Gairah Terlarang Cinta Pertamaku

"Ahhhh... Dad---"

Sabrina terus meracau saat Rako memainkan miliknya di bawah sana. Jari Rako bergerak keluar masuk menciptakan sensasi yang luar biasa untuk Sabrina.

"Dad... aku gak tahan. Ahhhh..."

Rako tersenyum puas saat berhasil membuat Sabrina mencapai puncaknya dengan menggunakan jarinya.

"Kamu siap, Baby?"

Tanya Rako sambil memposisikan rudalnya di pintu lembah Sabrina. Dengan napas yang masih tersengal, Sabrina menganggukkan kepalanya.

Jleb

"Ahhhh... Kamu nikmat Baby."

Rako menggerakkan pinggulnya maju mundur dengan ritme yang teratur. Ia begitu menikmati penyatuan dengan Sabrina.

Begitu juga Sabrina yang tidak berhenti mendesah di bawah kungkungan daddy-nya.

"Faster, Dad. Aku mau sampai."

Rako menuruti keinginan Sabrina, pria paruh baya itu mempercepat ritme nya, sampai akhirnya keduanya mencapai klimaks bersamaan.

Rako ambruk di samping Sabrina, pria itu tersenyum puas karena bisa merasakan lagi nikmatnya lembah Sabrina.

...----------------...

Sementara itu, di tempat yang berbeda, Arzela terlelap di pelukan Nadeo. Selama hampir dua jam pria itu menggempur Arzela tanpa henti, membuat tubuh Arzela lemas karena kehilangan banyak tenaga.

Nadeo menyelimuti tubuh polos Arzela. Ia terkekeh saat mendengar dengkuran halus keluar dari bibir gadis kesayangannya.

"Kamu pasti sangat lelah," ucapnya sambil mengusap pipi lembut Arzela. "Maafkan Kakak. Kakak akan bertanggung jawab, setelah kakak menceraikan Sabrina, kakak akan segera menikahimu."

Cup

Nadeo mengecup kening Arzela. Ia lalu memutuskan untuk membersihkan tubuhnya sebelum Arzela bangun.

Nadeo kembali dari kamar mandi setelah menghabiskan waktu hampir 15 menit. Pria itu terkekeh saat melihat posisi Arzela tidak berubah sedikit pun.

Nadeo duduk di sofa, ia teringat sesuatu sebelum kejadian ini terjadi. Pria itu pun memeriksa ponselnya untuk memastikan sesuatu. Nadeo terlihat melakukan panggilan dengan seseorang, rahangnya mengeras saat mendengar ucapan seseorang itu di seberang telpon.

"Kamu awasi dia, jangan sampai kehilangan jejaknya sebelum aku ke sana!"

Nadeo mematikan sambungan telponnya sepihak bahkan sebelum seseorang di seberang sana menjawab perintahnya.

"Mmhhhh..."

"Sayang... Kamu sudah bangun?" Nadeo menghampiri Arzela saat wanita kesayangannya itu mulai mengerjapkan matanya.

Arzela perlahan membuka matanya, pemandangan yang pertama kali Arzela lihat adalah Nadeo duduk di samping nya sambil bertelanjang dada. Pria itu hanya mengenakan celananya, sedangkan tubuh bagian atasnya sengaja tidak mengenakan apa-apa.

Arzela membelalakkan matanya saat teringat kejadian beberapa waktu lalu, pertempurannya dengan Nadeo.

"𝘈𝘴𝘵𝘢𝘨𝘢, 𝘢𝘱𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘩𝘢𝘳𝘶𝘴 𝘭𝘢𝘬𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘬𝘢𝘳𝘢𝘯𝘨? 𝘗𝘢𝘴𝘵𝘪 𝘒𝘢𝘬 𝘋𝘦𝘰 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯𝘨𝘨𝘢𝘱 𝘢𝘬𝘶 𝘮𝘶𝘳𝘢𝘩𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘬𝘢𝘳𝘢𝘯𝘨."

Arzela menyembunyikan dirinya di bawah selimut. Gadis itu benar-benar malu, apalagi saat menyadari dirinya masih dalam keadaan polos.

"Sayang..."

Nadeo panik dengan sikap Arzela yang seperti itu, dalam pikirannya gadis cantiknya itu marah padanya. Nadeo berusaha menyingkap selimut yang menutupi Arzela.

"Sayang... buka. Kamu marah?" Tanya Nadeo panik.

"Aku malu, Kak." Gumam Arzela di balik selimut. Samar-samar Nadeo mendengar gumaman Arzela di balik selimut.

"Malu kenapa? Ayo buka dulu," Nadeo masih belum mengerti dengan ucapan Arzela. Ia justru semakin panik karena Arzela meringis di balik selimutnya.

"Awwwwwsssshhhh... sakit."

Nadeo yang panik mendengar rintihan Arzela akhirnya menarik paksa selimut yang menutupi tubuh Arzela.

Srettt

Gleg

Nadeo kesusahan meneguk salivanya sendiri, bagaimana tidak, tubuh bagian atas Arzela terpampang di depan matanya, dua gundukan Arzela menyembul karena Nadeo menarik selimutnya.

"Kakak!"

