NovelToon NovelToon
Takdir Di Balik Duka

Takdir Di Balik Duka

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / CEO / One Night Stand / Janda / Ibu Pengganti / Diam-Diam Cinta / Menikah Karena Anak
Popularitas:494k
Nilai: 4.9
Nama Author: Mommy Ghina

“Silakan pergi dari mansion ini jika itu keputusanmu, tapi jangan membawa Aqila.” ~ Wira Hadinata Brawijaya.

***

Chaca Ayunda, usia 21 tahun, baru saja selesai masa iddahnya di mana suaminya meninggal dunia karena kecelakaan. Kini, ia dihadapi dengan permintaan mertuanya untuk menikah dengan Wira Hadinata Brawijaya, usia 35 tahun, kakak iparnya yang sudah lama menikah dengan ancaman Aqila—anaknya yang baru menginjak usia dua tahun akan diambil hak asuhnya oleh keluarga Brawijaya, jika Chaca menolak menjadi istri kedua Wira.

“Chaca, tolong menikahlah dengan suamiku, aku ikhlas kamu maduku. Dan ... berikanlah satu anak kandung dari suamiku untuk kami. Kamu tahukan kalau rahimku bermasalah. Sudah tujuh tahun kami menikah, tapi aku tak kunjung hamil,” pinta Adelia, istri Wira.

Duka belum usai Chaca rasakan, tapi Chaca dihadapi lagi dengan kenyataan baru, kalau anaknya adalah ....



Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy Ghina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 30. Pengakuan Wira, Hati Chaca Hancur

Di ruang rawat inap, Wira baru saja tiba dan langsung menuju sisi tempat tidur Chaca. Ia menghela napas lega saat melihat wanita itu telah sadar, meskipun masih terlihat lemah.

"Chaca," panggilnya pelan.

Chaca menoleh perlahan, ekspresinya datar. Tak ada kehangatan dalam sorot matanya saat menatap Wira. "Kenapa datang lagi? Bukankah sudah cukup?"

Wira menelan rasa sakit yang menggerogoti hatinya. "Saya hanya ingin memastikan kamu baik-baik saja."

"Saya akan baik-baik saja jika kamu menceraikan saya," balas Chaca tanpa ragu.

Wira menghela napas panjang. Ia tahu bahwa mempertahankan Chaca dalam pernikahan ini hanya akan semakin membuatnya terluka. Namun, bagaimana ia bisa melepaskan wanita yang dicintainya? Bagaimana ia bisa hidup tanpa putri kecilnya? Sementara pernikahannya baru seumur jagung, dan baru ingin membina rumah tangga setelah sekian tahun menahan diri.

Mama Maryam yang duduk di kursi di samping ranjang Chaca, menatap putranya dengan mata penuh kasih. "Wira, kamu harus mengerti perasaannya. Chaca mengalami trauma besar. Dia merasa tidak aman di sisi kamu. Apalagi Adelia sudah bertindak kasar padanya."

"Tapi Mah, aku tidak pernah berniat menyakitinya. Aku ingin menjaganya, aku ingin melindunginya!" Wira berseru putus asa.

Mama Maryam menghela napas panjang. "Wira, apakah kamu menyukai Chaca?”

Wira menatap mamanya dengan mata penuh kepedihan. Bibirnya terasa keluh untuk menjawabnya, seakan ada penghalang yang membuat ia susah menjawab. Sementara itu, Chaca terlihat tidak membutuhkan sebuah jawaban itu

Wanita paruh baya itu lantas tersenyum getir, lalu mengalihkan pandangannya ke Chaca.

“Tidak perlu kamu pertahankan lagi jika tidak menyukai Chaca. Istri pertamamu juga sangat terpukul sepertinya, sampai nekat melukai Chaca. Putuskan, dan jangan pria yang plin plan sebelum terjadi masalah yang lebih  besar.”

"Tapi Mah ....” Pria itu kembali menatap istri keduanya.

“Aku menikahi Adelia karena Papa, bukan karena keinginanku sendiri. Tapi Chaca ... aku memilihnya—” Dan, lagi-lagi ia tidak mengatakan isi hatinya.

Mama Maryam menatap putranya dengan lembut. "Meski Adelia adalah anak teman Papa-mu, tapi kamu mencintainya, ‘kan? Sementara kamu memilih Chaca, bukan atas dasar cinta, ‘kan? Wira, kita sudahi saja semuanya ini demi kebaikan semuanya. Mama tidak mau ada tragedi-tragedi di kemudian hari. Ceraikan lah, Chaca. Mengenai Aqila, Mama yakin kita tetap bisa membesarkannya bersama-sama, tanpa harus kamu terikat dalam pernikahan lagi dengan Chaca,” tutur Mama Maryam tanpa meninggikan suaranya.

