Mengandung Anak Mantan Suami
Sarah, berdiri di ambang pintu, menatap ruang teringat akan kehangatan yang tercipta saat masih bersama suaminya. Matanya mulai berkaca-kaca, dadanya terasa sesak.
"Kamu tega, Mas." Sarah berjalan ke delam kamar, kakinya terasa tak berpijak. Satu jam yang lalu ia resmi bercerai dengan Farhan, suaminya. Ia tak menyangka bahwa Farhan akan menceraikannya, beralasan bahwa selama ini dia tak mencintainya.
"Dua tahun kita bersama, setiap hari kamu ucapkan kata cinta padaku, mas," gumam Sarah. Sakit, amat teramat sakit. Selama dua tahun Farhan membohonginya, Sarah ingat betul ucapan Farhan yang terdengar tulus setelah menikahinya waktu itu.
"Aku akan membahagiakannya, karena aku juga mencintainya." Pengakuan Farhan di depan orang banyak setelah mereka resmi menjadi sepasang suami istri.
Sarah tersenyum saat mendengarnya. Pernikahan yang diawali perjodohan itu meyakininya bahwa ia dan suaminya saling mencintai. Sarah, berusia 23 tahun, terlahir dari keluarga sederhana tapi dipenuhi dengan rasa kasih sayang yang cukup dari kedua orang tuanya. Apa pun yang diingikannya pasti dikabulkan oleh kedua orang tuanya. Hingga ia tumbuh menjadi gadis manja dan periang.
Setelah kedua orang tuanya meninggal, keluh kasahnya ia curahkan kepada Farhan, menjadi sandaran ternyamannya saat ia lemah, dan saat ia lelah. Tapi sekarang, Sarah tersadar. kini dirinya sendiri, merenungi semua yang telah terjadi dan ia merasa itu tak mungkin terjadi dalam hidupnya. Farhan yang selalu di sampingnya setiap hari membuat Sarah selalu merasa dicintai. Farhan menceraikannya karena suatu alasan yang begitu sulit ada dalam pikirannya.
Deraian air mata tak terhenti, ia tak ingin berpisah dengan suaminya. Namun, bisakah dirinya memutar waktu seperti dulu? Bahagia, tapi semuanya hilang tanpa sebab karena suaminya menghentikan perasaannya.
"Bila boleh aku jujur, aku tak ingin berpisah. Kamu kebahagiaanku." Ucap Sarah sembari menatap sebuah bingkai yang terpasang foto pernikahan mereka. Mengusap foto itu lalu menciumnya, merebahkan tubuh lalu meringkuk di atas ranjang sambil mendekap foto pernikahannya.
Menangis sesegukkan, ini terasa mimpi baginya hingga ia larut dalam tangisan. Matanya terasa sembab karena sejak tadi terus menangis.
Dengan sendirinya, Sarah tertidur dalam keadaan memeluk foto pernikahannya dua tahun silam.
* * *
"Sudah sore, kenapa bu Sarah belum juga keluar dari kamarnya, apa terjadi sesuatu dengannya?" kata seorang pembantu di rumah Sarah. Rumah yang ditinggali selama pernikahannya. Farhan membeli rumah itu atas nama Sarah, Farhan menjadi suami yang bertanggung jawab selama ini. Memberinya nafkah lahir batin, tak luput sedikit pun perhatian yang diberikan kepada Sarah.
Itu mengapa, Sarah masih tak percaya akan perpisahan itu. Selama ini pernikahannya baik-baik saja. Pernah sekali ia memperegoki suaminya bersama Nadia. Nadia adalah teman Farhan sejak dulu, sebelum Sarah kenal dengan suaminya. Di kantor, saat ia mengantarkan bekal untuk Farhan.
"Kejutan," ucap Sarah tiba-tiba masuk ke dalam ruangan suaminya. Wajah sumringah itu menghilang saat melihat tangan suaminya tengah digenggam oleh Nadia. Namun, saat itu juga Farhan menjelaskannya kepada Sarah.
"Nadia hanya meminta tanda tanganku," jelas Farhan, Farhan tahu bagaimana sikap Sarah selama ini. Cemburu, posesif, dan selalu curiga. Itu sebab kenapa Farhan tidak nyaman bersama istrinya. Sarah yang terlalu begitu mencintai suaminya, takut akan kehilangan. Kini, rasa ketakutan itu terjadi.
"Mas Farhan ..." Teriak Sarah sambil membuka mata. Mimpi buruk yang selalu menghantuinya kini terbukti, kehilangan orang yang kita cintai ternyata begitu menyayat hati. Seegoisnya Sarah, setelah ia tahu bagaimana perasaan suaminya kini ia bisa mengikhlaskannya.