Arzela menarik kembali selimutnya dan langsung menutupi dua bukit kembarnya. Wajahnya memerah menahan marah dan malu bersamaan.

"Maaf, Kakak panik. Kamu kenapa? Itu Kamu sakit?"

"Diam, jangan diperjelas!" Ucap Arzela penuh penekanan.

Wajah Arzela semakin memerah, ucapan Nadeo yang sangat frontal itu membuatnya ingin menenggelamkan dirinya sendiri karena malu.

Nadeo tersenyum lalu memeluk gemas tubuh Arzela yang terbalut selimut. Kini ia paham gadisnya itu merasa malu dengan keadaannya.

"Aku malu Kak," lirih Arzela. Gadis cantik itu mendongakkan wajahnya, bibirnya cemberut sambil menatap Nadeo.

Cup

Nadeo mencium bibir Arzela yang terlihat menggemaskan itu. Entah kenapa Nadeo merasa candu dengan bibir ranum itu.

"Kakak!"

Nadeo terbahak melihat Arzela yang menatapnya tajam, namun keadaannya membuat Arzela hanya bisa pasrah.

"Bibir ini manis, membuatku candu," bisik Nadeo sambil mengusap bibir cerry Arzela.

Blush

Pipi Arzela merona membuat Nadeo tidak bisa lagi menahan tawanya.

"Aku murahan ya, Kak?" Lirih Arzela dengan suara bergetar menahan tangis.

Ucapan Arzela itu berhasil membuat tawa Nadeo terhenti. Nadeo merasa hatinya perih mendengar ucapan gadisnya itu. Karena dia lah penyebab Arzela memiliki perasaan hina itu.

Nadeo menangkup kedua pipi Arzela sambil menggelengkan kepalanya, ia menatap dalam mata berembun itu dengan penuh ketulusan.

"Nggak, Sayang. Kamu sangat berharga." Nadeo merengkuh tubuh itu semakin erat. Dalam hati ia berjanji, tidak ada yang boleh menyentuh Arzela selain dirinya. Selamanya Arzela hanyalah miliknya.

"Tapi---"

"Sttttt! Kakak adalah orang yang sangat beruntung bisa mendapatkanmu, mencintaimu dan dicintai Kamu. Setelah masalah ini selesai kita akan menikah."

Deg

"Maksud Kakak apa? Aku gak mau!"

Arzela begitu terkejut dengan ucapan Nadeo. Tanpa berpikir lagi, Arzela langsung menolak keinginan Nadeo itu.

Nadeo melebarkan bola matanya. Arzela menolak menikah dengannya, apa ia tidak salah dengar, pikirnya.

"Kenapa?" Pertanyaan itu lolos begitu saja dari mulut Nadeo. Bukankah Arzela sangat mencintainya, harusnya dia mau jika Nadeo menikahinya. Apalagi Nadeo sudah mengambil sesuatu yang sangat berharga milik Arzela.

"Aku memang mencintai Kakak, bahkan sangat mencintai Kakak," ucapnya sambil menahan tangis. "Tapi aku sadar, Kakak milik orang lain sekarang. Aku nggak mau menyakiti hati wanita lain, karena aku juga merasa sakit saat orang yang aku cintai menikah dengan orang lain."

Ucapan Arzela itu begitu menyayat hati Nadeo. Tanpa sadar pria itu kini menitikkan air matanya. Ia lah penyebab kesedihan Arzela, ketidak berdayaannya tanpa sadar sudah menyakiti hati gadis setulus Arzela.

Andai ia tidak egois ingin lepas dari keluarga Erlangga, andai Nadeo lebih tegas menolak Harleya, mungkin Arzela tidak akan tersakiti seperti saat ini.

"Maaf... maafkan kakak."

Nadeo mendekap Arzela yang kini meraung di dalam pelukannya. Dua insan yang dipisahkan oleh takdir itu sama-sama menangisi jalan cintanya yang berujung perpisahan.

"𝘒𝘢𝘬𝘢𝘬 𝘣𝘦𝘳𝘴𝘶𝘮𝘱𝘢𝘩, 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘢𝘭𝘢𝘴 𝘴𝘦𝘮𝘶𝘢 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘶𝘢𝘵 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘢𝘯𝘨𝘪𝘴. 𝘔𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘢𝘺𝘢𝘳 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘴𝘦𝘮𝘶𝘢 𝘢𝘪𝘳 𝘮𝘢𝘵𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘒𝘢𝘮𝘶 𝘬𝘦𝘭𝘶𝘢𝘳𝘬𝘢𝘯."

...----------------...

"Kakak akan mengantarmu pulang."

Arzela sudah berpakaian rapi, wajahnya tetap terlihat cantik walaupun matanya sedikit sembab. Gadis cantik itu hanya bisa pasrah saat Nadeo ingin mengantarnya pulang. Arzela sudah tidak memiliki tenaga untuk sekedar membantah. Bahkan saat Nadeo menggendongnya pun Arzela hanya diam.

Nadeo menggendong Arzela keluar dari kamar pribadinya.

"Apa kalian sangat menikmatinya?"

Deg

Bugh

"Abang!"

𝘛𝘰 𝘣𝘦 𝘤𝘰𝘯𝘵𝘪𝘯𝘶𝘦𝘥