Cahaya Hati Bintang

...Please kalau gak suka jangan kasih ⭐ 1 dan komen buruk...

...Please kalau gak suka skip aja please...

...🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀...

Setelah kepergian Zayyan, Bintang kembali duduk termenung. Ia mencoba menelpon nomor Laras, namun nomor gadis itu tidak pernah aktif lagi sejak terakhir mereka bersama. Bintang benar-benar galau. Ia juga sudah mencari Laras ke kos gadis itu namun Laras tak pernah mau menemuinya. Tiba-tiba ada seseorang yang duduk disampingnya.

"Mas lagi apa ?" tanya suara lembut seorang wanita. Bintang pun menoleh dan kaget saat melihat Tiara tengah menatapnya dengan senyum manis. Bintang segera berdiri dan meninggalkan Tiara tanpa menjawab ucapan gadis itu. Hati Tiara sangat perih, ia sudah sangat lama menyukai Bintang bahkan sejak awal ia masuk kuliah.

Saat itu Tiara baru saja menghadiri acara ospek dikampus dan pulang saat hari sudah mulai gelap. Saat berada dijalan yang sepi dan minim penerangan, tiba-tiba saja ban mobilnya kempes. Tiara sudah menelpon sang mama dan bantuan akan datang sekitar setengah jam lagi. Waktu itu terlalu lama baginya apalagi ia hanya sendirian, ketakutan mulai menguasainya.

Tak lama terdengar kaca mobil diketuk-ketuk dan ia melihat ada beberapa pria yang berusaha memecahkan kaca mobil. Tiara sudah menjerit-jerit ketakutan, wajahnya pucat bukan main. Namun sebelum para pria itu memecahkan kaca, terdengar suara seorang pria menghardik mereka. Perkelahian pun tak terelakkan, sang pria tadi menghajar semua pria yang berusaha mengganggu Tiara. Mereka berhasil dikalahkan dan memilih kabur. Tiara pun segera keluar dari dalam mobil saat mengenali sang penolong.

"Kak Bintang terima kasih banyak ya" ucap Tiara sambil menangis lega, sungguh pikiran buruk sudah menghantuinya.

"Kau mengenali ku ?" tanya Bintang kaget.

"Iya kak, aku anak baru jurusan Manajemen Bisnis. Aku lihat kakak di auditorium waktu acara orientasi kampus kemaren" terang Tiara yang membuat Bintang paham.

"Ooo...ngapain kamu disini ? Daerah ini berbahaya, banyak preman" ucap Bintang.

"Ban mobil saya bocor kak" Bintang segera memperhatikan ban mobil Tiara dan memang terlihat kempes.

"Ban serep nya ada ?" tanya Bintang yang melihat jenis mobil yang digunakan adalah M*ni Coop*r dan gadis itu menganggukkan kepalanya. Bintang kemudian dengan sigap mengganti ban yang kempes, terlihat pria itu sangat cekatan dan dalam waktu yang singkat semuanya sudah selesai.

Tiara sungguh terpesona, ia yang sejak awal telah menyukai Bintang karna wajah tampannya makin jatuh cinta karna pria itu sudah menyelamatkannya. Sejak saat itu ia memendam rasa pada Bintang. Namun ia tidak memiliki keberanian menyatakan nya karna Tiara malu, seumur hidup baru kali ini ia merasakan jatuh cinta dan tergila-gila.

Setiap hari ia akan memandang pria itu dari jauh dan berharap pria itu memiliki rasa yang sama, namun impiannya semakin terasa sulit diwujudkan saat ia mengetahui jika Bintang telah berpacaran dengan teman satu kelasnya Salsabila Aurora, gadis yang sangat cantik dan menjadi idola kaum adam dikampus. Hatinya hancur luar biasa. Ia berusaha melupakan Bintang namun yang terjadi rasa itu malah semakin kuat. Ia pun mulai mendekati Salsa dan akhirnya rencana nya berhasil saat Bintang dan Salsa putus. Namun sepertinya hati pria itu sangat sulit ia gapai. Tiara pun menangis pilu.

Gadis itu pulang dengan hati yang teramat sedih, Tiara pun merebahkan tubuhnya diatas kasur dan kembali menangis pilu. Sang mama Tsamara yang cemas segera menghampiri anak gadisnya.

"Ada apa nak ? Kenapa menangis ?"

"Bagaimana dengan perjodohanku dengan mas Bintang ma ?" tanya Tiara sambil terisak-isak.

"Tidak usah dipikirkan, semua sudah diatur papa"

"Maksud mama perjodohannya gagal ?" Tiara cemas bukan main.

"Tidak sayang, keluarga Bintang sudah menyetujui perjodohan kalian, papa sudah mengurusnya. Besok malam keluarga mereka akan datang ke mansion kita untuk menentukan tanggal pernikahan" terang Tsamara yang membuat wajah Tiara berbinar cerah.

"Terima kasih banyak ma" Tiara memeluk Tsamara dengan erat.

🌟🌟🌟

Bintang baru saja sampai di apartemennya saat malam telah membalut bumi. Ia pun kaget melihat sang papa tengah duduk menunggunya.

"Pa, kapan datang ?" tanya Bintang kaget.

"Kenapa tidak mengangkat telpon papa Bin ?" tanya Pram

"Maaf pa" jawab Bintang pelan membuat Pram menghela nafas berat.

"Papa sudah menyetujui perjodohanmu dengan Tiara" ucapan Pram mengagetkan Bintang.

