Menceritakan seorang laki-laki dingin yang jatuh cinta terhadap seorang wanita…….
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hotler Siagian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
3
"AWWWHSSSS... "
Saat Alika terjatuh, pengendara sepeda motor itu dan mahasiswa yang sedang berjalan dipinggir jalan yang menyaksikan hal itu langsung mengerumuni Alika ingin memberi bantuan.
Di jarak lain, pandangan Calvin yang tidak lepas dari Alika, mengetahui perempuan itu terjatuh langsung berlari meninggalkan kepala prodi yang berbincang dengannya dan berlari menuju Alika.
Melihat begitu banyak darah yang keluar dari tangan dan kaki kirinya, membuat Alika menangis.
Ya, sejak kecil Alika sangat takut melihat banyak darah, jika mamanya ada disana sudah pasti mamanya akan menutup matanya.
Alika menangis kesakitan, sedangkan Calvin sangat terlihat dari raut wajahnya begitu panik saat melihat keadaan Alika.
Ini merupakan kali pertama di hidupnya bagi seorang Calvin Waymond Dimitry merasa sangat khawatir pada orang lain.
Bahkan, sebelumnya Calvin juga tidak pernah peduli pada siapapun orangnya.
"Minggir!!! Minggir semua!!" teriak Calvin membelah kerumunan.
Tak menunggu waktu lama, Calvin langsung mengangkat dan menggendong Alika menuju mobilnya.
"Saya bawa kamu kerumah sakit, semuanya akan baik-baik saja, percaya saya," ucap Calvin reflek.
Alika yang sedang kesakitan, merasa tubuhnya terangkat masih tidak memiliki keberanian untuk membuka matanya karena indra penciumannya yang mencium bau darah.
Alika terus menangis, sedangkan Calvin bergegas menyetir mobilnya untuk membawa Alika kerumah sakit secepatnya.
"Sakit sekali.. Hiks..hiks..hikss,".
Melihat Alika yang memejamkan matanya menahan sakit, membuatnya semakin merasa panik.
Di Rumah sakit, Calvin berteriak pada para dokter dan perawat untuk membantunya mengobati Alika.
Saat di UGD, Calvin berniat menemani Alika namun dicegah oleh para dokter.
"Bapak tenang saja, kami semua disini akan melakukan tugas kami sebaik mungkin. Saya mohon Bapak untuk bisa menunggu diluar, agar kami bisa fokus. Terima kasih".
Calvin menunggu diluar UGD dengan resah, dia berjalan kesana kemari menunggu kabar wanita itu dari para dokter.
Dia masih belum menyadari kenapa dia bisa menjadi sekhawatir ini pada orang lain, saat ini dia hanya ingin wanita yang diselamatkannya baik-baik saja.
"semoga kamu baik-baik saja didalam sana"
Tik..tok..tik...tok
Suara detik jam membuat Calvin semakin risau, sudah 1 jam lamanya Alika berada di dalam.
Tak lama setelah itu...
Dokter dan beberapa perawat keluar membawa brankar, yang Calvin yakini itu adalah Alika.
"Maaf dok, sus, bagaimana keadaan perempuan ini?" tanya Calvin sambil menghentikan mereka berjalan.
"Dia sudah baik-baik saja Pak, untung saja dibawa kesini tepat waktu. Lukanya jadi tidak semakin parah, sekarang kami ingin memindahkan pasien ini ke ruangan rawat inap" jawab seorang perawat.
Calvin yang mendengar itu langsung mengangguk, dia melihat wajah Alika yang tertidur
"mungkin karena efek obat bius" pikirnya.
Tidak lama setelah itu, Alika sadar dan mulai membuka matanya. Dia terkejut sekali melihat Calvin yang duduk disampingnya.
"A...Anda kenapa bisa ada disini?," tanya Alika sedikit ketakutan.
Calvin yang melihat Alika tersadar lalu mendengar pertanyaan dari gadis itu, Ia hanya meliriknya dan berusaha menormalkan raut wajah kekhawatirannya.
"Ehm, anda tidak perlu banyak berpikir, saya hanya sekedar membantu. Memang siapa lagi yang mau membantu anda tadi? Kecuali saya." jawab Calvin tanpa melihat Alika.
"Karena anda sudah sadar saya akan pergi, biaya administrasi sudah saya urus" ucap Calvin dingin dan langsung melenggang pergi.
Alika yang heran mendengar jawaban dari lelaki yang begitu jutek seperti Calvin membuatnya berpikir keras.
Pada saat di bandara dan di depan ruangan dosen pagi ini, pria itu bahkan tidak ada keinginan menolongnya sedikitpun saat terjatuh.
