Follow IG : renitaria7796
Sekuel dari novel Jangan Salahkan Aku Selingkuh.
Dion sendiri tidak tahu apa yang ia sukai dari wanita yang berumur lebih tua. Ia tertarik pada Dila Alberto Pratama yang merupakan ibu dari sahabatnya sendiri, yaitu Reyhan. Perjalanan cinta tidak mulus seperti apa yang diharapkan. Dion harus berjuang mendapatkan Dila dari tangan sang ayah dan restu dari Reyhan sendiri. Kisah yang manis akan dimulai antara Dion dan Dila. Simak kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon renita april, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
OH BEGITU
"Aku susah bernapas kalau begini. Kamu berhenti," seru Dila.
"Aku belum puas. Sebentar lagi. Hampir dua minggu aku tidak memeluk dan mengecup bibir manismu ini." Dion kembali menyesap bibir Dila hingga membuat wanita itu kewalahan.
Dila berusaha mendorong tubuh Dion agar pria itu menjauh, ia sudah tidak tahan dikukung di bawah tubuh kekar kekasihnya.
"Lepaskan aku!" Dila mendorong tubuh Dion hingga pria itu terjatuh dari sofa.
"Eh ... aku jatuh."
Bruuk ... !
"Dila ... aku jatuh ini." Dion mengosok-gosok bagian belakangnya.
"Kami ingin membuatku kehabisan napas. Enggak mau aku hidup lagi?" tanya Dila.
"Tidak!" jawab Dion cepat. "Kalau kamu tiada, aku akan ikut. Pokoknya kita harus sehidup semati."
Dila menghela napas panjang. "Ke marilah." Dila merentangkan kedua tangan.
Dion tersenyum, lalu bangkit berhambur memeluk Dila. "Sayang kamu."
Dila tersenyum. "Berbaring di pangkuanku."
Dion merebahkan kepalanya di atas pangkuan Dila dan kekasihnya itu mengusap rambutnya dengan lembut.
"Ceritakan masalah pertunanganmu," pinta Dila.
"Begini."
...****************...
"Dion ... cepat pakai bajumu. Sebentar lagi acara pertunangannya digelar," ucap Diki yang sedari tadi merapikan jas Dion yang berada di atas tempat tidur hotel.
"Aku pakai baju ini saja," sahut Dion.
"Ya ... pakai saja baju kaus dalam serta celana pendek itu. Bila perlu tidak usah pakai baju agar kamu langsung diusir dari pesta nanti," kata Diki dengan kesal.
"Ide bagus, Dik. Memang kamu sahabat terbaikku." Dion mengangguk menyetujui ucapan Diki yang ia kira sebagai sebuah ide yang sangat brilian.
Diki menepuk jidat. "Terserahlah, Dion. Kamu mau pakai baju atau tidak."
Sebuah ketukan di pintu terdengar dari luar. Diki melangkah memutar handle pintu dan melihat seorang pria yang ia kenali sebagai atasan serta sahabat baiknya.
"Dion sudah siap?" tanya Reyhan pada Diki.
Dion melirik Reyhan yang masuk ke dalam kamar. Langsung saja Dion mengambil jas yang berada di atas tempat tidur dan memakainya.
"Aku datang, kamu baru siap rupanya," ucap Reyhan.
Tidak ada sahutan yang dilontarkan oleh Dion. Bahkan Diki juga ikut-ikutan diam dan sibuk membantu sahabatnya memakaikan jas serta dasi kupu-kupu.
Rey menghela. "Aku salah lagi? Kali ini apa salahku?"
"Kamu masih tidak tahu apa salahmu?" tanya Diki dengan sedikit kesal.
"Dion ... terima Rosa. Dia lebih cocok untukmu," ucap Rey.
"Aku sudah pakai jas serta dasi. Ayo kita ke ballroom hotel," kata Dion sembari melangkah keluar kamar bersama Diki.
"Tunggu aku," seru Reyhan.
"Jangan kita dengarkan. Jalan saja terus," ucap Dion.
"Beres. Biar dia tahu rasa," sahut Diki.
Diki dan Dion berjalan menuju ke ballroom hotel di mana para tamu undangan sudah berdatangan. Hanya tamu-tamu dekat saja yang diundang oleh Bastian, sebab acara pertunangan putranya memang diadakan secara mendadak.
"Dila," seru Dion.
"Itu bukan mama Dila, tapi Rosa calon istrimu. Jangan sampai kamu menganggap wanita yang memakai gaun biru muda itu mama Dila. Sadarlah, Dion," tutur Diki.
"Diamlah! Kamu membuyarkan imajinasiku," kesal Dion.
Diki berdecak. "Aku hanya menyadarkanmu."
Dion berjalan menghampiri Rosa yang sudah berdiri menunggu kedatangannya. Senyum mengembang tiada henti wanita itu tunjukkan. Akhirnya pria yang selama ini ia kagumi menjadi miliknya.
Dion berdiri di samping Rosa dan acara mulai digelar. Ibu Rosa yaitu Vina menyerahkan cincin pertunangan kepada Dion, agar segera memasangkan cincin pertunangan itu di jari manis putrinya.
