Flower Michelin tak menyangka diusianya yang ke 17 tahun adalah awal petaka baginya.
Hadiah Ulangtahun yang seharusnya indah justru menjadi kado terburuk dalam hidupnya.
Pesta perayaan ulang tahunnya justru menjadi pesta kematian bagi kedua orang tuanya.
Seorang mafia kejam menghabisi mereka yang ia sayangi. Begitupun mahkota yang ia jaga selama ini direnggut paksa oleh bajingan itu.
Dendamnya membara dan membawanya hidup seatap dengan pria bajingan itu, menjadi seorang pembantu.
Akankah ia berhasil membalaskan dendamnya? Atau ia harus jatuh untuk kedua Kalinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bhebz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
# Part 12 Mafia AHM
George melangkah ke dalam ruangan itu dengan cepat. Matanya ia edarkan ke sekeliling tempat itu dengan waspada.
Tangannya yang sedang membawa senjata api ia arahkan ke segala arah dengan posisi siaga. Ia khawatir kalau ada penyusup yang masuk ke ruangan itu untuk menggangu sang Tuan muda.
"Apa yang terjadi Tuan? Apakah anda bermimpi buruk?" tanyanya setelah memastikan tidak ada hal yang berbahaya di dalam ruangan itu.
Frederico Patria tidak menjawab. Ia terduduk di sofa dengan wajah basah oleh peluh. Kemeja yang ia pakai pun ikut basah padahal suhu di dalam ruangan itu benar-benar sangat dingin.
George segera melangkah ke arah lemari pendingin dan mengambil sebotol air mineral untuk diberikan kepada Frederico Patria yang masih tampak bingung.
"Minumlah Tuan," ujarnya seraya menyerahkan sebotol air mineral itu. Pria itu langsung meneguk minuman itu sampai habis. Ia seperti seorang yang baru datang dari perjalanan jauh. Ia nampak sangat haus dan juga lelah.
"Apakah anda bermimpi buruk?" tanya George lagi saat ia melihat Frederico Patria sudah nampak lebih tenang.
"Ayahku tiba-tiba muncul dan menyerang ku George!"
"Tuan Ferguson datang ke dalam mimpi anda?" pria itu menganggukkan kepalanya seraya memandang wajah sang asisten.
"Ia sangat marah padaku karena telah menghabisi nyawa Yousef Michelin dan istrinya," jawab Frederico Patria dengan kepala tertunduk. Pria itu meremas jari-jarinya dengan sangat gelisah.
"Itu hanya mimpi. Anda tidak perlu merasa khawatir," hibur George tersenyum.
"Anda bisa menceritakan alasan anda pada Tuan besar saat ia datang berkunjung. Jadi Tuan tidur saja ya?" George kembali berucap dengan suara tenang.
"Tapi George, Ayahku sangat ingin melenyapkan Aku dalam mimpi itu."
"Itu hanya mimpi. Tidak mungkin Tuan Ferguson menghendaki kematian putranya sendiri. Jadi sekarang saya akan mengantar anda ke kamar tidur anda."
"Ah ya, kamu betul sekali George. Aku juga belum mengganti pakaianku," ujar pria itu kemudian berdiri dari duduknya. Ia pun keluar dari ruangan itu kemudian melangkah ke arah kamarnya sendiri.
"Hum George, apakah Flower sudah tidur?" tanyanya pada pria yang sedang berjalan disampingnya itu.
"Sudah Tuan. Nyonya Hudson sudah melaporkan itu pada saya," jawab George dengan tatapan lurus ke depan.
"Aku ingin melihatnya George." Langkah sang asisten langsung terhenti mendengar keinginan putra Ferguson itu.
"Anda bisa menggangu tidurnya Tuan. Biarkan ia istirahat."
"George! Ada apa denganmu hah? Aku hanya ingin memandang wajahnya. Aku berjanji tidak akan melakukan apa pun sampai ia mau menerimaku," Frederico tampak mulai emosi dengan penolakan asistennya itu.
"Maafkan saya Tuan. Baiklah kalau itu keinginan Anda. Kita akan mengunjungi kamar Nona Micheline dengan hati-hati." George mengalah. Ia tidak punya pilihan lain selain mengikuti keinginan pria itu.
Mereka berdua pun berdiri di depan kamar Flower Michelin dengan wajah sama-sama tegang. Entah apa yang mereka pikirkan hingga nyali keduanya tiba-tiba menciut.
"Ada apa George? kenapa kamu tidak membuka pintunya!?"
"Eh iya, saya pikir Tuan sudah tidak ingin melanjutkan rencana ini," jawab George seraya tersenyum meringis. Tangannya pun mulai menyentuh handel pintu yang tiba-tiba saja terbuka dari dalam.
"Aaaargh!"
"Aaaaargh!"
Flower Michelin berteriak keras karena sangat kaget dengan dua sosok pria dihadapannya di tengah malam seperti ini.
Sedangkan Dua orang pria itu juga berteriak karena menyaksikan penampilan pemilik kamar yang sedang ingin mereka kunjungi itu sedang memakai masker di seluruh wajahnya. Hanya mata saja yang nampak pada wajah putih bak hantu itu.
"Kenapa kalian berdua ada di sini?!" tanya Flower Michelin dengan suara menjerit keras. Ia sampai melupakan sopan santun pada pemilik rumah itu. Beberapa detik berada dalam kekagetan ia baru bisa menarik nafas dengan tenang.
"Maafkan kami Nona. Kami salah masuk kamar," ujar George dengan wajah ia ubah menjadi tanpa ekspresi. Frederico Patria merasakan bibirnya berkedut ingin tertawa tetapi ia berusaha menahannya.
"Silahkan lanjutkan tidur anda Nona. Kami permisi," ujar George lagi seraya pergi dari sana dengan langkah cepat. Frederico Patria tidak bergerak. Ia malah melangkah mendekati gadis berpenampilan menakutkan itu dengan senyum samar diwajahnya.
"Apa yang ingin kamu lakukan di luar kamar malam-malam seperti ini Nona?"
"Aku tadi terbangun karena bermimpi buruk Tuan. Dan kurasa Aku akan sulit untuk tidur kembali," jawab gadis itu dengan tatapan lurus ke dalam mata pria yang ada dihadapannya.
Deg
Bulu kuduknya tiba-tiba meremang. Entah kenapa tatapan tajam mata pria itu baru saja ia rasakan. Dalam mimpinya beberapa saat yang lalu ia seperti sedang diawasi oleh seseorang yang memiliki tatapan tajam seperti itu.
🌺🌺🌺
*Tobe Continued.
Hai readers tersayangnya othor mohon dukungannya untuk karya receh ini ya gaess dengan cara klik like ketik komentar dan kirim hadiahnya yang super banyak agar othor semangat updatenya okey?
Nikmati alurnya dan happy reading 😍
klo yg cwo cocok umur 32 ganteng yamvan