"Aku memacari Echa, hanya karena dia mirip denganmu. Aku gak akan bisa melupakanmu Inayah. Jadi dengarkan aku, pasti... pasti aku akan memutuskan Echa apabila kamu mau kembali padaku!" Terdengar lamat-lamat pertengkaran Catur dengan mantan kekasihnya yang bernama Inayah dihalaman belakang sekolah.
Bagai dihantam ribuan batu, bagai ditusuk ribuan pisau. Sakit, nyeri, ngilu dan segala macam perasaan kecewa melemaskan semua otot tubuhnya. Echa terjatuh, tertunduk dengan berderai air mata.
"Jadi selama hampir setahun ini aku hanya sebagai pelampiasan." monolog gadis itu yang tak lain adalah Echa sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erchapram, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Salah Paham Berujung Bencana
Sepulang dari Minimarket dengan membawa rasa malu dan juga amarah. Bella begitu sampai rumah langsung mengamuk pada kedua orang tuanya yang saat itu sedang duduk santai sambil menonton televisi.
Sangking besarnya kemarahan Bella, membuat pak Ali melayangkan tamparan ke pipi putri kesayangannya karena Bella yang tidak kunjung berhenti membuang apa saja yang bisa dijangkaunya. Bahkan gucci kesayangan Ibunya yang berharga sangat mahal pun tak luput dari lemparan Bella.
Seperti seorang psikopat, sambil menangis Bella pun tertawa. Sedangkan Bapak dan Ibunya saling tatap, sejak kapan anaknya menjadi gila seperti ini. Dengan penuh kasih sayang, perlahan Ibu Bella menarik pelan tubuh anaknya dan memeluknya erat. Seolah ingin mentransfer kemarahan Bella supaya mereda.
"Kamu kenapa sayang, pulang-pulang langsung tantrum begitu? Siapa yang telah menyakiti putri cantik ibu?" Inilah alasan kenapa Bella punya sifat buruk, karena sebesar apapun kesalahan yang telah diperbuatnya. Orang tuanya selalu memaklumi dan memaafkannya. Bahkan jikalau ada yang tersakiti karena ulah Bella, maka dimata mereka yang bersalah bukan anaknya.
"Erik telah menyakiti aku Bu, dia menghempaskan tubuhku sampai jatuh ke lantai dan meninggalkan aku untuk mengejar seorang wanita yang entah siapa." Jawab Bella dengan masih sesenggukan.
"Kurang ajar anak itu, sudah diminta baik-baik malah seperti ini balasannya. Sudah kamu tenang saja biar bapak tegur orang tuanya." Seperti inilah karakter dan didikan orang tua Bella. Jadi tidak heran kan, kalau sifat Bella sangat buruk.
Dengan kedua tangan mengepal, bapak Ali langsung tancap gas menuju rumah orang tua Erik. Karena tempat tinggal mereka tidak terlalu jauh. Tidak berselang lama, bapak Ali sudah berdiri dengan wajah merah padam menahan marah.
Tok tok tok, dia ketuk pintu rumah itu berulang kali dengan sangat keras. Sampai suaranya membuat tetangga rumah abah berdatangan karena penasaran. Saat pintu dibuka tanpa berucap salam, pak Ali langsung memberondong pertanyaan.
"Dimana Erik si anak brengsek mu itu Hasan?" Benar-benar tidak punya adab bertamu pak Ali ini.
"Mari silahkan duduk dulu, tidak baik bicara di depan pintu." Ucap abah Hasan, meskipun merasa heran tapi beliau tahan dulu rasa penasarannya.
"Sudah tidak usah basa basi, dimana Erik?" Ulang pak Ali tidak menghiraukan omongan abah Hasan.
Erik yang baru saja tiba di rumah mengernyitkan alisnya. Ada ramai-ramai apa dan siapa yang membuat keributan di kediamannya. Setelah tadi tidak berhasil mengejar Echa dan menjelaskan kesalahpahaman yang terjadi. Erik bertandang ke rumah Anto untuk sekedar curhat melepaskan beban pikiran yang semrawut.
"Assalamu'alaikum Abah Umi, ini ada apa ya? Loh kok ada pak Ali? Awalnya sempat heran, tapi detik selanjutnya dia ingat. Pasti tentang Bella. Dan karena hal itu membuat wajah Erik yang tadinya ramah berubah dingin dan datar. Sampai kedua orang tuanya penasaran apa yang sudah membuat anaknya yang jarang marah ini. Justru sekarang terlihat menyimpan amarah.
Bug
Tanpa aba-aba pak Ali melayangkan bogeman mentah ke rahang Erik. Karena tinggi badan Erik yang sangat tinggi daripada pak Ali, oleh sebab itu hanya rahang yang bisa digapainya.
