Merebut Cintamu

"Kamu akrab sama Rangga?". tanya Restandi ingin tau. Lebih tepatnya curiga.

"Dulu sih iya, waktu masih sekolah aku sering main ke rumah Revita. Tapi sekarang jarang ketemu". Arleta tersenyum. Dia jadi tidak enak pada Restandi harusnya dia bilang akan pergi dengan Revita hari ini. Restandi lega mendengar jawaban Arleta. Walaupun dia dokter ahli bedah jantung tapi jantungnya tetap satu. Hari ini dia di kejutkan dengan beberapa hal. Selama ini dia taunya Kevin belum pernah tau tentang Rangga. Restandi berkesimpulan kalau Tanggalan yang menggantikan Kevin di Singapore. Seorang prajurit harus tau medan pertempurannya. Dia sedang memperjuangkan Arleta. Tapi kalau dari jawaban Arleta dia tidak perlu khawatir. Lagipula dia sudah mengikat Arleta , Restandi menghibur dirinya sendiri.

"Kita mau makan di mana?". tanya Restandi pada Arleta.

"Terserah kamu". Arleta menatap Restandi sambil tersenyum. Pria ini sudah baik hati meluangkan waktu harusnya makan apapun yang dia suka.

"Ok. Jangan protes ya". Restandi memberikan tantangan. Sedikit banyak dia sudah tau makanan yang Arleta suka dari Armando. Tapi kali ini Restandi ingin Arleta mengetahui tentang dirinya. Makanan apa yang dia suka.

Mereka masuk ke sebuah Restauran. Dari menu yang Restandi pesan Arleta jadi tau makanan yang Restandi suka. Dia berpikir mungkin satu hari nanti harus belajar untuk bisa memasak menu tersebut untuk Restandi. Tapi ko pikirannya kejauhan ya. Mereka menikmati makan siang tanpa mengobrol. Setelah selesai makan Restandi menatap Arleta sambil tersenyum. Arleta ternyata tidak protes dengan menu pilihannya. Hal itu membuat Restandi senang. Tanpa sadar dia menatap jam di tangannya. Ternyata dia harus segera kembali ke rumah sakit.

"Arleta kamu hari ini libur kan?". tanya Restandi sambil menjalankan mobilnya.

"Iya, kenapa?". Arleta berpaling menatap tunangannya.

"Keberatan ga mampir rumah sakit besar sebentar? Aku ada janji dengan pasienku". Melihat waktu tidak mungkin bagi Restandi mengantar Arleta pulang. Mengingat jarak yang harus di tempuh dan keadaan lalu lintas yang padat. Membiarkan Arleta pulang seorang diri juga Restandi tidak mau.

"Ok, ga masalah ko". jawab Arleta setelah berpikir sebentar. Dia juga ingin tau suasana kerja pria itu. Maka merekapun menuju ke rumah sakit. Restandi memarkir mobilnya di tempat khusus miliknya. Tentu saja, ayahnya kan pemilik rumah sakit itu. Setelah itu Restandi menggandeng Arleta memasuki rumah sakit. Di gandeng oleh tunangannya ini bukan hal baru bagi Arleta. Namun hal itu peristiwa yang baru terjadi di rumah sakit besar tersebut. Dokter Restandi menggandeng seorang gadis baru kali itu para staf melihatnya. Mereka memang sudah dengar dokter tampan itu bertunangan, tapi belum jelas tentang tunangannya. Restandi seperti tidak menyadari apa yang dilakukannya. Tapi Arleta dengan jelas melihat reaksi yang ditimbulkan. Para staf ada yang berbisik-bisik, menatap dengan terkejut dan tersenyum tulus. Dari reaksi para staf itu Arleta jadi tau betapa populernya tunangannya itu. Ada perasaan bangga dalam hatinya. Di satu sisi dia juga tersipu malu karena banyak yang memperhatikannya. Mereka tiba di ruang kerja milik Restandi. Pria itu membuka pintunya dan mempersilahkan Arleta masuk terlebih dahulu. Ruangan itu besar dan rapih. Selain meja kerja ada tempat tidur, sofa dan lemari buku. Ruangan itu dilengkapi tv dan peralatan yang menunjang pekerjaan Restandi. Setelah Arleta puas mengamati Restandi menunjukan ruang prakteknya yang terhubung pintu putih. Ruangan itu lebih kecil namun lengkap dan di tunjang peralatan medis. Arleta bisa mengerti karena profesi yang di miliki Restandi. Tiba-tiba sebuah pintu terbuka dan masuklah seorang gadis yang tampak terkejut melihat mereka.

