Jangan lupa mampir di Fb otor (Mima Rahyudi)
**
**
**
“Dad! Aku ingin kita akhiri hubungan kita!” seru Renaya tiba-tiba.
“Kenapa, baby?” tanya Mario.
“Aku nggak nyaman sama semua sikap Daddy,” jawab Renaya
“Kita tidak akan pernah berpisah, baby. Karena aku tidak akan melepaskan kamu.”
Hidup Renaya seketika berubah sejak menjalin hubungan dengan Mario, pria matang berusia 35 tahun, sementara usia Renaya sendiri baru 20 tahun. Renaya begitu terkekang sejak menjadi kekasih Mario, meski mungkin selama menjadi kekasihnya, Mario selalu memenuhi keinginan gadis cantik itu, namun rupanya Mario terlalu posesif selama ini. Renaya dilarang ini dan itu, bahkan jika ada teman pria Renaya yang dekat dengan sang kekasih akan langsung di habisi, dan yang paling membuat Renaya jengkel adalah Mario melarang Renaya untuk bertemu keluarganya sendiri. Sanggupkan Renaya menjalani hidup bersama Mario? Kenapa Mario begitu posesif pada Renaya? Ada rahasia apa di balik sikap posesif Mario?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mima Rahyudi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25
“Kenapa kamu ingin tahu tentang Renaya?” kata Daniel, dengan nada yang lebih terkejut dan penuh tanya. Wajahnya tampak menegang, dan dia tidak bisa menyembunyikan rasa ketidakpercayaan yang mendalam. “Kamu mengenal putriku?”
Mario mengangguk sedikit, matanya tetap fokus pada Daniel. Dia tahu betul bahwa ini adalah pembicaraan yang tidak mudah. Banyak hal yang tidak jelas dan banyak yang harus dijelaskan—termasuk bagaimana Daniel bisa memiliki hubungan dengan seorang wanita yang sudah lama dia anggap sebagai bagian dari masa lalunya yang gelap.
“Ya, aku mengenalnya. Dan aku perlu tahu lebih banyak tentang dia, lebih tepatnya tentang keluargamu,” jawab Mario singkat, namun dengan nada yang cukup serius, “Terutama tentang bagaimana bisa Renaya hanya mengetahui bahwa Arnold adalah Papinya selama ini, sedangkan kamu malah berada disini.”
“Dimana putriku sekarang?” tanya Daniel
“Dia aman bersamaku, kamu tidak usah khawatir soal itu,” jawab Mario, “Yang penting, apakah masih bisa aku membantumu untuk keluar dari penjara?”
Daniel menatap ke lantai, seolah menarik napas panjang sebelum akhirnya mulai bercerita, melepaskan beban yang telah lama terpendam. Setiap kata yang keluar dari mulutnya terdengar berat, dan bagi Mario, itu bukan sekadar cerita biasa. Ini adalah kisah kelam yang mungkin akan mengubah banyak hal.
"Perusahaan yang sekarang dipegang Arnold... sebenarnya itu milikku," kata Daniel, memulai cerita dengan suara datar namun jelas. "Semua yang ada di sana, aset, saham, dan seluruh kekayaan itu—seharusnya menjadi milikku. Tapi, ada yang lebih penting dari semua itu, Mario."
Mario mendengarkan dengan penuh perhatian, mengetahui bahwa apa yang akan didengar selanjutnya bukanlah sekadar fakta biasa. Perasaan tegang menguasai dirinya, dan dia tidak berani menyela.
"Arnold... dia memang selalu punya ambisi besar, tapi ada satu hal yang lebih buruk dari itu semua," Daniel melanjutkan, suaranya mulai bergetar. "Dia menginginkan istriku, Renata. Dulu, dia hampir bisa mendapatkan apa yang dia inginkan, kalau bukan karena satu hal—Renata tidak tergoda olehnya."
Mario merasa jantungnya berdegup lebih cepat. Ternyata ada hubungan lebih jauh antara Arnold dan Renata, yang selama ini tak pernah dia duga.
"Arnold itu tidak tahu rasa malu. Ketika Renata menolaknya, dia menjadi sangat marah. Dan kamu tahu apa yang terjadi selanjutnya?" Daniel berhenti sejenak, matanya menatap kosong ke arah dinding. "Arnold membunuh Renata. Dengan cara yang keji. Dia tidak hanya menghancurkan keluarga kami, tapi juga merusak hidupku."
Mario terkejut, tak percaya dengan apa yang baru saja didengar. Semua yang dia pikirkan tentang Arnold selama ini seakan hanya lapisan permukaan dari kegelapan yang lebih dalam. "Tunggu, kamu bilang Arnold membunuh Renata? Lalu apa yang terjadi padamu?"
Daniel mengangguk perlahan, wajahnya menegang seolah kenangan itu menyiksa lebih dari yang dia akui. "Arnold memang berhasil menguasai banyak hal setelah itu. Dia ingin merebut seluruh kekayaan kami. Tapi dia tahu, aku masih memiliki sesuatu yang bisa mencegahnya—dan itu adalah Renaya."
Mario membelalakkan matanya, mencoba menyusun kepingan-kepingan informasi yang baru didapatkannya. "Renaya... anakmu?"
"Ya, dia anak kami. Renaya masih bayi saat itu. Dan sebelum aku dipenjara, aku sudah menulis wasiat. Semua hartaku, seluruh kekayaan yang kumiliki, akan jatuh ke tangan Renaya. Aku menginginkannya untuk tumbuh dengan warisan yang sah. Aku ingin dia memiliki segala sesuatu yang berharga dari kami." Daniel menundukkan kepalanya, seakan tidak mampu menahan penyesalan yang menyelimuti dirinya.