"Astagfirullah, Allahu Akbar." Teriak Umi Henny kaget dengan aksi nekat pak Ali di rumahnya.
"Ini ada apa sebenarnya, kenapa Anda memukul Erik?" Geram sudah abah Hasan tidak lagi bisa bersabar menghadapi orang egois yang suka main hakim sendiri.
"Tanyakan pada anakmu, kenapa dia membuat Bella menangis." Masih dengan dada naik turun pak Ali berbicara.
"Nak, coba tolong jelaskan dengan jelas apa yang telah kamu lakukan pada Bella." Ucap Umi pelan.
"Dari awal bukannya aku sudah katakan jika aku belum ingin memiliki hubungan dengan siapapun saat ini. Tapi saat di Minimarket, Bella merangkul tanganku seolah kita ini pasangan. Berulang kali aku ingatkan untuk melepaskannya tapi Bella seolah tidak tahu malu terus-terusan menempel padaku. Apalagi saat itu tanpa aku sadari ada yang melihatku. Dan pasti dia akan salah paham terhadapku. Jadinya tanpa sengaja aku dorong tubuh Bella sampai jatuh ke lantai." Penjelasan Erik diterima baik oleh kedua orang tuanya, tapi tidak dengan pak Ali yang merasa semakin marah.
"Lancang kamu katakan Bella tidak tahu malu. Dia pantas melakukan itu, karena kamu itu sudah menjadi miliknya." Ungkapan bodoh dari seorang bapak-bapak.
"Jadi benar kamu memperlakukan Bella dengan buruk karena ada gadis lain yang sedang kamu kejar?" Cecar pak Ali merasa tidak terima.
"Sekali lagi saya mohon maaf pak Ali, disini saya akan langsung jawab jujur jika saya tidak bisa menerima Bella menjadi pasangan saya. Karena saya sudah mempunyai tambatan hati." Jawab Erik berusaha memberi pengertian pak Ali. Tapi dasarnya bapak dan anak satu spesies tanpa urat kemaluan, jadinya semua omongan Erik mental tak dianggap.
"Bedebah sialan, kamu harus tetap menjadi pasangan Bella. Aku tidak menerima alasan apapun. Permisi!" Sambil bersumpah serapah, pak Ali pergi meninggalkan rumah Abah Hasan. Sedangkan pemilik rumah menjadi bingung bagaimana cara menghadapi keluarga pak Ali dikemudian hari. Jika mereka tetap memaksakan kehendak.
"Abah, Umi, Erik mohon jangan lagi berurusan dengan mereka. Sudah tahu kan sekarang karakter keluarga itu. Sungguh Erik tidak ingin memiliki hubungan apapun dengan Bella. Erik masih ingin waras." Kata Erik sendu terkesan putus asa. Dia masih harus menyelesaikan masalah dengan Echa.
"Iya sudah, sekarang kamu bersih-bersih dulu lanjut makan. Itu ada lauk di meja dapur." Ucap Umi mendinginkan suasana.
Setelah hari yang melelahkan, ketiga orang itu masuk ke dalam kamar masing2 untuk beristirahat.
Lain halnya dengan Echa yang malah termenung sendirian di dapur. Tujuannya ingin membuat masakan, tapi dari tadi dia hanya membolak balik kan sayuran. Bayangan masa lalu bak kaset kusut yang berkeliaran dikepalanya. Dari sang ayah yang tak setia dan membuat penderitaan untuk istri dan anaknya. Meninggalkan rumah demi mencari rumah baru. Lalu pengkhianatan mantan pacar pertamanya yang begitu luar biasa menghantam mentalnya. Dan saat ini ada sosok yang baru dikenalnya dan mencoba mengetuk pintu hatinya pun telah membuat trauma akan kesetiaan seorang pria semakin besar.
"Aku pikir Erik berbeda, dia terlihat baik dan ramah. Ternyata semua pria sama saja, tidak cukup hanya dengan satu wanita." Pikir Echa semakin trauma dan salah paham.
Dalam bayangan Echa ingin memiliki sebuah keluarga yang harmonis dan bahagia. Meskipun nantinya ada ujian, setidaknya bukan hanya dipikul sendiri. Berharap ada bahu yang siap menopang dikala sedih. Akan ada pelukan hangat disaat sepi menyelimuti hati. Tapi semua hanya angan semata.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Alhamdulillah Othor update lagi.
Terima kasih banyak untuk teman-teman pembaca, tanpa kalian Othor hanya remahan rengginang.
Jangan lupa untuk budaya tinggalkan jejak dengan like, komen dan share. Supaya Othor makin semangat menulis.
By : Erchapram