Mengisahkan tentang perjuangan hidup seorang gadis bernama Anindyta Kailila .
Dalam menggapai cita-citanya dengan
keadaan hidup yang sederhana.
Bekerja sebagai asisten seorang model papan atas, merupakan batu loncatan baginya untuk mengais rupiah dengan tetap harus pintar membagi waktu mengurus ayahnya yang sakit.
Jangan tanyakan tentang kisah cintanya.
Sebab semenit saja, otak dan hatinya tak pernah kosong, karena perintah dari sang model yang selalu datang bertubi-tubi.
Namun, apalah dayanya jika ternyata kegigihannya bekerja justru mempertemukannya dengan seorang CEO yang ternyata kekasih sang model.
Bahkan perasaan mereka tidak dapat di bendung untuk saling jatuh cinta.
Mungkinkah seorang asisten mendapatkan cinta seorang presdir bahkan kekasih bosnya sendiri...?
Ikuti ceritaku " Di Balik Layar"
Semoga di sukai pembaca.
Salam santun
salam sehat untuk semua
🙏🙏🙏🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon EmeLBy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 11 : MAKAN SIANG DADAKAN
Sesaat pesanan mereka telah datang.
Merekapun tampak lahap menikmati makan siang itu. Dengan tidak bersuara lagi.
Dan setelah selesai, Wilna dan Anin pun kembali ke butik, menuju lantai 2. Wilna tampak sibuk dengan tabletnya, sama seperti Anin yang sudah mulai membuat pola di kertas kemudian mengaplikasikannya pada kain yang akan di potong.
Sesekali Wilna memperhatikan Anin, yang terlihat begitu terampil melakukan pekerjaan itu. Sesekali Wilna juga mencuri foto saat Anin bekerja. Dan mengirimkan foto itu ke WAG Tim Penilai Kompetisi. Yang di dalamnya ialah bu Melisa, kak Melati juga pak Emil. Hanya mereka berempat di dalam group itu. Dan isi obrolan di dalamnya tentulah sangat rahasia.
Wilna merupakan orang kepercayaan Bu Melisa dalam Butik nya. Sudah 5 tahun Wilna bekerja di butik itu. Sejak Butik itu berdiri yang dulunya hanya memiliki lantai 2. Karena Butik ini di manajemen dengan baik, maka kemajuannya sangat pesat. Serta banyak menjalin kerja sama atas ke piawaian sang CEO untuk menarik investor. Dalam menanamkan modal pada butik ini. Yang kini telah memiliki cabang di 3 kota besar lainnya.
"Wilna, katakan pada Anin. Hari ini dia cukup membuat pola dan menggunting saja. Untuk menjahit bisa di lakukan besok. Karena saya yang akan melihat langsung proses produksinya." Isi chat pada WAG di HP Wilna.
"Baik bu, akan saya sampaikan." Jawab Wilna di kolom balasan
"@Emil, kamu mau ikut liat proses jahit?" tanya Melisa pada Emil masih melalui WAG
Beberapa menit kemudian di balas Emil.
"Tidak, kak. Aku pantau dia dari CCTV saja, Besok aku ada meeting dengan klien." Jawabnya.
"Oke, mungkin aku sama Kak Melati saja yang ke sana." Ketik Melisa mengakhiri obrolan di WAG tersebut.
"Anin, kalo sudah selesai membuat pola dan menggunting. Tugasmu selesai untuk hari ini.
Sebab, proses jahit besok akan di pantau langsung oleh Bu Melisa dan Kak Melati." Ujar Wilna menyampaikan pesan tadi.
"Oke, kalau begitu mari kita pulang. Karena ini sudah selesai." Ujar Anin pada Wilna.
"Wah, kita bisa pulang dengan cepat kalau begitu." Jawab Wilna dengan senang, mengingat waktu masih menunjukan pukul 3 sore.
"Apakah aku boleh membawa bahan yang sudah ku gunting ini pulang kerumah?" tanya Anin pada Wilna.
"Untuk apa kamu membawanya kerumah? Bukankah besok proses jahitnya?" tanya Wilna.
"Jika boleh di bawa, aku hanya ingin menjahit jelujur terlebih dahulu. Agar besok tinggal ku tikam dengan mesin jahit. Sehingga hasil jahitan ku lebih rapi ." Terang Anin.
"Ku kira boleh saja. Sebab besok juga masih ada proses jahit yang bisa mereka pantau kan." Ujar Wilna mengambil keputusan sendiri.
"Baik, terima kasih Wilna." Ucap Anin sambil membungkus bahan itu, untuk di bawa pulang.
"Masih sore, kamu mau jalan jalan dulu Anin?" tanya Wilna.
"Maaf, Wil. Aku langsung pulang saja." Jawab Anin sopan.
"Jangan terlalu di porsir Anin. Kan hasil mu rabu nanti baru di serahkan." Ujar Wilna.
"Tidak, bukan begitu. Hanya dirumah ada ayahku yang sakit. Sehingga beliau belum bisa menggerakkan anggota tubuhnya dengan normal untuk dirinya sendiri." Jawab Anin.
"Oh, begitu. Maaf Anin. Kamu hanya tinggal berdua?" tanya Wilna lagi sambil mereka berjalan melangkah ke arah luar butik.