"Namun, Arnold tidak bisa menerima kenyataan itu. Dia tahu bahwa jika Renaya hidup dan menjadi dewasa, dia akan menjadi penghalang terbesar bagi Arnold untuk menguasai segalanya," lanjut Daniel dengan suara rendah. "Itulah sebabnya dia membuat skenario yang sangat licik. Dia menyebarkan kabar bahwa aku terlibat dalam pencucian uang, membuatku terjerat dalam kasus hukum yang tidak benar. Aku dipenjara, dan dia dengan mudah mengambil alih perusahaan."
Mario merasa dadanya serasa terhimpit. Selama ini, dia hanya tahu bahwa Daniel dipenjara karena kasus yang tidak jelas, namun tidak pernah ada yang memberitahunya bahwa itu adalah bagian dari rencana jahat Arnold untuk merebut harta.
"Arnold benar-benar licik," kata Mario dengan geram, "Tapi kenapa dia tidak hanya langsung menghabisi Renaya saja, jika dia benar-benar ingin menguasai semuanya?"
"Karena dia tahu, Mario," jawab Daniel dengan nada suram. "Renaya adalah satu-satunya orang yang bisa menghalanginya. Kalau Renaya mati, hartaku akan jatuh ke panti asuhan. Itulah yang tertulis dalam wasiatku. Arnold tak akan mendapatkan apa-apa. Jadi, dia memilih untuk mengadopsi Renaya, mengangkatnya sebagai anaknya. Dengan begitu, dia bisa mengontrol warisan itu, meskipun hanya untuk sementara waktu."
Mario mengangguk perlahan, menanggapi dengan serius setiap detail yang baru dia pelajari. "Jadi, Arnold mengangkat Renaya sebagai anak, tapi dia tidak bisa benar-benar menguasai seluruh harta itu, kan?"
"Betul," jawab Daniel, suaranya penuh penyesalan. "Namun, dia tetap bisa mengendalikan banyak hal melalui Renaya. Dan itu yang dia inginkan. Dia mungkin tidak bisa mendapatkan harta sepenuhnya, tapi dia masih bisa memanipulasi keadaan. Selama Renaya hidup, dia adalah kunci dari semua itu."
Mario terdiam, mencerna setiap kata yang baru saja didengarnya. Pikirannya dipenuhi dengan gambaran betapa liciknya Arnold dalam mengatur setiap langkahnya. Namun, yang lebih membingungkan adalah apa yang harus dia lakukan sekarang. Dia melihat Daniel, yang meskipun berada di balik jeruji penjara, tampak sangat memahami bahwa masa depan Renaya sangat tergantung pada langkah-langkah berikutnya.
“Mario, apa hubungan kamu dengan Renaya?” tanya Daniel penuh selidik
“Renaya adalah kekasihku,” jawab Mario dengan nada datar.
Daniel terdiam sejenak, matanya menatap tajam Mario, seolah mencoba mencerna apa yang baru saja didengarnya. Pikiran-pikiran itu seakan berputar dalam benaknya, mencoba menyatukan gambaran yang lebih jelas dari apa yang baru saja diungkapkan. Bagaimana mungkin seorang pria seumur Mario—35 tahun—bisa bersama dengan anaknya yang masih 20 tahun? Rasanya seperti sesuatu yang sulit diterima, meski dalam situasi yang serba rumit seperti sekarang ini.
"Man-mana mungkin!" Daniel akhirnya berseru, suaranya penuh keheranan dan sedikit kemarahan. "Kamu saja 35 tahun dan anakku 20 tahun!" Ia hampir tidak percaya dengan kenyataan yang baru saja terungkap. Hubungan antara Mario dan Renaya terasa seperti sebuah kontradiksi yang sulit diterima. Sebagai seorang ayah, dia merasa seharusnya bisa melindungi putrinya dari situasi semacam itu.
Mario menatap Daniel dengan tenang, meski ada sedikit kerutan di dahinya, seolah tak terpengaruh oleh kekhawatiran atau perasaan ayah Renaya. "Yang penting dia nyaman bersamaku," jawabnya dengan nada datar, penuh keyakinan. Tak ada ragu sedikit pun dalam suaranya. "Aku tahu apa yang aku lakukan, Daniel."
Daniel terdiam, memperhatikan Mario dengan ekspresi bingung, namun juga mulai menyadari bahwa pria ini—meski lebih muda—mungkin benar-benar peduli pada putrinya. Meski hubungan mereka aneh bagi Daniel, dia tidak bisa menolak kenyataan bahwa Mario tampak serius dan dewasa dalam pendekatannya terhadap Renaya.
"Dan satu lagi," Mario melanjutkan, mengubah topiknya, "Aku akan mengupayakan pembebasanmu."
Kalimat itu mengejutkan Daniel lebih dari yang lainnya. Saat itu, tatapannya yang semula penuh kebingungan mulai menunjukkan tanda-tanda harapan yang jarang muncul. Dia sudah lama menyerah pada nasibnya, terjebak dalam penjara tanpa ada orang yang benar-benar berusaha membantunya keluar. Namun Mario, yang baru saja dia temui, menawarkan sesuatu yang berbeda—sesuatu yang membuat Daniel merasa ada kesempatan untuk keluar dari jerat yang mengikatnya.
"Membebaskanku?" Daniel menatap Mario dengan lebih serius sekarang, seolah untuk pertama kalinya melihat pria ini dengan cara yang berbeda. "Kamu serius?"
**
Maaf ya, sempat tidak update beberapa hari karena otornya masuk angin, terima kasih masih setia pada kisah Mario dan Renaya.