Menikah adalah hal yang membahagiakan. Tapi tidak saat aku menikah. Menikah membawaku kedalam jurang kesakitan. Dilukai berkali-kali. Menyaksikan suamiku berganti pasangan setiap hari adalah hal yang lumrah untuk ku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dewi wahyuningsih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 11
Naina mengepalkan tangannya erat menahan sejuta kesedihan dan kekecewaan dihatinya.
" Apa yang anda inginkan agar Ayah dan Adikku tetap aman?
Arsen tersenyum dingin menanggapi pertanyaan Naina. Arsen mendekatkan wajahnya dan berbisik ditelinga Naina. " Kau salah pertanyaan.
Naina terperanjak dan spontan menjauh. Jantungnya berdetak kencang saat Arsen berbisik tadi. Mungkin, aku belum terbiasa sedekat ini dengan laki-laki. Jantungku berdetak sangat kencang.
" Seharusnya, kau bertanya padaku. Apa yang bisa kau lakukan untuk menyelamatkan Ayah dan adikmu. " Arsen mengakhiri ucapan dengan senyum tipis di bibirnya.
Naina mengepal kuat. Bukankah bisa di tebak? laki-laki mesum seperti Arsen, hanyalah tubuh wanita yang ada di otaknya. Batin Naina. " Bukankah sama artinya?
" Benarkah? " Arsen kembali berbisik ditelinga Naina. Naina hanya bisa menahan diri untuk tidak mendorong jauh laki-laki yang tidak tahu sopan santun ini. " Mulai hari ini, kau harus berada di dekatku. Bahkan saat aku bekerja.
" Apa?! " Naina menatap tajam Arsen. Membayangkan jika dia terus berada didekat Arsen, bukan hanya bahaya untuk tubuh dan psikis nya. Itu juga berarti, Naina akan sering melihatnya berganti wanita seperti biasanya kan?
" Kau keberatan? " Arsen membelai pipi Naina dengan wajah mesum.
Menjijikan. Benar-benar menjijikan. Aku tidak membencimu pada a**walnya. Tapi sekarang, aku benar-benar membencimu.
" Tuan. " Naina mencengkram tangan Arsen. dan menjauhkan dari pipinya. Jijik bercampur marah. Itulah yang dirasakan Naina. " Aku akan mengikuti perintah mu. Tapi aku memiliki satu syarat. " Naina melepaskan tangan Arsen.
" Katakan.
" Jangan menyentuhku. Hanya itu.
Arsen mengerutkan dahinya. Jangan menyentuh? bukankah orang yang paling berhak untuk ia sentuh adalah Naina? Arsen kini terlihat marah dan tidak mengatakan apapun lagi.
***
" Tomi. Urus perlengkapan dia untuk mulai bekerja besok. Kau tahu harus menempatkan dia di mana? " Ucap Arsen sembari membuka jasnya dan langsung menyerahkannya kepada pelayan yang sudah siap menyambut kepulangannya. Naina hanya terdiam mengekor dibelakang Arsen yang terus berjalan tanpa menghiraukannya.
Setelah beberapa saat. Arsen duduk sembari menatap segelas anggur ditangannya.
Jangan menyentuh? jika wanita diluar sana bebas ku sentuh, bagaimana mungkin aku tidak akan menyentuh istriku sendiri? berani-beraninya memberiku syarat yang tidak masuk akal. Arsen melempar gelas yang ia pegang sehingga terpental ke tembok dan pecah menjadi bagian-bagian kecil.
Dikamar. Naina terus memandangi langit-langit. Apa yang harus ia lakukan? dia bingung sendiri. jika melakukan apa yang Arsen katakan, dia pasti akan banyak terlibat dalam hidup Arsen. Tapi jika dia menolak, tidak bisa dibayangkan apa yang akan terjadi kepada Ayah dan adiknya.
***
Naina dan Arsen berangkat bersama menuju kantor.
Penderitaan yang baru akan dimulai. Naina membatin sembari menatap kaca mobil yang menyuguhkan lalu lalang para pengendara.
Misi pertama sudah selesai. Sekarang tinggal pendekatan. Arsen juga membatin dalam hati.
Sesampainya di kantor. Para staf yang bekerja sudah berbaris menyambut kedatangan Arsen. Naina yang tercengang melihat ini, hanya bisa membatin heran. Sudah seperti raja dunia saja batinnya.
Naina berjalan mengekor dibelakang Arsen dan Tomi. Mengikuti kemana langkah kaki Arsen Tomi dan para bodyguard nya melangkah.
" Apa aku juga harus masuk? " Tanya Naina yang merasa bingung. Bukankah seharusnya dia menemui pihak HRD? bukankah seharusnya, dia menjalani prosedur yang sudah ditentukan oleh perusahaan?
Arsen mendekatkan wajahnya ditelinga Naina.