Wira terdiam. Kata-kata mamanya menusuk tepat ke hatinya. Ia mengepalkan tangannya, berusaha menahan emosi yang bergejolak. Hatinya bertentangan dengan permintaan mamanya

"Mah, aku bisa berjanji bahwa aku akan melindunginya," ujar Wira, suaranya bergetar. "Aku bisa memastikan Adelia tidak akan mengganggunya lagi. Aku akan melakukan apa pun untuk memperbaiki semuanya."

"Dan apakah Chaca bisa mempercayaimu lagi, Wira?" Mama Maryam bertanya dengan lembut.

Pertanyaan itu menghantamnya keras. Wira tidak tahu jawabannya. Ia ingin percaya bahwa Chaca bisa kembali percaya padanya, tetapi luka yang ada di hati wanita itu terlalu dalam.

Mama Maryam beranjak dari duduknya, kemudian mendekati Wira, lalu menyentuh tangan putranya dengan penuh kasih. "Berikan dia waktu, Wira. Kalau memang kamu dan Chaca ditakdirkan bersama, maka suatu hari nanti, dia akan kembali padamu. Tapi jangan paksa dia sekarang. Dia butuh ruang untuk menyembuhkan dirinya."

Sebelum Wira sempat menjawab, pintu ruangan terbuka dengan cukup keras. Semua orang di dalam ruangan menoleh kaget. Papa Brawijaya berdiri di ambang pintu dengan ekspresi penuh amarah.

"Wira!" seru Papa Brawijaya lantang.

Wira berdiri dengan alis berkerut. "Papa? Ada apa?"

Papa Brawijaya melangkah masuk, matanya berkilat marah. "Papa baru saja melihat sesuatu di ruang kerjamu. Sesuatu yang menjelaskan semuanya!"

Chaca mengerutkan kening, sementara Wira mulai merasa gelisah. "Papa bicara apa?"

Papa Brawijaya menarik napas panjang, berusaha menahan emosinya. "Papa menemukan hasil tes DNA Aqila. Papa juga melihat album foto itu. Wira, benarkah ... benarkah kamu yang ...?"

Wira menegang. Matanya membesar, menyadari arah pembicaraan ayahnya. Ia baru teringat jika album foto dan hasil test DNA Aqila ia letakkan di atas meja, lupa ia simpan kembali. Chaca juga ikut membeku, sementara Mama Maryam dan Bik Rahma saling pandang dengan cemas.

"Benarkah tiga tahun lalu kamu yang ...?" Suara Papa Brawijaya bergetar, tidak sanggup menyelesaikan kalimatnya. Ia memberikan map file tes DNA yang sejak tadi ia pegang pada Mama Maryam.

Mama Maryam yang agak bingung, buru-buru membuka dan membacanya, di menit kemudian wanita paruh baya itu terbelalak. Lututnya terasa lemas seketika itu juga.

Wira memejamkan mata sejenak sebelum akhirnya mengangguk pelan. "Ya, Pah," jawab Wira dengan suara berat. "Aqila adalah anakku. Aku yang ... aku yang ... malam itu ....” Pada akhirnya, rahasia yang selama ini ia simpan sendiri terbongkar.

Chaca membelalak. Seluruh tubuhnya gemetar. "Jadi ... jadi yang benar  itu ...?"

Wira menatapnya dengan penuh rasa bersalah. "Maafkan saya, Chaca."

Chaca merasa dunianya runtuh. Napasnya memburu, dadanya sesak. Semua bayangan kelam yang selama ini menghantuinya kembali menyerang.

"Jadi, selama ini saya hidup dalam kebohongan? Saya berpikir bahwa yang menghancurkan hidup saya adalah Mas Ezzar, padahal ... padahal orang itu adalah—“ Suara Chaca terdengar pilu.

Hatinya terasa dihantam godam, ia telah melakukan kesalahan besar. Ia telah memaksa seseorang yang tidak pernah melakukan kesalahan padanya.

"Chaca, saya ... saya menyesal ... Saya bersumpah tidak pernah berniat menyakitimu ...." Wira berusaha mendekat, tetapi Chaca mengangkat tangannya, mencegahnya.

"Jangan sentuh saya!" Tangis Chaca pecah. "Saya muak! Saya benci semuanya! Saya benci kamu, Pak Wira! Saya ingin pergi dari sini! Saya tidak mau melihatmu lagi!"

Wira terpaku di tempatnya, hatinya hancur berkeping-keping. Ia ingin berkata sesuatu, ingin menjelaskan lebih banyak, tetapi tatapan penuh luka Chaca membuatnya tak sanggup.

Papa Brawijaya mengepalkan tangannya, menahan emosi yang meledak-ledak. Ia menatap putranya dengan kekecewaan yang dalam.

