Awalnya aku adalah seorang istri yang diperlakukan bagai Ratu. Hingga suatu saat, gelar Ratu itu lengser dariku. Suamiku datang lalu mengenalkan Ratu barunya. Kesedihan tak berhenti sampai disitu, aku terus disalahkan atas kesalahan ratu barunya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dewi wahyuningsih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 12
Elia perlahan membuka mata saat matahari menerpa kulit wajahnya. Dia sempat terkejut melihat laki-laki asing yang tertidur menghadapnya.
Ah iya, aku sudah menikah lagi ya?
Kembali ditatapnya wajah pria blasteran yang kini telah mengganti posisi Hendrick. Entahlah, bagaimana dia akan menghadapi pria yang kini sedang menutup mata itu. Mungkin harus menjadi istri yang baik dan penurut? atau perlu menjadi istri yang terlihat anggun setiap saat? apa dia boleh menjadi dirinya sendiri?. Elia menghela nafasnya pelan. Tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan memang. Tapi, saat ini Jhon adalah suaminya. Tida perduli cinta tau tidaknya dia, sekarang ini berperan sebagai istri yang sewajarnya terasa lebih masuk akal.
Tapi, apa tugas diranjang juga dibutuhkan dalam pernikahan ini?
Elia membalikkan tubuhnya membelakangi Jhon. Tugas yang satu itu, apa dia harus menjalankannya? tapi dengan keadaan dia yang sedang mengandung anak pria lain, sangat tidak pantas bukan?. Jhon memang terlihat dingin dan tegas. Tapi apa yang terjadi semalam, benar-benar bertolak belakang dengan sifat biasanya. Dia sama sekali tidak meminta itu dari Elia. Justru, dengan penuh perhatian pria itu menyuruh Elia untuk segera beristirahat.
" Tidurlah, aku tahu kau lelah. Jangan menungguku. Aku harus keruangan kerjaku. Aku akan kembali saat sudah selsai. "
Elia kembali menebak-nebak di dalam hati.
Apa dia merasa jijik padaku karena mengandung anak pria lain?
Tidak tahu mana jawaban yang sebenarnya. Bukan maksud Elia ingin menyerahkan diri, dia hanya mencoba memikirkan apa yang harus dia lakukan. Walau bagaimanapun, cinta didalam pernikahan itu diperlukan kan? mau tidak mau, Elia harus jatuh cinta dan membuat Jhon jatuh cinta padanya. Iyah, walaupun Elia tidak tahu caranya, tapi biarkan takdir yang menunjukkan jalannya.
Setelah lelah berperang dengan pemikirannya sendiri, Elia memilih untuk bangkit lalu membersihkan diri. Setelah itu, dia berjalan menuju aroma masakan yang terendus olehnya.
" Selamat pagi, Nyonya. " Sapa semua pelayan yang sedang sibuk menyiapkan menu untuk sarapan.
Elia tersenyum dan membalas sapaan mereka. Sungguh menyenangkan melihat mereka memasak dengan begitu semangat. Elia jadi teringat dengan beberapa teman yang dulu sering menghabiskan waktu bersama saat sedang merayakan hari spesial mereka. Perasaan baru beberapa waktu lalu dia menjadi mahasiswa. Dan sekarang? dia bahkan sudah menikah sebanyak dua kali. Hidup sungguh tidak bisa ditebak apa yang akan terjadi di masa depan.
" Ada yang bisa aku bantu? " Tanya Elia yang tidak tahan melihat serunya memasak makanan di pagi hari.
" Maaf, Nyonya. Akan lebih baik jika anda tidak membantu. Kami sangat senang atas mendengarnya. Tapi, kami akan kena sangsi nantinya, Nyonya. "
Elia menghela nafasnya. Benar juga, dirumah mewah ini, sudah pasti memiliki peraturan seperti itu. Elia juga tidak bisa memaksa. Lagi pula, Elia bukanlah istri yang memiliki keahlian memasak layaknya koki. Jadi cukup diam dan patuhi aturan yang ada.
Setelah beberapa saat. Ibu Sofia berjalan menuruni anak tangga. Wanita paru baya itu benar-benar masih sangat cantik. Jika tidak menyebutkan jika ia Ibunya Jhon, sudah pasti Elia akan menyangka jika Ibu Sofia adalah kakaknya Jhon.
" Selamat pagi, Sayang? " Ibu Sofia kini berada di dekatnya dengan senyum yang begitu cantik. Dia bahkan hanya menggunakan dress sederhana yang menyerupai daster. Tapi kenapa terlihat seperti seorang Gracia Angel?
Sayang? ini kali pertamaku di sapa degan panggilan yang begitu menyentuh.