"Pa, Bintang sudah menolak mengapa papa masih melanjutkan ?" Bintang protes.

"Apa kurangnya Tiara Bin ? Dia cantik dan terpelajar. Papa merasa tidak ada salahnya jika kalian menikah"

"Bintang tidak mencintainya pa"

"Cinta bisa datang karna terbiasa bersama. Keputusan sudah papa buat dan kau harus menurutinya. Besok sore jam 5 kau sudah harus ada dimansion karna malam nya kita akan ke mansion om Toni dan melamar Tiara untukmu" Pram bersikeras, ia pun berlalu meninggalkan Bintang yang terkejut bukan main.

"Brengs*k" maki Bintang penuh amarah dan meninju kuat sofa yang ia duduki. Kepala Bintang semakin sakit.

Bintang berusaha menarik nafasnya pelan berulang-ulang kali sampai ia merasa tenang. Sekarang bukan saatnya panik dan berlarut-larut dalam kekalutan. Bintang pun memberanikan diri mengambil sebuah keputusan besar dalam hidupnya. Ia harus melakukan ini dari pada menyesal dikemudian hari.

Bintang segera mengambil kunci mobil dan melaju menuju ke kos Laras dengan kecepatan tinggi. Ia ingin segera mengakhiri ketidakpastian diantara mereka. Sudah cukup bermain-main selama ini, sekarang saatnya Bintang harus mengambil tanggung jawab sebagai seorang pria. Ia sudah berulang kali memikirkan perkataan Hendra dan juga pertanyaan Zayyan yang menyadarkannya.

Ia mendapat kabar dari Zayyan tadi sore jika pria itu sudah melamar Lina dan akan menikahinya dalam waktu dekat. Bintang merasa menjadi seorang pengecut dan kalah gentle dari Zayyan. Pria itu tanpa ragu melamar Lina sedang kan ia bagai keledai dungu yang terjebak dengan pemikiran tak dewasanya.

Bintang segera berlari menuju kamar kos Laras dan mengetuk pintu dengan kencang. Sungguh ia rindu ingin melihat wajah sang pujaan. Dengan debaran menggila ia menunggu pintu terbuka, namun seketika ia kecewa karna yang muncul adalah Heny bukannya Laras.

"Siapa ya ?" tanya Heny yang tidak mengenal Bintang karna suasana yang agak gelap namun tak berapa lama ia pun menyadari siapa pria yang sedang berdiri didepannya.

"Eh..ada ketua BEM, ada apa kesini Bin ?" tanya Heny yang satu angkatan dengan Bintang.

"Maaf menganggu, Laras nya ada ?" tanya Bintang sopan, ia kaget gadis didepannya mengenali dirinya namun ia tidak tahu siapa Heny.

"Laras sudah pulang kampung tadi sore" Bintang kaget.

"Kenapa Laras pulang ? Bukankah besok ia ada mata kuliah ?" tanya Bintang cemas, ia sudah hapal semua jadwal kuliah gadis itu.

"Tadi dijemput sama paman nya, kata nya ada keperluan mendadak dikampung" terang Heny, Bintang pun permisi dan mengucapkan banyak terima kasih. Bintang mencoba kembali menghubungi nomor Laras namun lagi-lagi tidak aktif. Bintang pun menelpon sang kakak.

"Halo"

"Kak, Bintang malam ini berangkat ke desa Cisari"

"Ada apa Bin ?" cemas Reino

"Bintang akan melamar Laras kak, tolong rahasiakan dari semuanya. Bintang tidak bisa menerima perjodohan dengan keluarga om Toni" terang Bintang.

"Baiklah, hati-hati disana, jika butuh sesuatu segera hubungi kakak"

"Terimakasih kak"

Bintang pun melajukan mobilnya menuju desa Cisari. Ia segera menghubungi Hendra dan memintanya menemani ke daerah Bandung. Bintang tidak kuat membawa mobil dengan jarak yang lumayan jauh mencapai 5 jam menuju desa tersebut karena pikirannya sedang kalut dan penuh kekhawatiran.

"Ngapain kita ke Bandung Bin ?" tanya Hendra penasaran, ia segera menggantikan Bintang mengemudi mobil.

"Gue mau melamar seorang gadis"

Ciiiiitttt...

Hendra mengerem mobil mendadak membuat tubuh keduanya maju kedepan.

"Siapa nama gadis itu ?" tanya Hendra, ia kaget luar biasa.

"Laras"

"Anak mana ?"

Jurusan HI angkatan baru"

Hendra pun mengerti sekarang, sahabatnya telah mengambil sebuah keputusan dan ia salut akan keberanian Bintang. Hendra pun tersenyum memandang Bintang.

"Loe tidur aja Bin, calon pengantin perlu istirahat total" ucap Hendra yang membuat Bintang tersenyum. Mereka kembali melaju menuju desa Cisari.

Sepanjang perjalanan, pikiran Bintang dipenuhi berbagai praduga. Entah mengapa ia teringat kata-kata Laras tentang juragan Karto yang ingin menikahinya. Hati Bintang resah bukan main, ia takut juragan Karto mendahuluinya. Tanpa terasa air matanya mengalir membasahi pipi, sungguh ia mengutuki kebodohannya. Bintang akan menyesal seumur hidup jika Laras dinikahi pria lain. Seandainya ia tidak ragu dan segera melamar Laras saat itu, mungkin sekarang gadis itu sedang berada dalam pelukannya.

"Ara, tunggu mas sayang. Mas mohon"

...****************...