Kanazya Laurels, wanita yang hidup sendiri dari kecil. Ayahnya meninggal setelah ditinggal ibunya pergi.
Dia bertemu dengan seorang pria penjual bunga yang sangat tampan hingga membuatnya terpesona. Tetapi lelaki itu ternyata tunanetra.
Tak disangka, Kana setuju menikah dengan Krishan lantaran ia terhimpit dan butuh tempat tinggal. Tetapi pesona Krishan yang luar biasa itu, membuatnya jatuh cinta.
Masalah terus berdatangan saat Kana menyadari bahwa lelaki buta yang ia nikahi bukanlah orang sembarangan.
Siapa sebenarnya Krishan? Bagaimana cara dirinya melindungi istrinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon alfajry, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Feelings
Bastian menarik kursi dan mempersilakan Kana duduk. Dia bersikap manis di depan Kana yang saat ini menatap kesekelilingnya dengan sumringah.
"Cantik sekali ya, Bas. Aku baru pertama kemari".
"Ini memang baru buka dan hanya buka setahun sekali." Jawab Bastian lalu membuka menu.
"Oh ya? Aku baru tahu. Acara apa memangnya? Kenapa setahun sekali kalau ramai begini?" Tanya Kana penasaran.
"Hanya di musim semi saja."
"Wah, pantas saja."
"Mau pesan apa?" Tanya Bastian sembari membaca menu.
"Hm.. aku mengikutimu saja." Jawab Kana yang tak begitu menyukai makanan disitu.
Mata Kana lalu tertuju pada satu meja di atas yang cantik dan pastinya memperlihatkan pemandangan yang lebih bagus.
"Bas, kenapa kita tidak pilih meja di atas sana saja? Pasti lebih cantik lagi." Tunjuk Kana dengan mata yang lebar, menatap suasana di atas dengan meja kaca yang dihiasi banyak bunga dan terlihat sangat indah.
"Tempat itu lebih mahal dan sudah di pesan orang lain. Mungkin untuk melamar kekasihnya, kulihat dari tadi tempat itu benar-benar di tata dan orang lain juga di larang masuk."
"Ah.. sayang sekali.." jawabnya sedikit kesal, meja itu berdiri sendiri di balkon yang lebar, menjauh dari banyak orang karena berada di ruangan kaca dengan taman dan lilin yang ternyata dibuat sesuai permintaan si pemesan.
Setelah banyak mengobrol dan selesai makan, tempat itu masih kosong dan tidak ada yang masuk ke dalam.
"Bas, kenapa tempat itu belum di tempati juga?"
"Mungkin dibatalkan?" Ucapnya sambil mengelap mulutnya dengan tisu. "Kau sudah selesai? Apa mau jalan-jalan ke tempat lain?"
"Ah tidak, aku harus pulang. Ini sudah larut." Jawab Kana yang tiba-tiba teringat Krishan yang mengajaknya makan malam. Dia mulai merasa bersalah karena seenaknya membatalkan janji. Padahal wajah Krishan sangat semangat pagi tadi.
"Benar tidak mau jalan-jalan dulu?" Bastian terasa enggan berpisah dengan Kana.
"Iya, lain kali saja, ya."
Bastian mengantar Kana sampai depan rumahnya.
"Terima kasih banyak, Bas. Aku benar-benar menyukai makan malamnya." Ucap Kana lalu membuka seatbelt-nya.
"Akulah yang berterima kasih sebab kau mau makan bersamaku. Kuharap kau masih mau kalau aku mengajakmu." Bastian tersenyum lebar menatap Kana yang sejak tadi tertunduk malu.
"Aku sangat senang jika kau masih mau mengajakku. Baiklah, aku turun. Hati-hati dijalan." Kana menutup pintu mobil, tidak langsung masuk ke rumah sampai mobil bastian benar-benar pergi dari hadapannya.
Kana masuk ke dalam rumah, tetapi sudah tidak ada tanda-tanda aktifitas di dalamnya. Mungkin Krishan dan Marry sudah tidur. Kana melirik jam di tangannya.
