jadi, kapan nikah?
adalah pertanyaan yang sangat dihindari bahkan sangat dibenci oleh wanita-wanita mandiri pekerja keras diseluruh dunia. begitu juga yang dialami oleh gadis cantik dan ramah ini, namanya Renaya Dwika Marcella, biasa disapa Ayya. gadis desa yang hidup ditengah keluarga yang jauh dari kata sederhana itu terus digesak oleh orang terdekatnya bahkan ibu-ibu tetangga yang sering melontarkan kata-kata yang kurang mengenakkan.
Reydiandra Ilham Baskara, pria tampan berusia 29 tahun adalah presdir di sebuah perusahaan ternama No.1 di ibu kota. mempunyai wajah yang tampan, banyak digilai oleh setiap wanita, namun siapa sangka pria itu belum juga memiliki kekasih saat ini sehingga membuat sang ibu terus menerus menjodohkannya dengan anak-anak sahabatnya.
Sama-sama dibuntuti dengan pertanyaan "kapan nikah", akankah Ayya dan Rey akhirnya menyerah dengan pilihan orang tua mereka? atau malah mereka bertemu dan berjodoh?
yuk simak ceritanya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rena Dwi Putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 14. Ikhlas atau terpaksa?
Bagai tersambar petir di malam itu, Ayya membulatkan kedua bola matanya mendengar wanita yang sangat ia sayangi menahan isak tangis di seberang telepon, bagaimana tidak, Ayya yang sedang gundah dengan pemikirannya yang sedang kusut itu ditambah dengan ibunya yang menangis mengatakan bahwa bu Mery tempat mereka meminjam uang datang ke rumah dan menagih utang mereka dengan paksa dengan ancaman bahwa mereka akan membawa bu Ina ke kantor polisi kalau belum bisa membayar utang mereka secepatnya dan itu sontak membuat Ayya berpikir keras, bagaimana ia akan mendapatkan uang sebanyak itu sedangkan Ayya belum genap satu bulan bekerja jadi belum bisa menerima gaji. Sedangkan bu Mery malah berubah pikiran dan meminta bu Ina melunaskan utang mereka secepatnya.
🌼🌼🌼
[Flashback)
"Bu Ina....cepat keluar" ucap Mery berteriak dari luar rumah bu Ina dengan dua orang pria bertubuh gempal menyeramkan berdiri di belakangnya.
"Bu Mery, ada apa ya bu?" Tanya bu Ina merasa takut setelah membuka pintu rumahnya.
"Hah...Ada apa kamu bilang? Cepat bayar utangmu" ucap Mery menyodorkan telapak tangannya.
"B-bukannya kemaren ibu sudah kasih saya waktu dua bulan lagi ya bu?" Tanya bu Ina gemetar.
"Saya berubah pikiran, saya mau uangnya sekarang" tambah Mery menaikkan nada bicaranya. "Kalau kamu tidak mau bayar sekarang, siap-siap menerkam di penjara" tambahnya lagi.
"Saya mohon bu, kasih saya waktu lagi, saya belum punya uang bu Mery" ucap bu Ina memohon.
"Ok saya akan kasih kamu waktu satu minggu lagi lengkap dengn bunganya satu kali lipat jadi tiga puluh juta" kata Mery dengan angkuh.
"Apa...kenapa jadi sebanyak itu bu Mery, utang saya kan hanya lima belas juta" ucap bu Ina
"Pokoknya saya tidak mau tau, kamu bayar sekarang juga atau bayar tiga puluh juta saya kasih waktu satu minggu lagi" ancam Mery
"Dari mana saya dapat uang sebanyak itu bu Mery" tangis bu Ina pecah.
"Terserah kamu, bukan urusan saya, yang penting minggu depan sudah ada uang saya tiga puluh juta!" ucap Mery langsung melangkah pergi dari kediaman bu Ina.