Pembaca acara menodongkan mic ke hadapan Dion agar pria itu menyampaikan kata-kata romantis sebelum memasangkan cincin ke jari Rosa.
"Rosa ... kamu wanita yang cantik, mapan dan siapa pun yang melihatmu pasti akan jatuh cinta. Begitu juga dengan diriku. Aku tertarik padamu secara fisikmu yang sangat sempurna." Dion menghela napas sebelum melanjutkan kembali kalimat yang ingin ia ucapkan. "Namun, rasa tertarikku hanya sebatas kagum saja. Aku tidak punya rasa cinta padamu."
Semuanya riuh atas pernyataan Dion. Baik kedua calon besan, tamu serta sahabat-sahabat pria itu.
"Dion cari masalah," ucap Rey.
"Aku terharu," sahut Anna.
Bastian mendekat pada putranya. "Jangan membuat kekacauan!"
"Aku punya wanita yang telah mengisi hatiku. Dia segalanya dan aku tidak bisa hidup tanpanya. Kumohon ... jangan paksa aku dengan ancaman sebagai anak dan kehormatan." Dion bersimpuh di kaki Rosa dan berhasil membuat wanita itu kaget. "Jangan paksakan cintamu padaku. Hatiku, seluruh jiwaku sudah kupersembahkan untuk seorang wanita. Hanya dia yang aku cinta. Hanya dia."
Anna dan Maya sampai menitikkan air mata haru. Betapa kuat cinta Dion untuk Dila. Reyhan tercengang karena sahabatnya rela bersimpuh, merendahkan dirinya agar Rosa membatalkan pertunangan itu.
Para tamu juga merasa iba sebab yang mereka tahu keduanya memang dijodohkan atas dasar orangtua kedua belah pihak yang bersahabat.
"Bangunlah, Dion. Tidak perlu kamu sampai berlutut seperti ini. Maafkan aku yang sudah egois menginginkan dirimu, meski aku tahu kamu sudah memiliki kekasih hati yang lain. Bangunlah, raihlah kekasih hatimu," ucap Rosa.
Dion bangkit berdiri. "Benarkah ucapanmu itu?"
Rosa mengangguk. "Iya. Cinta memang tidak bisa dipaksakan dan aku membatalkan pertunangan ini."
Dion tersenyum. "Terima kasih, Rosa. Semoga kamu mendapat pria yang mencintai dirimu."
Dion mengembalikan cincin pertunangan kepada Rosa lalu melangkah pergi dengan senyum kebahagian.
Bastian tidak dapat berbuat apa-apa dengan keputusan Dion. Rasa malu tidak dapat ia bendung di hadapan para tamu serta di depan orangtua Rosa.
"Maafkan aku Reno, Vina," ucap Bastian lirih.
"Sudahlah, Bas. Dion mencintai wanita lain. Percuma kita paksakan perjodohan ini," sahut Reno yang telah menerima keputusan Dion.
"Diki ... susul Dion," perintah Reyhan.
"Paling dia pergi menyusul mamamu," sahut Diki.
"Kamu memberitahunya?" tanya Rey.
"Aku tidak memberitahunya. Pasti Dion pergi ke rumah mamamu," ucap Diki.
"Kita susul saja," sahut Anna.
"Dik ... kamu sama Maya hibur om Bastian. Biar aku menyusul Dion." Rey melangkah bersama Anna keluar dari ballroom hotel, sedangkan Diki menghibur Bastian yang kecewa.
...****************...
"Dila ... aku datang," pekik Dion.
"Teriak saja. Nyonya Dila tidak ada di rumah," seru Paijo.
"Kamu jangan bohong, Jo," kata Dion tidak percaya.
"Nyonya Dila ke luar negeri buat liburan. Tapi sepertinya nyonya Dila akan tinggal di sana," ungkap Paijo.
Mobil Reyhan berhenti tepat di belakang mobil Dion. Anna dan Reyhan keluar dan Dion yang melihat sepasang suami istri itu, segera menghampiri keduanya.
"Rey ... di mana Dila?" tanya Dion.
"Mamaku akan tinggal di luar negeri. Biarkan dia tenang di sana," tutur Rey.
Dion mengeleng. "Aku ingin menyusulnya. Katakan di mana kekasihku."
"Katakan saja, Sayang," ucap Anna.
"Tapi, Ann," protes Rey.
"Katakan saja atau kamu tidur di luar selamanya," ancam Anna.
Rey mendelik. Ia menarik napas pasrah. "Baiklah. Karena kesungguhanmu, mama ada di Inggris. Tapi mama liburan keliling eropa. Kamu selesaikan masalahmu di sini, setelah itu baru menyusul."
Dion tersenyum penuh kemenangan. "Kamu memang sahabatku, Rey."
Bersambung.
Dukung Author dengan vote, like dan koment.
Ikhlaskan Dila
Dila pun pasti sedih melihatmu terpuruk
pen punya stokan kaya dion, satu aja
semua ada solusinya
bukan tidak ada
tq Thor 😭😭😭
Tetanggaku hamil umur 50 thn..,melahirkan Caesar,bayi dan ibunya selamat Alhamdulillah