Mencintai dengan keterpaksaan akan semakin membuatnya terluka, ia bisa memahami di posisi Farhan saat ini. Sarah juga tidak menyalahkan akan hadirnya orang ketiga yang menyebabkan kehancuran rumah tangganya. Ia sadar bahwa dirinya egois, sadar akan sikap cemburunya yang terlalu berlebihan. Mungkin itu faktor kenapa Farhan memilihnya untuk berpisah, pikir Sarah.
"Mas Farhan," lirih Sarah. Andai, waktu bisa diputar kembali, ia tak ingin usai. Tetaplah menjadi bagian dalam hidupnya, penyemangatnya.
Tok tok tok ...
Ketukan pintu mengalihkan lamunan Sarah.
"Bu, Ibu tidak apa-apa? Ini sudah sore. Ibu minta dibangunkan pas ashar bukan?" ucap seseorang di balik pintu.
Sarah tak menjawab, dirinya langsung beranjak. Meletakan foto yang ia peluk sejak tadi di atas meja nakas, lalu menuju ke arah pintu. Mata sembab yang tak bisa disembunyikan itu terlihat jelas oleh seorang wanita paruh baya yang bernama bi Ami. Seorang asisten rumah tangga yang sudah mengabdi belasan tahun di rumah orang tua Farhan.
Farhan mengajak bi Ami tinggal bersamanya, ia tahu bahwa Sarah tak bisa melakukan pekerjaan rumah. Ia juga tidak menuntut Sarah untuk bisa melakukan semuanya. Selama berumah tangga, mereka menjalani sebuah keluarga yang terbilang cukup harmonis. Kedustaan Farhan berhasil membohongi istrinya. Lambat laun, Farhan tak bisa membohongi diri.
Sikap Sarah yang berlebihan membuatnya merasa tidak nyaman.
"Ibu, baik-baik saja 'kan?" tanya bi Ami yang khawatir.
"Ya, aku baik-baik saja, Bi. Apa mas Farhan sudah ke sini?" tanya Sarah kemudian.
"Belum," jawab bi Ami.
"Kata dia mau ke sini karena mau mengambil barang-barang yang tersisa," jelas Sarah. Sebelum perceraian, Farhan memang sudah tidak tinggal bersama selama satu minggu. Hingga akhirnya, surat gugatan cerai dan surat panggilan untuk Sarah pun datang.
Sarah sempat shock saat mendapati surat panggilan itu. Meski kini telah berpisah, Farhan masih memberikan uang bulanan untuk Sarah. Sarah hanya seorang ibu rumah tangga yang menggantungkan hidupnya kepada suaminya. Karena sejak masih gadis, orang tuanya tak mengizinkan Sarah bekerja. Sampai akhirnya, kedua orang tuanya menjodohkannya kepada anak sahabatnya yaitu, Farhan.
Bi Ami dapat melihat kesedihan dan keterpukulan majikannya, wanita manja itu tak bisa jauh dari suaminya. "Ada yang Ibu butuhkan?" tanya bi Ami.
"Tidak, kalau pun ada apa-apa aku bisa sendiri, Bi. Sudah tidak ada yang memanjakanku saat ini, Bibi tidak perlu khawatir. Aku harus mandiri dari mulai sekarang, itu yang diinginkan mas Farhan 'kan? Memiliki seorang istri yang bisa melakukan apa saja," jawab Sarah. Meski Farhan tak menuntut, tapi ia pernah mendengar keluhan suaminya.
Lagi-lagi, Sarah teringat kenapa suaminya menceraikannya. "Maaf, sepertinya aku akan terlambat. Asisten rumah tanggaku sedang cuti, kamu taukan kalau istriku tidak bisa ngapa-ngapain," kata Farhan diujung sambungan telepon. Percakapan itu terhenti saat Sarah datang.
"Aku bantu, Mas. Kamu lagi buat kopi 'kan?" Sarah berinisiatif membantu. Pendengarannya cukup kuat saat mendengar percakapan suaminya. Saat menuangkan air panas ke dalam cangkir, air panas itu malah mengenai kulitnya.
"Aduh," pekik Sarah yang tersiram air panas. Tangan melepuh dan itu semakin membuat Farhan kesiangan. Wajah kesal Farhan tak dapat disembunyikan, meski kemarahan itu tidak ditunjukkan tapi Sarah menyadarinya.
Sarah menangis, menangis bukan karena rasa perih di tangan. Melainkan wajah kusut Farhan yang terlihat kesal kepadanya. Itu awal di mana Sarah tahu tentang sikap suaminya yang selama ini disembunyikannya.
"Lain kali hati-hati, ucap Farhan pelan tapi dengan nada kesal.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
setiyowati b
ciri2 suami kegoda pelakor, kasian sarah, sarah hrs jd wanita tangguh
2024-10-08
1
Nur Yanah
Ciri ciri kena Asma itu 😅😅😅
2024-09-23
0
Nok Denok
LG gabut,,ga Nemu cerita bagus,,jd kesini LG kk Thor 🤭
2024-08-22
1