[Flashback off]
🌼🌼🌼
"Apaa?? Tiga puluh juta?? Kok jadi banyak begitu bu? Bukannya utang kita hanya lima belas juta?" Tanya Ayya membulatkan kedua bola matanya.
Ibu Ina tidak bisa lagi menahan air matanya, ia tidak tau harus harus bagaimana lagi, ia hanya menangis tidak bisa berkata-kata.
"Sekarang ibu tenang dulu ya, Ayya bakal usahain uangnya secepat mungkin, pokoknya ibu jangan terlalu banyak pikiran, Ayya nggak mau ibu sakit" kata Ayya mencoba menenangkan ibunya.
"Iya nak, maafkan ibu sudah menyusahkan kamu, ibu belum bisa jadi ibu yang baik buat kalian hiks..hiks" ucap bu Ina sendu.
"Nggak, ibu ini ngomong apa si, pokoknya ibu tenang dulu besok Ayya bakal ajuin pinjaman di kantor semoga aja bisa" ucap Ayya. "sekarang ibu pergi tidur ya, jangan banyak pikiran" tambahnya lagi
"Iya nak, ibu doain semoga segala urusan kamu di mudahkan oleh Allah SWT" ucap bu Ina.
"Aamiin....yau sudah ibu istirahat ya, Ayya tutup telepon nya, Assalamualaikum" ucap Ayya lembut.
"Iya nak kamu juga, jangan terlalu capek, waalaikumsalam" imbuh bu Ina.
Cellina yang diam menatap penasaran dengan sahabatnya itu pun mulai bertanya, karena yang dia lihat sahabatnya itu sedang tidak baik-baik saja dan membutuhkan bantuan.
"Ada apa?" Tanya Cellin meraih tangan Ayya, menatap sendu sahabatnya itu.
"Huuff...bu Mery datangi ibu lagi" Ayya membuang nafas lesu
"Loh bukannya dua bulan lagi ya? Tanya Cellin
"Seharusnya iya, tapi bu Mery kasih ancaman mau bawa ibu ke kantor polisi" ucap Ayya
"Terus gimana? Kamu mau bayar secepatnya? Berapa totalnya?" Tanya Cellin.
"Tiga puluh juta..." jawab Ayya
"What??? Sebanyak itu?" Cellin terkejut
"Iya, makanya aku bingung mau dapat uang sebanyak itu dari mana" Ayya menunduk sendu.
"Ya Allah...aku lagi nggak pegang uang sebanyak itu, aku telepon mama dulu ya" Cellin hendak menghubungin mama nya namun ditahan oleh Ayya.
"Nggak, nggak usah Lin, kamu dan keluargamu sudah banyak nolongin aku dari dulu" ucap Ayya.
"Ya ampun Ayya, kita ini udah kenal dari lama loh, kayak sama siapa aja deh".
"Aku nggak mau ngerepotin kalian terus, besok aku bakal coba ngajuin pinjaman dikantor, mana tau bisa" ucap Ayya.
"T-ttapi kan-"
"Udah...kamu gak usah khawatir, yuk istirahat" ucap Ayya dan langsung di angguki oleh Cellin.
💓💓💓
Pagi harinya di gedung mewah menjulang tinggi itu, Ayya keluar dari sebuah ruangan dengan wajah lesu, bejalan sempoyongan seperti orang yang tidak mempunyai semangat hidup. Bukan tanpa alasan Ayya seperti itu, salah satu alasannya adalah Ayya belum bisa mendapatkan pinjaman di kantor itu karena Ayya baru satu minggu bergabung dengan Baskara Group dan belum genap satu tahun masa kontrak, jadi perusahaan tidak bisa memberi pinjaman kepada Ayya.
"Ya Allah...aku harus dapat pinjaman dari mana lagi?" Batin Ayya
Saat hendak memasuki lift menuju ke ruangannya, tidak sengaja matanya bertatapan dengan sepasang mata yang keluar dari lift khusus bersama seorang yang berjalan dibelakangnya dengan sebuah Tab di tangannya, sontak membuat pandangan mereka bertemu cukup lama hingga orang itu tersadar dan langsung pergi dari dihadapan Ayya.
