Finn kembali untuk membalaskan dendam kematian kedua orang tuanya. Dengan bantuan ayah angkatnya, Finn meminta dijodohkan dengan putri dari pembunuh kedua orang tuanya, yaitu Selena.
Ditengah rencana perjodohan, seorang gadis bernama Giselle muncul dan mulai mengganggu hidup Finn.
"Jika aku boleh memilih, aku tidak ingin terlahir menjadi keturunan keluarga Milano. Aku ingin melihat dunia luar, Finn... Merasakan hidup layaknya manusia pada umumnya," ~ Giselle.
"Aku akan membawamu keluar dan melihat dunia. Jika aku memintamu untuk menikah denganku, apa kamu mau?" ~ Finn.
Cinta yang mulai tumbuh diantara keduanya akankah mampu meluluhkan dendam yang sudah mendarah daging?
100% fiksi, bagi yang tidak suka boleh langsung skip tanpa meninggalkan rating atau komentar jelek. Selamat membaca dan salam dunia perhaluan, Terimakasih 🙏 🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fajar Riyanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15 : TDCDD
"Kedua orang tua kamu dimakamkan di pemakaman pribadi keluarga Milano, kemungkinan besar Tuan Andreas sudah mengantisipasi hal ini jika sewaktu-waktu putra Bram akan kembali untuk membalas dendam hingga dia memakamkan mereka disana."
Selesai merapikan jasnya, Finn berjalan mendekati Riyan yang tengah duduk di depan komputernya. Malam ini dia akan bertunangan dengan Selena.
Riyan mulai mengotak-atik komputernya, dia menunjukkan sebuah foto pada Finn. Foto seorang wanita yang sedang menggendong bayi perempuan dan disampingnya berdiri tuan Andreas sewaktu masih mudanya dulu.
"Namanya adalah Giana, dan yang digendong ini adalah putrinya, Giselle Milano. Menurut sumber, tuan Andreas memutuskan menikah lagi dengan Giana karena jatuh cinta pada pandangan pertama dengan wanita itu. Istri pertama tuan Andreas menentang pernikahan mereka, tapi sayangnya dia tidak bisa membujuk suaminya untuk tidak menikah lagi. Akhirnya pernikahan kedua itupun terjadi." terang Riyan.
Finn menegakkan kembali tubuhnya, memperhatikan wajah anak berusia satu tahunan dalam foto itu, kenapa rasanya cukup familiar?
"Lalu bagaimana dengan kematian mereka?"
"Simpang siur, ada yang mengatakan jika Giana mati bunuh diri karena merasa malu setelah ketahuan berselingkuh, tapi ada juga yang berpendapat jika sebenarnya wanita itu mati karena dibunuh. Sementara putri mereka, Giselle Milano, tidak diketahui keberadaannya. Saat itu tuan Andreas hanya mengumumkan jika putri mereka sudah meninggal karena sakit tepat beberapa hari setelah Giana dimakamkan." Riyan menunjukkan foto lainnya, foto Sonia dan Selena sewaktu Selena masih kecil.
"Keputusan kamu sudah tepat dengan bertunangan dengan Selena. Kamu bisa menggali lebih dalam lagi jika berhasil masuk menjadi salah satu anggota keluarga Milano. Selain kamu bisa menemukan makam kedua orang tua kamu, kamu juga bisa mencari tau tentang Giana dan Giselle, benar mereka sudah mati, atau kematian mereka hanya rekayasa saja," sambungnya.
Dalam hal ini Finn dan Riyan tidak sendirian, tuan Mark telah membayar orang-orang kepercayaan untuk membantu mereka. Dan dengan bantuan orang-orang itu Riyan bisa mendapatkan informasi ini.
"Lalu bagaimana dengan laki-laki selingkuhan istri kedua Andreas? Apa dia masih hidup?"
"Pertanyaan yang bagus Finn, kamu harus bisa melakukan pendekatan dengan calon mertuamu itu supaya kamu bisa mencari tahu tentang informasi ini," Riyan menurunkan intonasi suaranya saat mendapatkan tatapan tajam dari Finn.
"Kenapa menatapku seperti itu? Bukankah aku benar jika dia adalah calon mertuamu?" ledeknya sambil menaik turunkan kedua alisnya.
"Tutup mulutmu! Aku akan pergi sekarang, kamu masih mau tetap disini atau mau ikut?!" Finn berjalan lebih dulu meninggalkan ruangan tersebut. Dia tidak sudi menyebut laki-laki biadab itu sebagai calon mertua.
"Hei Finn, tunggu aku...!!!" seru Riyan, dia berlari mengejar Finn sampai keluar rumah. Malam ini Finn memang sengaja mengunjungi Riyan dirumahnya untuk membicarakan hal serius sekaligus menjemput sahabatnya itu untuk diajak ke acara pertunangannya.
💚
💚
💚
Kayla dan Bi Nilam keluar dengan membawa kue dan minuman yang sudah ditaburi dengan obat tidur untuk para bodyguard yang sedang berjaga diteras rumah.
"Tumben sekali kalian memberi kami makanan yang enak-enak, kalian tidak sedang merencanakan sesuatu kan?" tanya salah satu bodyguard, menatap curiga pada Kayla dan Bi Nilam.
"Tinggal makan saja kok repot! kalau tidak mau ya sudah, saya makan sendiri aja makanan-makanan ini!" Bi Nilam mengambil kembali piring di atas meja, namun salah satu bodyguard merebut piring itu dari tangannya.
