Romance modern.
Kisah cinta Anne Halinger dengan Robert Anderson yang bertemu lewat perjodohan.
Anne yang berasal dari keluarga yang tidak menyayanginya. Dia dijodohkan dengan Robert yang hampir bangkrut dan tidak punya penghasilan tetap.
Namun, tiada yang tahu jadi diri Robert yang sebenarnya adalah pewaris dan CEO Black Diamond Group. Bagaimana kisah cinta dua insan ini? Akankah Anne dan Robert berbahagia?
Ikuti terus kisah mereka ya.
IG @cindy.winarto
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cindy Winarto, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 12
Pesta Ulang Tahun Gerry Bush di Hotel Parker Jakarta.
Mobil Rolls Royce membelah jalanan ibukota malam ini. Dalam waktu kurang dari setengah jam, Anne dan Robert sudah tiba di lokasi perhelatan acara ulang tahun Gerry Bush.
Robert dengen amat gentle-nya membuka pintu dan mempersilakan Anne turun. Lalu, Robert menggandeng Anne menuju ballroom pesta. Anne tampak terkejut dengan sikap cool Robert, tapi Anne berusaha menyembunyikannya dengan tersenyum mesra kepada Robert.
Di pesta itu tampak beberapa tamu sudah hadir. Tuan Ridhan, Nyonya Sandra dan Spencer juga sudah hadir. Mereka bertiga menatap Spencer dan Anne dengan tidak percaya karena pakaian mereka amat mewah dan keren.
Spencer berjalan mendekati Robert dan berkata, “Halo, adik iparku. Keren juga bajumu malam ini. Semoga kamu bisa membaur dengan baik dan tidak membuat kami malu yah. Anne, tolong jaga suamimu supaya tidak berkeliling ruangan ini, dan jangan makan sampai belepotan yah.”
Robert sudah terbiasa diam dan tidak mau meladeni ocehan keluarga istrinya ini. Dia tidak mau mencari ribut dengan orang-orang yang tidak berguna ini. Mereka seperti netizen di media social yang hobi mengomentari orang lain secara negatif.
Tuan Ridhan memang jarang bicara panjang lebar dengan Robert. Toh, menantunya ini bukan siapa-siapa ‘kan? Bukan seorang taipan bisnis, jadi untuk apa dia harus menempel-nempel pada menantunya? Malah dia takut Robert-lah yang akan panjat sosial bila berada dekat dengannya. Ketakutan yang tidak masuk akal karena Robert saja jarang mengobrol dengan keluarga Halinger, kecuali dengan Kakek Thomas.
Nyonya Sandra lebih sering mencibir dan meremehkan menantunya, bahkan dia tak mau membahas mengenai Anne dan Robert bila dia sedang arisan dengan teman-teman sosialitanya. Agak aneh dan miris sebenarnya, seorang ibu bukankah harusnya memberi support pada putrinya, bukan? Anak perempuan bila ada apa-apa akan pulang cari ibunya. Namun, tidak demikian dengan Nyonya Sandra, dia seakan sudah menjual Anne kepada Robert.
“Spencer, sudahlah ayo kita pergi dan menyapa keluarga Gerry Bush saja,” ujar Nyonya Sandra sambil menarik tangan Spencer.
Seperti biasa, Anne diam saja dan menahan sedih di dalam hatinya. Dia sudah terbiasa dianggap tidak ada oleh keluarga intinya. Kalau dulu, dia amat sakit dan suka menangis sendirian. Namun, sekarang dia sudah menikah, ada Robert yang selalu menyemangatinya dan merawatnya.
Anne hanya bisa berdoa setiap hari, agar Tuhan membuka selubung yang menutupi mata hati keluarganya, dan suatu saat mereka akan sadar topeng mereka masing-masing. Semoga saat itu tiba nanti, waktunya tidak terlambat, dan bukan di saat detik hampir menuju kematian mereka baru sadar akan kesalahannya selama ini pada Anne.
Berikutnya, ada seorang pria tampan dengan tuxedo old navy berjalan menuju pasangan Anne dan Robert. Orang itu tampak kesal saat si cantik Anne digandeng oleh Robert, yang dicap sebagai menantu tak dianggap di keluarga Halinger karena Robert yang tidak punya pekerjaan tetap.
Sebetulnya Robert yang melarang Anne memberitahukan kepada orang-orang bahwa dia punya pekerjaan di bidang forex. Lebih baik orang-orang tahu Robert sebagai bapak rumah tangga saja, lagi pula Robert masih ingin menyelidiki isi hati Anne dan mengenalnya lebih dalam sebelum memutuskan memberitahukan jati dirinya sebagai orang kaya.