Lalu kenapa, saat ia terluka saat ini dia terlihat begitu khawatir padanya.
Saat pikiran Alika penuh dengan tanda tanya, tanpa dia sadari jantungnya kembali berdegup kencang saat memikirkan tentang lelaki itu, wajahnya, matanya, hidungnya, dan juga satu lagi yang ia baru temukan... rasa khawatirnya.
Namun, Sebelum Alika berpikir semakin jauh, dia menggeleng-gelengkan kepalanya dengan keras untuk kembali sadar pada kenyataan.
***
Calvin pov
Setelah dari rumah sakit, Calvin bergegas menuju kantornya, namun pikirannya masih belum bisa terlepas dari gadis itu.
(Apakah dia bisa kembali ke rumah sendiri? Apa dia butuh bantuan? Apa akan ada orang yang menjemputnya?, )
Calvin hanya bisa menghela nafas dan menghilangkan segala macam pikiran yang ada di dalam kepalanya terhadap gadis yang baru saja ia tolong,
"gadis itu"
Calvin menyenderkan kepalanya ke kursi dan memejamkan matanya.
Saat Calvin terpejam, Yasha datang. Melihat boss nya seperti itu untuk pertama kalinya membuatnya bingung dan bertanya-tanya kepada dirinya sendiri
'Apakah dia sedang sakit?'.
Namun karena ada jadwal meeting yang sudah masuk jam, dia mencoba membangunkan Calvin.
"Ehmm, bos ini wes masuk jadwal meeting, Nih. Kamu mau hadir apa aku aja yang handle? Keliatan e kamu lagi gaenak badan,"
Calvin yang mendengar tawaran Yasha, kembali menormalkan tubuhnya dengan berdiri tegak dan menghadap jendela.
"Gapapa gue aja, gue cuma capek tadi" jawab Calvin.
Mendengar hal itu, Yasha membulatkan mulutnya untuk mengatakan 'oh' .
Lalu ia mengangguk dan beranjak kembali ke ruangannya untuk mengurus yang lain.
Calvin mengetuk-ngetukkan jarinya di meja.
"Yash, lo coba cari info cewek yang barusan gue anter ke RS barusan" pinta Calvin pada Yasha.
Yasha terdiam sepersekian detik. Ia benar-benar terkejut mengetahui Calvin baru saja mengantarkan seorang wanita ke rumah sakit.
Untuk pertama kalinya, seorang Calvin Waymond Dimitry mulai memperhatikan orang lain, apalagi seorang wanita setelah ditinggal Lancaster
Yasha akan pura-pura tidak tau saja dan mencari tahu sendiri akan hal ini.
"Oke" jawab Yasha sigap langsung meninggalkan ruangan.
Calvin membuka handphonenya dan menelfon seseorang.
"Jangan pergi dari sana, sebelum ada kerabat dia yang menjemput"
***
Di sisi lain, Alika berusaha menelfon saudara perempuannya untuk menjemputnya.
Dia tidak berani menelpon kedua orangtuanya, karena ia yakin, mereka akan khawatir saat mendengarnya kabar tentang dirinya masuk rumah sakit.
"Halo, kak lo lagi dimana? Mau minta tolong jemput gue dirumah sakit Permata donggg, abis keserempet nihh" Ucap Alika kepada kakaknya di handphone,
"Hahhh, keserempet?!?! Gimanaa bisaa sih!! makanya dong kalo jalan liat-liat!" marah kakaknya di sebrang sana membuat Alika menjauhkan handphone dari telinganya.
"Iyaa tadi pas jalan ke gedung rektorat, ga sengaja ga liat samping, terus pas mau nyebrang kena dehh," jawab Alika dengan santainya.
Ia memang sengaja berbicara seakan-akan dirinya tidak apa-apa agar kakaknya tidak merasa khawatir padanya, meskipun kakaknya juga tau jika dirinya phobia dengan darah.
Tak lama berbicara, kakaknya langsung mematikan telpon sepihak, dan menuju kerumah sakit untuk menjemput adiknya yang kebanyakan tingkah itu.
15 menit kemudian
Sesampainya Alia dirumah sakit, dia menuju ke meja resepsionis dan menanyakan ruangan pasien atas nama Alika Yunaira Adelia.
Setelah menemukan kamarnya, Alia memeluk Alika sebentar namun juga mencubit lengan Alika setelahnya,
"Awwhss, lu gila apa gimana? sakit bego!", kesal Alika saat dicubit sangat keras oleh kakaknya.