"Ya sudah ini kami makan, sekarang kalian cepat masuk sana dan jangan keluar-keluar lagi!"
Bi Nilam dan Kayla saling menatap, mereka pun mengangguk dan segera masuk ke dalam rumah. Para bodyguard itu mulai mencicipi kue buatan Bi Nilam, bahkan ada yang memakannya dengan sangat rakus. Beruntung mereka tidak curiga sama sekali jika makan-makan itu sudah dicampur dengan obat tidur yang dibawa oleh Kayla kemarin.
Rasa pusing dan kantuk mulai menghampiri mereka saat kue-kue itu hanya tersisa sedikit. Satu persatu dari mereka mulai menguap. Ada yang langsung terlelap sambil duduk di atas kursi, ada juga yang mengambil posisi tidur diatas lantai dengan duduk bersandar pada tembok.
Giselle keluar dari dalam kamarnya, menghampiri Kayla dan Bi Nilam yang sedang mengintip para bodyguard dari balik tirai.
"Kita berhasil Gis," seru Kayla dengan wajah sumringah.
Mata Bi Nilam nampak berkaca-kaca, wanita berusia 45 tahunan itu memeluk Giselle dengan sangat erat.
"Bibi akan mendoakan Non dari sini, semoga apa yang menjadi keinginan Non bisa terkabulkan," Bi Nilam melepaskan pelukannya, mengusap wajah Giselle dengan lembut. "Non hati-hati ya?"
"Makasih ya Bi," Giselle tersenyum hangat, memeluk Bi Nilam sebentar.
"Kayla, kamu ikut dengan Non Giselle, jaga dia," perintah Bi Nilam.
Kayla mengangguk setuju, "Ayo Gis, kita harus bergerak cepat sebelum para bodyguard itu bangun dan memergoki kita."
Bi Nilam keluar lebih dulu, dia meraba-raba kantong celana dan jaket para bodyguard itu, mencari kunci untuk membuka gembok yang melingkar di pintu gerbang. Setelah mendapatkannya, Bi Nilam membuka gembok tersebut. Sebelum pergi, Giselle memeluk kembali Bi Nilam sebentar, lalu dia dan Kayla berlari meninggalkan rumah pengasingan.
Nafas keduanya terengah-engah, mereka telah berhasil lari jauh dari rumah dan sampai di pertigaan jalan. Karena jalan sepi dan tidak ada taksi yang lewat, Giselle dan Kayla terpaksa berjalan lagi sampai mereka menemui jalan raya, ternyata berpetualang malam-malam begini rasanya sangat mengasyikkan.
Kayla menyetop taksi yang lewat, mereka naik ke dalam taksi dan meminta supir taksi itu untuk mengantarkan ke alamat yang disebut oleh Kayla.
Acara pertunangan Finn dan Selena diselanggarakan disebuah gedung dan dibuat semewah mungkin. Ribuan tamu undangan sudah memenuhi ruangan. Para tamu yang hadir harus menunjukkan kartu undangan sebelum masuk.
"Gimana nih Gis? Kita tidak bisa masuk tanpa kartu undangan. Dan juga, bagaimana jika anak buah papa kamu mengenali kita? Kita pasti akan langsung digeret pulang." Kayla menatap gedung itu dari kejauhan, dia dan Giselle tengah berdiri di deretan mobil yang terparkir di halaman gedung tersebut.
Giselle sendiri nampak bingung, dia mulai memikirkan cara untuk masuk. Hingga sebuah ide muncul saat dia melihat seorang wanita keluar dari pintu samping gedung tersebut. Giselle mengambil sapu tangan dari dalam tas selempangnya dan menaburinya dengan obat bius. Dia meminta Kayla membeli obat itu tadi siang, untuk berjaga-jaga saja dan ternyata obat itu berguna sekarang.
"Kamu mau apa Gis?"
"Huss... Ayo kita kesana!" dengan berjalan mengendap-endap, Giselle menghampiri wanita yang pakaian pelayan itu, lalu dia membekapnya dari arah belakang hingga wanita itu tidak sadarkan diri.
Giselle dan Kayla memapah tubuh wanita itu masuk melalui pintu samping, mereka menemukan sebuah ruangan yang penuh dengan barang-barang bekas, sepertinya itu adalah gudang yang tidak terpakai.
"Kay, bantu aku membuka bajunya, aku akan menyamar menjadi pelayan supaya bisa masuk ke dalam pesta. Kamu tunggu disini saja, takutnya wanita ini sadar dan berteriak."
Kayla mulai melucuti pakaian yang dipakai oleh wanita itu dan memberikannya pada Giselle, mereka saling bertukar pakaian. Dengan begini dia tidak akan mudah ketahuan.
"Kamu hati-hati Gis, aku akan menunggu kamu disini," Kayla menatap Giselle yang sudah rapi dengan pakaian pelayan.
Giselle mengangguk dan memeluk Kayla sebentar, "Aku keluar dulu ya Kay, kamu juga hati-hati disini, jangan sampai ketahuan oleh para penjaga!"
Giselle membuka pintu ruangan itu sedikit dan menjulurkan kepalanya keluar untuk memastikan tidak ada penjaga yang lewat. Setelah memastikan semuanya aman, dia mulai melangkah kakinya keluar dan berjalan ke arah ruangan dimana pesta sedang berlangsung.
"Hei, dari mana saja kamu?"
...✨✨✨...