"Loh, dokter sudah kembali". tanya gadis itu.

"Monika kenalkan ini tunanganku Arleta". seru Restandi yang di respon gadis itu dengan menghampiri Arleta.

"Saya sudah pernah lihat wajah mbak Arleta, itu". Monika menunjuk sesuatu di meja Restandi. Ternyata itu fotonya bersama Restandi. Arleta terkejut dengan apa yang dilakukan pria itu. Memajang foto mereka. Arleta sendiri tidak melakukan itu walau dia memiliki album pertunangan mereka.

"Arleta kamu tunggu aku sebentar ya di ruang sebelah. Aku ketemu pasien dulu". Restandi memutus pikiran Arleta dengan berkata lembut padanya. Tangan pria itu sibuk mengenakan jas putihnya.

'Ok, aku tunggu di sebelah". Dengan perasaan bangga Arleta kembali ke ruang besar di sebelah. Dia suka melihat Restandi dengan jas putihnya. Perjodohan ini jadi hal yang menarik bagi Arleta. Mengenal calon suaminya merupakan pengalihan yang baik dari rasa kecewa dan sakit hatinya. Arleta kembali mengamati ruangan besar itu. Ada lemari pendingin juga rupanya, Arleta membukanya. Terdapat air mineral dan minuman lainnya. Tapi Arleta tidak haus. Jadi dia menutup kembali pintu lemari pendingin tersebut lalu beranjak dan duduk di sofa. Di salah satu sisi dinding Arleta melihat foto-foto yang terpampang, ternyata peristiwa pada saat Restandi mendapat penghargaan. Ternyata prestasinya banyak dalam bidang kedokteran. Arleta semakin bangga pada Restandi. Dinyalakannya tv lalu mencari siaran yang menarik hatinya. Tapi kemudian dia merasa bosan. Di rumah pun Arleta jarang menonton tv. Arleta mengintip ke ruang praktek Restandi dengan hati-hati. Rupanya terjadi percakapan yang serius antara dokter dan pasien. Arleta memutuskan untuk keluar sebentar untuk melihat-lihat rumah sakit itu. Dia menyusuri lorong rumah sakit sambil melihat-lihat. Karena Arleta berjalan seorang diri tentu tidak ada yang mengenal dirinya. Arleta tengah memperhatikan poster tentang kesehatan karena menarik ketika di dengarnya suara yang agak keras.

"Saya kan sudah katakan berikan pada saya, kenapa kamu langsung serahkan pada dokter Restandi?". Arleta melihat seorang wanita berjas putih, pasti dia dokter. Wajahnya cantik, penampilannya lumayan tapi sepatunya yang terlalu tinggi Arleta rasa tidak cocok di gunakan untuk bekerja di rumah sakit. Wajah dokter itu terkesan marah sambil bicara pada seorang suster yang tampak ketakutan.

"Maaf Bu dokter, tapi suster Monika sudah memintanya pada saya, katanya di suruh dokter Restandi". suster itu menunduk takut.

"Alasan saja kamu". Dokter wanita itu berlalu dengan kasar. Arleta masih melihat dokter itu melangkah menjauh.

"Mbak Arleta kenapa?". tiba-tiba Monika bertanya sambil memegang tangannya. Arleta terkejut.

"Eh Monika, saya kaget. Itu siapa?". tanya Arleta sambil menunjuk dokter wanita tadi. Monika memperhatikan sejenak.

"Oh itu dokter Rika mbak. Dia dokter senior di sini. Katanya sih satu fakultas sama dokter Restandi". Monika tersenyum pada Arleta.

"Oh dokter senior". Arleta paham, pantas dia berani marah-marah pada suster tadi.

"Dokter Rita itu sombong mbak. Katanya dari keluarga berada makanya dia banyak maunya.". Monika berbisik pada Arleta.