" Eh? kau baik-baik saja? "
Ibu Sofia merasa bingung, sebelum dia datang, Elia terlihat baik-baik saja. Lalu kenapa tiba-tiba dia terlihat sedih? Ibu Sofia mengusap pipi Elia dengan sentuhan yang begitu lembut. Membuatnya semakin tak tahan untuk menangis. Menangis karena begitu bahagia. Dulu, dia selalu berpikir bahwa, mungkin dia tidak akan pernah mendapatkan kasih sayang atau perlakuan baik dari Ibu mertuanya. Tapi takdir begitu baik setelah memberikan kekejaman di hidupnya. Dia bahkan sempat membenci Ibu kandung yang menghilang tanpa kabar, dan membuatnya menjadi gadis menyedihkan selama bertahun-tahun. Apa kali ini dia perlu bersyukur atas apa yang di lakukan Ibunya? apa dia harus berterimakasih kepada Hendrick dan Zila? karena mereka yang membuatnya bertemu dengan Jhon dan Ibu mertua yang menyayanginya?
Bolehkah aku menjadi egois? bolehkah aku mengaggap dia sebagai Ibu kandungku?
" Elia, kau baik-baik saja? kenapa kau menangis nak? apa Jhon melakukan hal kasar padamu? " Ibu Sofia kini mulai terlihat kesal. Dia benar-benar beranggapan jika dugaannya barusan adalah benar.
" Tidak! aku baik-baik saja. " Ujar Elia sembari meraih tangan Ibu Sofia dari pipinya dan menggenggamnya erat.
" Lalu kenapa kau menangis? "
Elia menghapus air matanya dengan bibir yang ia buat tersenyum. " Aku bahagia, Ibu. "
Ibu Sofia kebingungan mengartikan kata bahagia dari wajah Elia yang terlihat sedih.
" Maksudnya? "
Elia meraih menggenggam kedua tangan Ibu mertuanya. Dia menatap nya penuh syukur.
" Ibu, terimakasih karena memperlakukan ku dengan baik. Setelah Ibu kandungku pergi, ini kali pertama aku diperlakukan layaknya manusia oleh seorang Ibu. "
Ibu Sofia terkejut mendengar penuturan Elia. Dia langsung meraih tubuh Elia dan memeluknya. Arti dari kata-kata Elia begitu mendalam. Layaknya manusia? apakah perlakuan orang-oramg disekitarnya buruk? Ibu Sofia sangat tahu apa artinya itu. Hanya orang dengan jutaan rasa sakit yang bisa begitu bahagia karena hal sepele. Mungkin, luka yang Ibu Sofia dapatkan dari keluarga Dargo tidak sepadan dengan penderitaan Elia. Tapi Ibu Sofia bukanlah wanita Dargo yang akan memperlakukan menantunya dengan sadis. Karena dia tahu benar, seberapa sakit mendengar makian atau perilaku buruk dari seorang mertua. Baginya, kebahagian putranya adalah prioritas hidupnya.
" Dengar Elia, kau bukan hanya menantuku. Sekarang, kau juga anakku. Sama seperti Jhon dan Jehan. Kalian semua menantuku. "
" Jehan? "
Mereka mengurai pelukannya untuk saling bercerita sembari menunggu waktu sarapan tiba.
" Iya. Jehan adalah adiknya Jhon. Dia sekarang adikmu juga. "
Elia tersenyum sembari berpikir, apakah Jehan juga akan seperti Ibunya? atau dia kan seperti Monica adiknya Hendrick?
" Dia memang terlihat judes, tapi dia adalah orang yang sangat perduli dan penyayang. "
Elia kini bernafas lega. Sepertinya, Ibu mertuanya sangat memahaminya. Tanpa mengatakan apapun, dia begitu paham dengan apa yang sedang dipikirkan menantunya. Elia mengangguk mengerti dengan senyum yang secerah mentari. Hingga tak sengaja dia melihat jam dinding yang sudah menunjukkan pukul tujuh.
Elia bangkit dan memohon pamit untuk kembali ke kamarnya. Dia harus memastikan Jhon tidak terlambat untuk ke kantor hari ini.
Benar saja, pria itu masih asik terkungkung dibawah selimut tebalnya. Elia berjalan mendekati tirai jendela dan perlahan membukanya. Sayang, sinar matahari tak bisa membangunkan Jhon. Karena Jhon tertidur dengan posisi membelakangi jendela yang diterpa matahari. Elia berpikir sejenak untuk membangunkan atau membiarkan dia tidur. Tapi melihat jam yang semakin menuju pukul setengah delapan, dia memutuskan untuk membangunkan Jhon.
" Jhon, " Elia meraih pundak Jhon dan menggoyangkannya.
" Em? " Jawab Jhon dengan suara serak khas bangun tidur.
" Ini sudah hampir setengah delapan. Apa kau tidak ke kantor? "
" Tidak. Ibu menyuruhku membawa mu pergi ke pusat belanja nanti. " Masih dengan mata yang terpejam.
" Pusat belanja? untuk apa? "
" Untuk calon bayi kita. "
Elia menelan salivanya sendiri mendengar ucapan Jhon.
Bayi kita? bahkan Ayah kandungnya tidak mengakui. Kenapa kau mengatakan, kalau bayiku adalah bayi kita? Jhon, kalau kau terlalu baik, aku takut jatuh cinta denganmu saat ini juga.
TBC