"Baru pukul 10, apa sudah tidur semua?" Gumamnya, lalu berjalan menuju kamarnya.
Dia berhenti sebentar, melihat pintu kamar Krishan.
"Sudah tidur belum, ya?" Kana berjalan, menempelkan telinganya di pintu Krishan, mendengarkan siapa tahu Krishan belum tidur. Tetapi tidak ada suara apapun. Hening.
Dia ingin mengetuk pintunya, meminta maaf langsung pada Krishan dan mengganti hari mereka untuk makan malam. Tetapi dia mengurungkan niatnya, takut mengganggu tidur Krishan. Akhirnya Kana masuk ke kamarnya, dia berniat untuk meminta maaf besok pagi-pagi sebelum Krishan pergi ke tokonya.
~
"Selamat pagi, Bi." Kana menyapa Marry yang tengah memasak air di dapur.
"Selamat pagi, Nyonya. Sarapannya sudah saya siapkan di atas meja makan."
"Meja makan? Bukannya biasa di taman." Kana melirik taman, tidak ada Krishan disana.
"Kemana Krishan?"
"Tuan sudah pergi, Nyonya."
"Pergi? Cepat sekali. Ini masih pagi buta."
"Saya juga tidak tahu, Tuan pergi saja tanpa sarapan." Jawab Mary tanpa melihat ke arah Kana yang duduk di meja makan.
"Dia tidak sarapan? Tumben.." ucapnya sambil menyeruput kopi.
"Baru kali ini tuan seperti itu. Biasanya dia selalu sarapan dan meminum kopinya."
Kana menoleh pada Mary. "Bi, apa dia sakit lagi?"
"Tidak, Nyonya. Tuan sangat sehat. Mungkin suasana hatinya sedang buruk."
Mendengar itu, Kana sedikit tergerak. Apa mungkin karena dia membatalkan janji seenaknya.
"Bi, tolong susun dalam wadah, aku akan membawakan sarapan Krishan ke toko. Aku bersiap dulu." Ucapnya lalu menuju kamarnya untuk bersiap. Dia akan menemani Krishan karena hari ini adalah hari liburnya.
~
Kana berhenti di depan toko Krishan. Dia melihat seorang perempuan tengah membelakanginya hingga ia tidak bisa melihat wajahnya. Perempuan itu mencondongkan tubuhnya di depan Krishan yang jika terlihat dari sudut Kana berdiri, perempuan itu terlihat seperti tengah mencium Krishan.
Kana tak ingin mengganggu, dia hanya diam menunggu sampai perempuan itu selesai dan keluar. Tapi nampaknya, perempuan itu tidak juga keluar dan malah mengobrol santai dengan Krishan. Mau tak mau, dia masuk sebab diluar mulai gerimis.
TRING..
Suara lonceng pintu berbunyi saat Kana masuk ke dalam.
"Selamat datang, ada yang bisa dibantu?" Perempuan itu menyapa dan langsung bertanya seperti seorang penjaga toko. Apa Krishan mempekerjakannya?
Kana melihat krishan, biasanya lelaki itu tahu kehadirannya tetapi kali ini lelaki itu diam sambil tersenyum seolah menyapa pembeli.
"Apa sebaiknya kau pergi saja sekarang?"
Kana tersentak, kata-kata itu keluar dari mulut Krishan. Apa Krishan mengusirnya? Dia tergagu. "A-aku..."
"Ah, benar. Baiklah aku pergi saja sekarang. Terima kasih, Krish. Aku akan mampir lagi nanti." Ucap wanita itu, dia tersenyum pada Kana lalu mengambil satu pot mawar merah dan keluar dari toko.
Kana masih terdiam ditempatnya. Ternyata kalimat Krishan bukan untuknya melainkan perempuan tadi. Tapi, siapa itu?
"Jia, kau masih disana?"
Kana tersadar dari lamunannya. "Aku membawakanmu makanan. Kata Bibi kau tak sempat sarapan."
"Ada pesanan pagi-pagi sekali, makanya aku meninggalkan sarapan."
