Andah, adalah mahasiswi yang bekerja menjadi penari striptis. Meskipun ia bekerja di hingar bingar dan liarnya malam, tetapi dia selalu menjaga kesucian diri.
Sepulang bekerja sebagai penari striptis.Andah menemukan seorang pria tergeletak bersimbah darah.
Andah pun mengantarkannya ke rumah sakit, dan memaksa Andah meminjam uang yang banyak kepada mucikari tempat dia menari.
Suatu kesalahpahaman membuat Andah terpaksa menikah dengan Ojan (pria amnesia yang ditemukannya) membawa drama indah yang terus membuat hubungan mereka jadi semakin rumit.
Bagaimana kisahnya selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CovieVy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
12. Kompensasi
"Andah? Andah? Kenapa Ojan diusir?" Ojan mencoba kembali, tetapi didorong kasar oleh Jerry sampai keluar dari gedung itu.
Andah memutar tubuhnya dengan air mata bergelinang di pelupuknya. "Maafkan aku, Ojan."
"Siapa dia sebenarnya?" Kak Yana ternyata memperhatikan drama yang sedari tadi dilakoni oleh Andah dan pria yang akhir-akhir ini sering sekali muncul.
Andah menggelengkan kepala menghindari tatapan Kak Yana. Namun, Kak Yana menarik tangan Andah. Ternyata, mata Andah masih meneteskan butiran bening yang membuat riasannya sedikit berantakan.
"Andah, apa kamu tidak memercayaiku setelah sekian lama kita saling mengenal?"
Andah masih mencoba menghapus air matanya yang terus terjatuh. Dia merasa bersalah kepada pria yang menjadi suaminya itu. Namun, dia sendiri tidak bisa berbuat apa-apa.
"Andah?" Kak Yana masih menunggu Andah untuk menceritakan semua.
"Sepertinya aku belum bisa menceritakannya, Kak. Aku janji, setelah merasa siap untuk mengungkapkannya, aku akan mengatakannya kepada Kakak. Sebentar lagi kita akan tampil, aku mau memperbaiki riasanku dulu."
Setelah panggilan untuk penampilan, mereka semua berjalan berlenggak-lenggok di atas panggung. Lalu, mereka semua menari mengikuti irama musik yang telah dimainkan DJ.
Semua mata menatap takjub pada Andah, yang memiliki tubuh paling ramping, dan kulit putih yang sangat mulus. Para pria itu bersorak sorai melihat aksi Andah yang sangat memukau bermain di pole memanfaatkan kekuatan tangan dan kakinya.
"Sunny! I love U!"
Teriakan itu bukan lah hal yang asing lagi, bila Andah tampil di atas panggung.
Dia menyelesaikan tarian berputar-putar dan meliuk dengan sangat cantik pada tiang besi yang kokoh. Semua mata kagum akan aksinya itu, termasuk para penari lain yang tidak bisa melakukan atraksi seperti yang ia lakukan.
Setelah pembukaan yang apik itu, banyak sekali yang memberikan sawer kepada Sunny, sang matahari yang menjadi pusat malam ini. Lembaran demi lembaran uang berwarna merah dan biru melayang bagai hujan menghampiri Andah.
Andah mulai memunguti uang-uang tersebut dengan sangat cepat. Seperti biasa, dia akan menunggu para pelanggan untuk melakukan layanan tarian secara pribadi pada ruangan eksekutif yang telah tersedian.
Saat itu pula Andah bersembunyi di ruang ganti sembari menghitung uang yang ia dapatkan malam ini.
"Waaah, lima juta rupiah? Malam ini aku mendapat lima juta? Ya aaampuun." Andah sedikit melonjak usai menghitung uang hasil kerja kerasnya.
"Aku bisa mengangsurnya pada Mamih Lova." Andah segera mencari sang mucikari.
Namun, dia tidak menemukan sang pemilik tempat ini. Andah menyelipkan uang tersebut pada tempat yang dianggapnya paling aman, yakni di dalam bra.
Tiba-tiba seseorang memeluknya dari belakang. "Ojan? Bukan kah seharusnya kamu—" ucapan Andah terhenti saat dia memutar kepala.
Ternyata bukan Ojan, suaminya yang memeluk dirinya dari belakang. Andah segera memberontak melepaskan diri.
"Oh, jadi nama pria yang tadi itu Ojan?" ucap Tama, orang yang belum putus asa mengejar Andah, dia tidak mengetahui bahwa Andah telah menikah.
Andah meronta melepaskan diri dari Tama. Hingga akhirnya Andah memainkan kemampuannya dalam bela diri hingga membuat Tama terguling. Beruntung tidak banyak orang yang berada di sekitarnya.
Tama mengusap pakaiannya lalu bangkit dengan seringai di wajahnya. "Berapa dia membayarmu?"