Ayya juga langsung tersadar segera menunduk hormat kepada dua orang yang berlalu di hadapannya itu. Saat tiba diruangannya, Ayya dihampiri oleh seseorang yang ternyata adalah asisten Dika
"Renayya, kamu diminta keruangan presdir sekarang juga" ucap asisten Dika
"Keruangan presdir? Ada apa ya pak?" Tanya Ayya
"Saya kurang tau, ini perintah langsung dari presdir, cepat presdir tidak suka menunggu" ucapnya lagi
"B-baik pak" ucap Ayya langsung berdiri dan ternyata ada sepasang mata yang meliriknya dengan tatapan tajam, ya dialah Dela kepala divisi mereka yang selalu iri dengan Ayya kerena sering di panggil keruangan presdir.
"Awas aja ya Ayya kalau sampai kamu berani menggoda pak Rey, siap-siap aja, kamu belum tau berurusan sama siapa" batin Dela menatap punggung Ayya keluar ruangan itu.
💓💓💓
Saat sampai di depan pintu ruangan presdir, seperti biasa Ayya tidak berani mengetuk pintu ruangan itu.
"Dia mau apa ya? Apa jangan-jangan dia mau bahas tentang pernikahan kayak kemaren lagi, huuff...bismillah"
Tok tok tokk Ayya memberanikan diri mengetuk pintu.
"Masuk" suara datar terdengar dibalik ruangan itu.
"Permisi pak, apa bapak memanggil saya" ucap Ayya
"Hmm" jawab Rey datar tanpa mengalihkan pandangannya dari sebuah file ditangannya.
"Selalu aja dingin" batin Ayya masih berdiri mematung di depan meja presdir dingin itu.
"Kenapa terus berdiri di situ? Duduklah" ucap pria tampan itu akhirnya melirik ke arah Ayya.
"Eeh....i-iya pak" jawab Ayya langsung duduk di depan pria itu. Sempat saling berdiam diri sejenak, melihat Rey belum juga membuka suara, Ayya memberanikan diri bertanya.
"Ekhm...kalau boleh tau, ada apa ya bapak memanggil saya kemari?" Tanya Ayya lembut.
"Saya mau jawaban kamu sekarang" jawab Rey melirik Ayya dengan lembut.
"J-jawaban a-apa?" Tanya Ayya pura-pura tidak tahu.
"Menikahlah dengan saya, seperti janji saya kemarin, saya akan menuruti semua keinginanmu" ucapnya
"Ya Allah....apakah ini jalan satu-satunya agar aku bisa membantu ibu? Tapi kan kami tidak saling mencintai" Batin Ayya
"Bagaimana?" Tanya nya lagi
"Huufff bismillah....saya mau" ucap Ayya memejamkan matanya sontak membuat Rey tersenyum tipis merasa gemas melihat Ayya.
"Mau apa?" Tanya Rey pura-pura tidak mengerti dan berusaha menyembunyikan senyumnya.
"M-mau j-jadi istri bapak" ucap Ayya lagi
"Baiklah....saya harap kamu tidak berubah pikiran, besok saya ajak kamu menemui orang tua saya" ucap Rey datar, padahal dalam hatinya dia sangat senang.
"Hah? Secepat itu pak?" Ayya kaget
"Iya, memangnya kamu maunya kapan? Tahun depan?" Tanya Rey
"Y-yaudah deh, terserah bapak aja" jawab Ayya menunduk malas
"Kamu terpaksa?" Tanya Rey
"B-bukan....saya ikhlas kok pak" ucap Ayya
"Ikhlas apa terpaksa? Kalau kamu terpaksa tidak usah kalau begitu" gumam Rey
"i-ikhlas kok" jawab Ayya tertunduk.
~BERSAMBUNG~
tetap menyala niii🔥🔥