Hasna Az Zahra terpaksa harus menikahi Mantan Mertuanya setelah tunangannya meninggal dunia. Dalam pernikahan ini, dia menjadi orang ketiga, di perlakukan tidak adil, menjadi istri yang tak di anggap. Mantan Mertuanya sangat membencinya dan menyalahkan dirinya atas kecelakaan anak semata wayangnya.
Akankah Hasna bertahan menjadi madu Mantan Mertuanya atau memilih pergi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sayonk, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cantik
Krek
"Jadi kau di sini, aku mencari mu kemana-mana," ujar seorang wanita yang terus melangkah. Dia ingin memeluk suaminya karena sangat merindukannya.
"Berhenti,"
Suara tegas Serkan menghentikan kaki kanannya yang maju, lalu memundurkannya. "Kenapa sayang?"
"Siapa yang menyuruh mu masuk?"
Alena kebingungan, tentu saja tidak akan ada yang melarangnya untuk masuk, karena ia adalah nyonya di rumah ini.
"Kau lupa apa yang di katakan Azzam? kau tidak boleh memasuki kamar ini," seru Serkan. Dia berbalik menatap tajam Alena.
"Kenapa? aku juga berhak Bhi,"
"Kau berhak, tapi kau melanggar privasi anak ku."
"Dia sudah meninggal," ucap Alena. Buat apa masih perduli pada orang yang sudah meninggal?
"Hentikan Alena!"
Meskipun Azzam meninggal, tapi bukan berarti hatinya juga meninggal, dia bahkan tidak berani menyentuh foto Azzam dan Hasna.
"Aku berhak karena aku ibunya." Alena tidak terima, suaminya itu tetap memanjakan Azzam, meskipun Azzam sudah melakukan kesalahan.
"Tapi Azzam menerima mu."
Alena mengepalkan kedua tangannya. Serkan mengungkit rasa sakit di hatinya, rasa benci pada Azzam.
"Kalau Azzam tidak menyukai ku dan sekarang masih sama, kau melarang ku padahal dia putra ku juga, putra mu juga putra ku Bhi, apa aku tidak pantas. Kalau aku tidak pantas kenapa kau tidak menceraikan aku saja."
Alena menangis, dia sakit hati dengan perkataan suaminya. Serkan yang tersadar pun merasa bersalah, sekalipun Azzam tidak menerima Alena, tapi wanita itu tetap lembut dan menyayangi Azzam.
"Aku tidak pantas untuk mu, kenapa kau tidak pulangkan saja aku, Bhi?"
Alena langsung pergi, dia membuka pintu kamar Azzam, lalu membantingnya. Dia menuju ke kamarnya, mengambil stop kontak dan keluar dengan deraian air mata.
Serkan memejamkan kedua matanya. Ia sadar apa yang di lakukannya pasti menyakiti Alena.
"****! aku melakukan apa? seharusnya aku tidak mengatakan itu dan membiarkannya saja," ucap Serkan.
Dia pun berlari menuju kamarnya, memanggil nama Alena, tapi sayang mobil milik Alena telah keluar dari pekarangannya.
"Alena!" Serkan khawatir pada istrinya yang keluar dalam keadaan marah. Dia pun menyusul istrinya, namun sayangnya, dia kehilangan jejak.
"Sial!! kemana Alena?" Serkan terus mencari mobil Alena. Namun percuma saja, jejak Alena tidak ia temukan.
"Huft, Argh!!! kenapa aku tidak bisa mengontrol emosi ku? perkataan ku pasti melukai hati Alena." Serkan merogoh ponselnya di sakunya. Dia kembali menggeram, ponselnya ketinggalan di dalam rumah.
"Sekarang aku harus kemana? aku tidak bisa menghubungi Alena."
Akhirnya Serkan hanya berputar-putar di jalan, dari jalan satu tembus ke jalan lainnya. Dia sama sekali tidak menemukan Alena, hingga terbesit di pikirannya ke rumah Hasna.
Dia menghentikan mobilnya tepat di depan pagar besi yang tampak usang itu. Menurunkan kaca mobilnya, memperhatikan bangunan di depannya. Sudah gelap, hanya ada lampu depan pintu dan sekeliling rumah itu yang masih menyala. Dia melihat sekeliling jalan, namun tidak ada orang.
Di lihat sudah aman, dia pun turun dari mobilnya Membuka pintu gerbang Hasna yang tidak di kunci, mungkin Hasna lupa menguncinya. Ia terus melangkah hingga tepat berada di depan pintu Hasna.
Serkan ingin mengetuk pintu itu, namun tangannya berhenti. Ia tidak pernah berpikir untuk kembali ke rumah Hasna lagi.
"Hah! sudahlah." Setidaknya, ia bisa menenangkan diri di rumah Hasna.
Tok
Tok
Tok
Serkan tidak mendengar apa pun, bahkan suara langkah kaki dari dalam pun tidak ada.
Tok
Tok
Tok
"Hasna!" panggil Serkan. Dia terus memanggil Hasna beberapa kali sambil mengetuknya.
"Itu," Hasna menyadarkan dirinya dari alam bawahnya. Ia terus mendengar suara yang sangat familiar.
"Om Se,"
Hasna langsung bergegas, dia buru-buru membuka pintunya, lalu membukanya.
Sedangkan pria di depannya tertegun, bahkan semilir angin itu mampu menguasainya. Jantungnya berdetak lebih cepat, seakan ingin melompat dari tubuhnya. Kedua matanya seakan terhipnotis melihat wanita di hadapannya.
Angin yang menyapa itu membuat untain rambut hitam itu terbawa, seakan angin malam itu pun terpesona. Bahkan sang bulan pun tampak tersenyum melihat wajahnya.
"Om Se," sapa Hasna. Dia belum menyadari kalau dirinya tidak menggunakan hijab hanya menggunakan baju tidur dengan karakter doraemon dan berwarna kuning.
"Cantik," gumam Serkan.
makanya Azzam memilih calon istrinya utk mendampingi ayahnya