"Gimana gue gak marah, udah gede ga bisa liat jalan kanan kiri mata lo kemana, hah?, marah Alia balik.
Karena sadar ini memang kesalahannya, Alika pun tidak lagi melanjutkan perdebatan dengan kakaknya.
Tidak lama, dokter datang dan memberi tahu keadaan Alika pada kakaknya,
"Maaf, apakah anda salah satu anggota keluarganya?" tanya dokter itu.
Alia mengangguk dan menjawab, "Benar dok, saya kakaknya. Bagaimana kondisi adik saya ya, Dok? Apa perlu di rawat inap?" .
Dokter itu menjawab,
"Syukur, luka saudari Alika hanya luka luar jadi tidak perlu dirawat inap, mungkin dua atau tiga hari lagi kami sarankan untuk kembali kesini dan mengganti perban,"
Mendengar hal itu, hati Alika bersorak senang dia bersyukur karena dia tidak harus menginap dan meninggalkan segala tugas dan kewajiban profesinya.
Setelah mendengarkan penjelasan dari dokter jika Alika tidak apa-apa, Alia menuju meja respsionis dan mengurus administrasi Alika.
Saat menunggu total biaya pengobatan, dia terkejut mendengar penjelasan suster,
"Maaf Bu sebelumnya, tapi seluruh biaya administrasi saudari Alika telah dibayar olek laki-laki yang membawa beliau kerumah sakit ini".
Alia dilanda kebingungan dan langsung menjawab,
"Oh, kalau begitu baik, Sus. Terima kasih informasinya,"
Alia lantas menemui Alika yang sedang duduk dan mengayunkan kakinya seperti anak kecil di meja antrean respsionis.
"Dek, itu katanya suster biaya rumah sakit udah dibayar sama yang bawa kamu kesini, emang orang itu siapa?" tanya Alia.
"Gatau gue kak, kenal juga nggak... Udah ah kalo udah beres mending pulang ajaa yukk, capek nih guee" jawab Alika menghindari pertanyaan Alia.
(Gue sebenarnya juga pengen tau sebenernya itu orang siapa kak, soalnya gue selalu kepikiran dia sejak pertama kali gue nabrak cowok itu) ungkap batin Alika.
Kembalinya dari rumah sakit, kedua orang tua Alika dan Alia kaget melihat kondisi putrinya dengan tangan diperban .
"Yaampun naakk, kamu kenapa pulang-pulang beginii?!?" Tanya mama Alika.
"Iya ini mah, tadi ga sengaja keserempet motor. Tapi ngga paraah kok seriusaan hehe," Jawab Alika meringis memamerkan giginya.
"Oooh, jadi kamu nunggu parah dulu baru kamu anggep serius Alika?! Cewek kok bandel banget dibilangin orang tua" Marah Tika, mama Alika.
Ayah nya yang mendengar itu langsung melerai mereka berdua,
"Udah mah, kasian tuh Alika pasti masih sakit tangannya. Ayo Alina bantu Alika masuk kekamarnya buat istirahat, langsung tidur nggausah liat handphone loh, ya" Ucap ayah Alika.
(Huuuftt, untung ditolongin ayah) batin Alika.
Saat di kamar, Alika tidak bisa lagi mengendalikan pikirannya tentang pria itu.
Otaknya selalu flashback menuju pada saat kejadian bagaimana dia begitu khawatir dan mencoba menolong Alika dengan menggendongnya.
(Sebenarnya dia itu siapa? Kenapa gue bisa langsung jatuh cinta sama dia) batin Alika berpikir.
Karena Alika selalu merasa jika cinta datangnya karena terbiasa. Bukan dari pandangan pertama yang seperti ini.
Sembari membaringkan tubuhnya di kasur warna pink miliknya, bayangan tentang wajah pria itu muncul kembali.
"Kalo diliat-liat, orang ini bisa masuk juga ke tipe gue" ucap Alika, tidak menyadari jika sudut bibirnya sudah terangkat.
"Ehh..ehhh kok aku jadi mikir beginian sih astaga... sadar Alika! sadar Alika! sadar!!" marah Alika, sambil memukul kepalanya pelan dengan tangan kanannya.
Mengingat dia sebenarnya juga masih sangat kesal dengan tingkah jutek cowok itu.
"Tapi, gapapa. Biarpun dia jutek kaya kulkas, gue bakal kejar dia. Walaupun harus ke kutub utara," tekad seorang Alika.
Dia tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini. Jodoh harus dijemput!
Tak lama, rasa kantuk pun mulai datang,
Alika tertidur dengan bayangan pria yang selalu berusaha dihapusnya.