"Siapa maksudmu?"
"Pria yang memelukmu tadi? Atau, dia lah orang yang membeli keperawananmu itu?"
Refleks tangan Andah menampar pipi Tama. "Dia bukan lah bangkai menjijikkan macam kamu!"
Tama kembali menyeringai. Dia semakin mendekat dan membelai wajah Andah dengan senyum yang berbeda tinggi setiap sisinya.
"Atau kamu hanya produk gratisan?"
Dengan seketika Andah melayangkan tinju utara yang melayang dari bawah menuju dagunya. Pukulan itu membuat Tama jatuh terhempas ke belakang dengan bokong mendarat terlebih dahulu.
"Aaaggghhh!" Tama meringis merasakan pening yang luar biasa di bagian kepala. Gigi yang ada pada gusinya seperti mau rontok, dan sudut bibir mengeluarkan sepercak darah segar.
"Kau ini benar-benar wanita yang tak tau diri! Aku sudah bersedia membayar keperawananmu dengan harga mahal, tetapi kau malah memilih jadi wanita gratisan tak berharga." Tama bangkit lalu beranjak keluar dari tempat itu.
Sementara Andah merasa begitu kacau. Degup jantungnya berdetak cepat, merasa jijik karena dipeluk oleh pria yang bukan suaminya.
Andak memutuskan untuk pulang karena rasa yang bercampur aduk melanda dirinya.
Namun, saat berganti pakaian Mamih Lova datang menyingkap korden ruang ganti yang dipakai oleh Andah.
"Kamu mau ke mana? Jam kerja belum usai!"
"Aku mau pulang saja Mih." Andah segera memasang pakaian yang tadinya digunakan dari rumah.
"Ini kan masih jam kerja? Kita kan sudah sepakat, kamu harus menunggu penutupan dulu, baru pulang bersama yang lain?" cegat Mamih Lova.
"Aku merasa kurang sehat, Mih." Andah meraba kening dengan punggung tangannya.
Mamih Lova tergidik mundur beberapa langkah. "Kamu hanya nyari-nyari alasan kan?"
Andah menahan senyumnya mengalihkan pembicaraan dengan mengeluarkan uang hasil pembukaan tadi yang berhasil diterimanya. Setelah itu menyerahkannya kepada Mamih Lova.
"Ini Mih, lima juta dulu. Sisanya nyusul."
Mamih Lova mendelik saat melihat gulungan uang itu. "Kamu meminjam uangku saat itu berapa?"
"Lima belas juta, Mih."
"Kamu harus mengembalikannya beserta dengan bunganya! Enak saja minjem gak pakai bunga!" Mamih Lova mendengkus melirik Andah dengan sebelah mata.
"Baik lah, Mih. Tapi terima ini dulu. Aku takut jika tidak langsung diserahkan malah kepakai lagi." Andah menyerahkan gulungan uang itu lagi.
"Saya mau kamu mengembalikannya dengan utuh lah! Tidak terima angsuran! Lagian uang itu akan beralih fungsi juga." Mamih Lova terdiam sejenak.
'Hah? Apa yang dimaksudnya?' ucap Andah di dalam hati.
"Sebenarnya saya mau ke sini untuk menanyakan apa yang baru saja kamu lakukan kepada pelanggan yang bernama Tama?"
Andah tersentak oleh pertanyaan Mamih Lova. "Dia ngadu yah?" Andah kembali menyimpan uang yang ia dapatkan itu, kali ini ke kantung celana jin's yang ia kenakan.
"Santai bener kamu nanyanya?"
"Ya, tadi aku hanya memberi sedikit peringatan agar gak macam-macam sama aku." Andah menunjuk memvisualisasikan ukurannya dengan jepitan telunjuk dan jempol.
"Kecil ya? Kalau begitu silakan berikan uang kompensasi untuk pengobatannya!" Mamih Lova menengadahkan tangannya.
'Jangan-jangan, ini yang dimaksudnya?' Andah masih mencoba menebak alur permainan Mamih Lova.
"Cepat! Mana uangnya!"
Andah mundur menggelengkan kepalanya. "Aku tidak memiliki uang. Ini adalah uang untuk membayar hutang kemarin." Andah mundur hendak keluar dari lokasi itu.
Akan tetapi, di belakangnya telah menunggu dua orang yang memiliki tubuh yang besar. Otot-ototnya keluar karena sudah tidak mencukupi postur yang ada.
"Mau ke mana?" Tanya salah satu dari pria itu.
Dari belakang dua orang bodyguard itu, muncul seorang pria dengan seringai menatap tajam kepada Andah.
"Kamu tidak akan bisa pergi ke mana-mana!"
takut lo brkl bpkmu smpe dipecat???