“Hai, Anne. Apa kabarmu?” tanya Robert sambil mencium punggung tangan Anne yang tidak digandeng suaminya. Anne yang risih, langsung menarik tangannya dengan sopan.
“Hai Gerry, kabar kami baik. Selamat ulang tahun ya, terima kasih atas undangannya,” jawab Anne sambil menggandeng tangan suaminya.
Dari dulu Anne tidak suka sikap Gerry yang suka menyosornya. Anne selalu saja menolak barang-barang pemberiannya, tidak seperti gadis-gadis lain yang malah meminta-minta dibelikan ini itu pada Gerry. Sikap Anne yang tidak materialistis menyebabkan Gerry menyukainya.
Gerry dulu pernah melamar Anne untuk jadi istrinya, tapi Anne menolaknya dengan alasan mau kerja dulu, dan belum berpikir menikah. Gerry masih saja mengejarnya, tapi Anne pandai kabur darinya. Hingga Anne akhirnya menikah dengan Robert, barulah Gerry agak-agak mengendalikan dirinya. Namun, tetap saja Robert ini masih suka berharap suatu saat Robert akan menghilang dari hidup Anne. Caranya adalah dengan mem-bully Robert dan menjelek-jelekkannya di hadapan siapa saja.
Robert memandang Gerry dengan tajam dan dingin. Sudah saatnya dia harus menunjukkan taringnya kepada Gerry.
“Hai Gerry, selamat ulang tahun ya, semoga di umurmu yang sudah bertambah tua ini kamu segera menemukan jodohmu dan tidak lagi mengejar-ngejar istri orang,” sindir Robert dengan lugas.
Gerry membalas ucapan Robert sambil menarik kerah tuxedo Robert, “Hei, jangan berani-berani mengejekku ya. Tempat yang pantas untukmu adalah di kakiku tahu! Dasar menantu tidak berguna, hanya menumpang hidup saja. Cih.”
Anne menggenggam tangan Robert erat, lalu menoleh pada Robert dan menggeleng pelan, seakan hendak menahan Robert untuk tidak terpancing. Robert tersenyum pada Anne dan mengangguk tanda mengerti terhadap kode dari Anne.
Kerumunan tamu mulai mendekat dan berkomentar.
“Wah, mau apa si Robert di sini? Dia ‘kan tidak punya uang, kenapa dia dan istrinya bisa diundang ke sini dan pakaian mereka mewah begitu. Pasti mereka sewa baju di salon deh.”
“Anne cantik sekali, tapi sayang orang tuanya tidak menjaganya dengan baik, mereka malah menikahkannya dengan pria bangkrut seperti Robert.”
“Tuan Gerry masih sangat menyukai Anne, lihat dia masih berharap Anne bercerai dari Robert.”
Ekspresi wajah Robert tetap dingin dan datar, lalu dia maju dan berbisik pelan di telinga Gerry. Sepersekian detik kemudian, air muka Gerry tampak berubah pucat dan panik. Keringat dingin mulai bercucuran di dahinya. Gerry segera melepaskan tangannya dari kerah tuxedo Robert.
“Kami pulang dulu, Gerry. Ingat yang tadi aku bilang!” Robert menatap mata Gerry seperti seorang pembunuh berdarah dingin. Gerry yang masih shock, tak mampu berkata apa-apa.
Robert menarik tangan Anne, dan bergerak keluar dari ballroom. Lalu, segera memanggil sopir untuk mengantar mereka pulang. Lebih baik segera pulang daripada makan makanan enak, tapi disuguhkan dengan penuh kebencian oleh Gerry.
Para tamu menyaksikan semua itu dan bingung. Mengapa tiba-tiba saja taring Gerry seolah hilang begitu saja? Mereka penasaran dan melihat Robert menaiki Rolls Royce-nya.
“Entah kenapa, si Robert tampak berbeda ya malam ini, dia terlihat seperti seorang dewa saja,” ujar salah satu tamu.
“Tuan Gerry kenapa jadi amat pendiam ya?”
Lalu, Nyonya Spencer mendekati Gerry dan bertanya dengan nada cemas, “Tuan Gerry, apa kamu baik-baik saja? Apa tadi Robert mengancammu?”
“Ti-tidak apa-apa Nyonya, saya permisi dulu,” ucap Gerry tergesa-gesa. Dia segera pergi saja, dan lebih baik dia cepat berpidato saja, daripada kerumunan ini terus menanyainya ini dan itu tentang kejadian tadi. Harga dirinya sudah hancur karena Robert tadi yang berhasil membungkamnya.
Pesta segera dimulai dan makanan disajikan. Namun, Gerry sudah tidak berselera makan. Wajahnya terus saja melamun dan kakinya lemas.
***
Mari dukung terus karyaku ya teman-teman. Please click like, favorit and share to your friends. Thanks
IG @cindy.winarto