masakan mereka berbeda dengan kita."
"Kasihan sekali anak mama, sekarang kamu boleh makan ini sepuasnya sebelum kamu kembali." Kata mama kepada mas Dino yang sedikit manja.
"Makanya mas, sekolahnya jangan cari yang jauh-jauh, biar bisa merasakan masakan mama kayak aku."
"Kamu ini berhenti meledek kakakmu." Kata mama Bella. Mereka menyantap makanan dengan sangat lahap. Masakan mama memang tidak perlu diragukan lagi. Bahkan piring-piring setiap orang bersih tak tersisa. Dinda pun sangat merindukan masakan mama Bella. Di kehidupan sebelumnya di saat usia Dinda 20 tahun mama Bella berhenti memasak karena sempat sakit jadi papa Ferdi menambah pelayan di dapur. Hanya saat-saat tertentu saja di saat mama Bella ingin masak, barulah ia bisa makan masakan mama. Tapi tidak sesering saat ia SMA dulu.
Selesai makan, para pelayan datang untuk membersihkan meja makan. Mereka berpindah tempat ke ruang keluarga sambil menonton televisi. Sungguh sangat harmonis keluarga Dinda.
Papa Ferdi memecah keheningan dengan mulai bicara.
"Kapan kamu balik?"
"Aku izin seminggu saja pa mungkin sabtu sudah harus kembali."
"Oh baiklah."
"Wah aku bisa minta tolong mas Dino untuk anterin aku dong."
"Bisa dong kan mas juga pengen lihat sekolah baru kamu."
"Kalau masnya sudah datang, pasti mama sama papa dilupain." Ledek mama Bella pada Dinda.
"Nggak mungkin lah ma, Kan kalian setiap hari disini. Kalau mas Dino hanya sebentar saja."
"Bagaimana di sekolah, apakah sudah punya teman?"
"Pasti dong pa. Untuk soalan pertemanan nggak perlu diragukan lagi. Aku kan anak papa yang mudah mendapatkan teman."
"Bangga kan jadi anak papa."
"Bangga dong jadi anak papa sama mama." Dinda bergerak mendekati papa Ferdi.
"Nanti mama cemburu kalau aku cuma sebutin papa." Bisik Dinda di tepi telinga papa Ferdi meskipun suara bisikannya masih terdengar jelas.
"Anak ini."
Dinda merasa senang bisa kembali ke saat-saat yang indah ini. Ia berharap, untuk terus membuat mereka bahagia.
Ma... Pa aku juga berharap di duniaku yang nyata kalian akan seperti ini. Aku tidak ingin kalian terus memikirkan kematian ku. Sekarang aku akan mencari kebahagiaan yang baru tanpa membuat kesalahan yang sama lagi.
ansk perempuan klu pacaran RUSAKKKK.