"Seharusnya kau minta Bibi untuk membungkusnya supaya kau bisa makan disini." Kana membuka wadah dan meletakkannya di atas meja depan Krishan.
Krishan tersenyum, "kau tidak bekerja?"
"Tidak, aku libur hari ini. Jadi aku akan disini membantumu." Jawabnya sambil mengikat rambutnya ke atas. "Cuaca sedang mendung, aku rasa akan hujan deras. Aku akan mengeluarkan beberapa tanaman supaya terkena hujan pagi." Ucapnya lalu beranjak.
"Jia, mana makanannya?" Tanya Krishan.
"Ada di depanmu."
Krishan meraba mejanya hingga membuat wadah makanan itu bergeser dan terjatuh dari atas meja.
Kana dengan cepat menangkapnya, "hampir saja makannnya tumpah"
"Maafkan aku." Ucap Krishan merasa bersalah.
Kana menarik kursi dan duduk si sebelah Krishan.
"Buka mulut. Aaaa.." Kana menyuapkan sandwich ke mulut Krishan, dengan cepat Krishan membuka mulut dan mengunyah makanan dengan hati yang senang karena Kana menyuapinya.
"Siapa perempuan tadi, Krish?"
Krishan menahan senyum. Dia memang menanti pertanyaan itu dari Kana.
"Dia Alissa."
"Apa kekasihmu?"
Krishan diam sejenak. Sempat terpikir untuk mengatakan Iya, untuk melihat apakah Kana akan cemburu?
"Apakah wajar seorang yang memiliki istri mempunyai kekasih lain?"
Kana menggigit bibir, mengingat dirinya yang pergi berdua bersama Bastian. Laki-laki itu menyukainya, dia tahu itu. Dia juga belum jujur soal dirinya yang mempunyai suami.
"Sebenarnya, tidak masalah jika kau menyukai orang lain."
Kalimat Kana membuat Krishan mengerutkan alisnya. "Apa kau juga menyukai pria lain?"
"Tidak, bukan begitu. Aku hanya.."
"Dia salah satu Pelanggan tetap disini. Dia menyukai bunga-bunga, katanya dia mengoleksi berbagai jenis bunga yang bahkan dari luar negeri. dan dia kemari untuk mengambil pesanannya, itu saja." Krishan memotong ucapan Kana, dia tidak mau mendengar alasan Kana apalagi mendengar kalau Kana jatuh cinta pada pria yang tadi malam mengajaknya ke tempat yang sama, dengan yang Krishan sudah pesankan.
"Oh,, begitu.." Kana menyuapkan lagi makanan ke mulut Krishan.
Mendengar jawaban Kana, Krishan tidak merasa wanita itu cemburu. Tidak terdengar seperti itu. Nadanya terdengar amat biasa. Hatinya lalu bertanya-tanya, apa benar Kana menyukai laki-laki lain?
"Aku minta maaf karena tadi malam membatalkan janji. Aku akan menggantinya kapanpun saat dirimu bisa."
"Aku selalu bisa kapanpun kau mau." Jawab Krishan. Dia mulai merasa perempuan di depannya memang belum menaruh hati padanya. Padahal kemarin Kana menciumnya, merawatnya, dan berterima kasih karena sudah menikahinya. Tetapi itu sepertinya hanya perlakuan yang dianggap biasa.
Kana menyuapkan potongan terakhir ke mulut Krishan, lalu membersihkan remahan yang ada di bibir suaminya hingga membuat Krishan terenyuh lagi.
Hujan turun lebat, Kana beranjak dari tempatnya. "Aku akan menggeser pot bunga." ucapnya lalu keluar.
Setelah mendengar lonceng pintu, Krishan mengambil ponselnya, menekan satu tombol lalu meletakkannya di telinga.
"Buka lowongan pekerjaan di perusahaan, aku akan membuat istriku mendaftar dan kau harus menerimanya." Tukasnya lalu menyimpan ponselnya. Krishan akan membuat Kana pindah pekerjaan, supaya dia berhenti menemui pria itu.
TBC
(Visual Bastian)
nah loohh .. bini' mu sdh angkat bicara