"Iya, aku hanya tinggal dengan ayah. Ibu ku sudah lama meninggal, kakak ku sudah bekerja. Namun, tempat tugasnya di Kota lain." Jawab Anin
"Begitu. Oke sampai jumpa besok ya Anin." Ujar Wilna mengakhiri obrolan dan mereka berpisah di pintu butik.
Sesampai di rumah. Seperti biasa, Anin mengurus ayahnya terlebih dahulu. Sambil berbincang, tentang kegiatan yang ia lakukan hari ini. Anin, tidak dapat menutupi rasa senangnya. Anin, benar benar merasa Tuhan sedang di pihaknya. Sehingga memudahkan segala urusannya saat bekerja di butik ini.
Saat ayahnya sudah tidur, barulah Anin mengeluarkan bahan yang ia bawa dari butik tadi. Anin mulai menjelujur sesuai pola yang ia buat. Anin benar benar tidak sabar melihat hasil rancangannya menjadi sebuah pakaian.
Dan sebenarnya, Anin merasa canggung dengan pakaian laki-laki. Sebab, walau ilmu yang ia serap adalah untuk semua jenis model pakaian, tetapi Anin sangat jarang menjahit busana untuk pria. Karena itu lah Anin merasa perlu lebih teliti menjahit busana pria ini.
Keesokan harinya.
Pukul 8 tepat, Anin sudah berada di ruang jahit. Dan, hari ini Anin membawa bekal makan siang. Ia tidak ingin terlambat makan, juga tidak mau membuang waktu untuk keluar makan siang.
Besar keinginan Anin, dapat menyelesaikannya hari ini juga. Agar jika saat fitting ada yang harus di perbaiki, dia memiliki banyak waktu untuk memperbaikinya kembali.
Anin juga tidak tau, dimana CCTV di letakkan seperti yang di sampaikan Kak Melati. Tetapi, Anin tidak peduli dengan hal itu. Anin hanya fokus dengan proyek produksinya saja.
Anin nampak tersenyum sendiri, ketika memasang busana untuk pria hasil rancangannya itu, pada manekin yang tersedia. Tampak ia memandang busana itu, sambil memegang kertas berisi gambar yang ia buat. Untuk mencocokan secara detail. Mungkin ada hal yang terlupa atau tidak sesuai.
"Wah... sepertinya kita terlambat untuk melihat langsung proses jahitnya ya, Kak Melati." Ucap Melisa saat mereka memasuki ruang jahit. Membuat Anin agak terkejut.
"Oh, selamat siang Bu Melisa dan Kak Melati. Maaf aku tidak menunggu, sebab aku juga penasaran dengan busana pria nya." Jawab Anin seadanya.
"Tidak apa, kami sengaja tidak mengganggumu sejak tadi. Kami kesini ingin mengajakmu makan siang di kantin, apakah kamu mau?" ajak Melisa ramah.
"Maaf, saya tadi bawa bekal banyak Bu." Jawab Anin.
"Kamu bawa bekal..?" tanya Melisa
"Iya, saya kalo kerja suka lupa makan. Jadi klo bawa bekal, saya akan merasa sayang kalau tidak memakannya." Jawab Anin lagi.
"Kamu bawa banyak, bagaimana kalau aku bantu menghabiskan?" ujar Melisa dengan senyum mengembang di bibirnya
"Jika, ibu berkenan. Boleh." Jawab Anin sambil membuka kotak bekal yang memang banyak di bawanya, karena sebenarnya ia mau mengajak Haifa dan yang lainnya diruang desainer magang
untuk makan bersama.
Saat Anin membuka bekalnya terlihat menu lengkap yang menggugah selera. Ada ayam mentega, tumis buncis telur dan perkedel tahu. Nasi dan pisang pun Anin siapkan dalam bekalnya tersebut.
"Sepertinya ini semua enak, bener aku boleh ikut makan bekal mu?" ujar Melisa tanpa malu.
"Jika ibu berkenan, dengan senang hati bu. Dan saya merasa bangga jika bisa makan siang bersama ibu dan Kak Melati." Jawab Anin sungkan.
"Jangan berlebihan Anin. Kita sama sama manusia ciptaan Tuhan. Ayo Kak Melati, lain kali saja kita makan bareng Anin di kantin. Anggap aku utang ya... Nin." Ucap Melisa.
Sementara Kak Melati, nampak sibuk meraba busana yang di pasang Anin di manekin tadi. Untuk mengecek pekerjaan Anin.
"Sebentar... !! Sebelum makan aku mau foto dulu. Kamu tau Anin, Ayam mentega ini adalah menu kesukaan adikku Emil. Jika, tidak ada meeting penting hari ini, dia pasti tidak akan melewatkan menu makanan ini." Ucap Melisa penuh semangat.
Anin hanya mengangguk, mendengar yang di katakan Melisa.
Beberapa saat kemudian, nampak ketiganya sudah fokus menikmati makan siang dadakan di ruang jahit, butik itu.
Bersambung
...Mohon dukungannya 🙏...
...Komen kalian...
...sangat autor harapkan lho...
...Kasih 👍💌✍️🌹...
...seikhlasnya yaa...
...Biar makin semangat...
...Terima kasih...
selamat membaca yaaak