"Papa tidak tahu harus berkata apa lagi, Wira. Papa tidak menyangka anak Papa sendiri bisa melakukan hal sekeji ini. Selama ini ternyata kamu begitu munafik, kamu tega mengorbankan adikmu serta anakmu sendiri! Hidup dalam kebohongan. Tapi satu hal yang harus kamu pahami, Chaca berhak menentukan jalan hidupnya sendiri. Jika dia ingin pergi, jangan paksa dia bertahan!" ujar Papa Brawijaya penuh ketegasan.

Wira merasakan dadanya semakin berat. Apakah ini akhirnya? Apakah ini harga yang harus ia bayar atas kesalahan yang bahkan tidak ia sadari selama ini?

Sementara itu, Chaca terus menangis. Mama Maryam dan Bik Rahma berusaha menenangkannya, tetapi hatinya sudah terlalu hancur.

"Aku hanya ingin pergi ... aku hanya ingin hidup tenang dengan Aqila ..." isaknya lirih.

Wira menatap Chaca dengan berat hati. Namun, meskipun Chaca membencinya, ia tetap tidak akan menceraikannya. Ini bukan hanya tentang perasaan, tetapi tentang tanggung jawab.

"Saya mengerti kalau kamu membenci saya, Chaca. Tapi saya tidak akan menceraikanmu. Saya akan menanggung semua kesalahanku, bahkan jika kamu tidak bisa memaafkan saya," ucap Wira tegas. Egois sekali Wira.

Chaca menangis semakin kencang, merasa terperangkap dalam kenyataan yang pahit, serta penyesalan yang amat dalam.

Bersambung .... ✍️

1
Fatimah Husein
ceraikan Adel,
Rafly Rafly
emak sama bapak Lo parah Del...main tusuk saja../Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Ayiek Sundoro
Dah kena karmanya si Adelia
Julia Juliawati
kasihan klo ky gitu.
Herman Lim
fix Adelia gila , mama Paula tgl nama bgs semua yg kalian lakukan akan kalian tuai semua sekaligus moga Wira cepat pulih
宣宣
betul2 stress ibunya Adel,dalam otaknya cuma mikir harta 😂😂😂
宣宣
lah kok nyalahin Adel, itu kan hasil dari didikan mu sendiri.....
Atip Suryana
kasian juga Adelia ya di tertekan jiwa nya karena ke egois dan orangtuanya
Esther Alviah Ekawati Ndoen
Keluarga benalu, toxic satu persatu kena karma nya dan saat ini si kedelai yang depresi berat karena keserakahan nya.
Aprisya
miris banget nasib kamu del
Mulaini
Aduh Adelia sudah sakit jiwa nih dengan cekikikan sendiri.
Azda Syafril
sungguh malang hidup mu Adelia... terima nasib mu DI RSJ.. moga cepat pulih rasa trauma dn gangguan jiwa mu... slma hidup di RSJ.....
Apkh mm ny Adelia msh misa bertahan hidup...
ditunggu up slnjt'x Buna...
Sugiharti Rusli
sebetulnya kasihan dan miris juga sih sama kondisi si Adelia, dia jadi korban keegoisan dan ambisi kedua ortunya walo dia sendiri juga menikmati kekayaan dari Wira,,,
Noor hidayati
adelia depresi,orang tuanya terlalu menekan anaknya untuk melakukan keinginan mereka yang mungkin bertentangan dengan keinginan adelia,orang tua yang hanya memikirkan harta semata tidak memikirkan perasaan anaknya,semuanya jadi hancur karena kelakuan mereka sendiri
☠ᵏᵋᶜᶟ🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🐝⃞⃟⃝𝕾𝕳ɳҽˢ⍣⃟ₛ♋
adelia mulai tak waras nih
mbok Darmi
akhirnya nya kelurga adelia hancur lebur tak bersisa itu akibat nya orang serakah jahat bukan kebahagiaan yg didapat malah kehancuran
Inooy
waaahh,,fix ini mah langsung terganggu jiwa nya Adelia...
begitulah hidup..klo qta terlalu mengagungkan materi, jatuh sedikit pasti g bakalan terima..d mata nya pasti tergambar jelas kemisikinan yg akan melanda...

mama Paula, d otak nya hanya uang, kekayaan, dn hidup sosialita..ketika smua nya hancur otak nya g bisa berpikir jernih..anak yg semesti nya d rangkul dn d lindungi malah jd tempat pelampiasan amarah nya,,ujung2 nya mama Paula sendiri yg menerima akibat nya ckckck
sungguh miris liat kluarga Adelia...😮‍💨
𝕸𝖆𝖗𝖞𝖆𝖒🌹🌹💐💐
Adelia jadi gila🫣🫣🫣
Wiek Soen
stres ondel2
Eni Istiarsi
lagi lagi Adelia adalah ketamakan dan keegoisan orang tuanya.dan sayangnya Farhan yang digadang gadang bisa jadi sandaran hidupnya pun ternyata cuma memanfaatkannya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!