" Apa aku menyuruh mu bertanya?
Naina menelan ludahnya. Sikap kurang ajar seperti ini apakah sudah biasa bagi Arsen? tapi entah apa yang terjadi, detak jantung Naina menderu kencang.
Sudah tak mau bicara lagi. Naina sudah bisa menyimpulkan, bahwa kakinya harus berada didekat kaki Arsen.
" Apa jenis pekerjaan yang anda berikan kepadaku? " Tanya Naina setelah melihat Arsen yang sudah berada ditempat duduk yang bagai singgasana. Jas nya saja Tomi yang membantu untuk melepaskannya.
Arsen menatap Tomi. Seketika, Tomi mengerti lalu meninggalkan Arsen dan Naina. Tomi meninggalkan senyum Penuh arti sebelum menginjakkan kaki untuk pergi.
Apa maksutnya? Naina mengerutkan dahi. Rasanya, Naina sudah memiliki firasat buruk
" Duduklah. " Ucap Arsen sembari menyenderkan tubuhnya d senderan kursinya.
Tanpa kata, Naina berjalan ke meja Arsen. Menarik kursi yang ada dihadapan Arsen dan duduk disana.
" Bukan disana. Tapi disini. " Ucap Arsen sembari menepuk pahanya beberapa kali.
" Apa?! Aku membencimu! aku benar-benar benci sifat mesum mu.
Arsen menatap Naina tajam. Membenahi duduknya dan membuatnya posisinya menjadi tegak. " Kau, tidak punya pilihan.
Geram. Rasanya sangat marah. Naina hanya bisa mengepalkan tangan menahan jutaan kekesalan dihatinya.
" Aku tidak suka Mengatakan hal yang sama dua kali. " Masih dengan posisi dan ekspresi yang sama.
Naina berjalan dengan langkah beratnya. Wajahnya memerah menahan kemarahan.
" Bagus. Semua tidak akan sulit jika kau menurut. " Ucap Arsen sembari membelai rambut Naina. Tangannya mulai merambah ke bagian lain.
" Cukup! " Naina bangkit dari posisinya setelah tangan Arsen mulai menyentuh bagian perutnya.
Arsen benar-benar merasa sangat marah. Ini adalah kali pertama ada seorang wanita yang begitu tidak sudi untuk ia sentuh. Arsen bangkit dari posisinya. Mencengkram dagu Naina dan mendorong tubuhnya hingga sampai ke dinding. " Kau! aku sudah bersikap lembut padamu. Tapi ternyata, kau begitu ingin dikasari.
" Tuan, " Sapa Tomi sembari membuka pintu.
" Katakan.
" Nona Rishi menunggu diluar. Bagaimana?
" Bagus. Tepat waktu sekali. Suruh dia masuk. " Arsen melepaskan tangannya dari dagu Naina dengan kasar.
Tomi menatap Naina pilu. Rasanya, Tuannya benar-benar membuat hati Istrinya terluka. Tomi beranjak pergi setelah menerima perintah. Tak lama, Rishi masuk untuk bertemu Arsen.
" Ar? " Rishi berjalan dengan cepat dan langsung memeluk Arsen. " Aku tidak mau kalau harus jauh darimu.
Menjijikkan. Naina mengalihkan pandangan agar tak melihat pasangan menggelikan batinnya.
" Kau tahu apa yang dilakukan? " Arsen membelai rambut Rishi dengan senyum disisi bibirnya.
Rishi tersenyum sembari mengangguk. Dia mulai mengendurkan dasi Arsen. Perlahan membuka satu persatu kancing kemejanya.
Tidak tahan lagi, Naina membalikkan tubuhnya dan melangkahkan kaki untuk pergi.
" Tunggu! " Naina menghentikan langkah tanpa membalikkan tubuhnya. rasanya, Naina sudah tidak tahan lagi. Dia hanya bisa menangis karena kesal dan jijik. Bagaimana mungkin, ada manusia yang begitu menjijikkan? dia melakukan adegan mesra dihadapannya. Meskipun hanya istri bohongan, bukankah perlu menjaga harga dirinya?
" Aku tidak menyuruhmu pergi kan? kau harus melihat adegan ini. Kau pasti hanya menontonnya di ponselmu kan? anggap saja ini adalah pertunjukkan gratis untukmu.
" Iya. Sepertinya itu juga menyenangkan. " Rishi berucap tapi hatinya menggebu penuh kekesalan. Sejak kapan Arsen begitu perduli pada seorang wanita? tangan Rishi sudah mulai membuka gesper Arsen. ' Grep! Arsen menghentikan kegiatan Rishi tanpa menatapnya. Mata Arsen sibuk menatap Naina yang masih tegak berdiri tanpa melihatnya.
" Kalian sungguh menjijikkan. Kalian seperti binatang.
.........................