NovelToon NovelToon
Gadis Penjual Jamu Dan Tuan Impoten

Gadis Penjual Jamu Dan Tuan Impoten

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Lari Saat Hamil / Anak Genius / Anak Kembar / Disfungsi Ereksi
Popularitas:212.9k
Nilai: 4.7
Nama Author: Pena Remaja01

Daniel Van Houten, mafia berdarah dingin itu tak pernah menyangka di vonis impoten oleh dokter. Meski demkian Daniel tidak berputus asa, setiap hari ia selalu menyuruh orang kepercayaannya mencari gadis per@wan agar bisa memancing perkututnya yang telah mati. Hingga pada suatu malam, usahanya membuahkan hasil. Seorang gadis cantik berlesung pipi berhasil membangunkan p3rkurutnya. Namun karna sikap tempramental dan arogannya, membuat si gadis katakutan dan memutuskan melarikan diri. Setelah 4 tahun berlalu, Daniel kembali bertemu gadis itu. Tapi siapa sangka, gadis itu telah memiliki tiga anak yang lucu-lucu dan pemberani seperti dirinya.
____


"Unda angan atut, olang dahat na udah tami ucil, iya tan Ajam?" Azkia

"Iya, tadi Ajam udah anggil pak uci uat angkap olang dahat na." Azam

"Talau olang dahatnya atang agi, tami atan ucil meleka." Azura.

_____

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pena Remaja01, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 32 Ajam Imik cucu Unda

Daniel kembali masuk ke dalam kamar. Ia membawa piring berisi makanan tanpa memperdulikan tatapan Ayang yang tidak menyukainya.

Setelah meletakkan kursi di sebelah ranjang, Daniel duduk di sana, bersiap menyuapkan ayang.

"Melmangnya Om bisa uapkan Unda?" tanya Azkia yang tadi juga ikut membantu Daniel membawa segelas air untuk bundanya.

Daniel menoleh pada bocah yang berdiri di sampingnya sambil mengusap kepala bocah itu. "Tentu bisa," jawab Daniel yakin, lalu ia mulai menyendok makanan di dalam piring dan menyodorkan ke mulut Ayang.

"Om, baca Doa duyu." Azam yang tengah memijit lengan Ayang memperingatkan.

"Doa?" Daniel mengulang perkataan bocah itu dengan kening berkerut.

"Cebelum mamam kan halus baca doa duyu." Azura menimpali.

"Oh, iya." Mulut Daniel kemudian bergerak-gerak seperti mengucapkan sesuatu tanpa terdengar lafasnya. Lalu ia kembali menyodorkan sendok yang telah berisi makanan kemulut Ayang.

"Ehem. Buka mulut kau," perintahnya karna Ayang tak juga membuka mulut.

Azam, Azkia dan Azura, menatap heran pria berwajah dingin itu, karna kata-kata yang diucapkannya terdengar aneh.

"Om! Bulkan begitu calanya!" pekik Azkia.

Daniel kembali meletakkan sendok ke dalam piring. "Bagaimana?"

"Begini calanya." Azkia kemudian mengambil sendok yanga ada di piring Daniel. Ia mencontohkan cara Udin ketika menyuapkan makanan kebundanya ketika Ayang sakit. "Begiltu calanya! Om, ica ngak?"

Daniel mengangguk tanda mengerti dan lansung mempraktekkan cara yang telah di ajarkan Azkia. "Aya, ayo makan dulu, aaaa, aaaa." Mulut Daniel ikut terbuka menirukan kata yang diucapkan Azkia. Namun, bukannya membuka mulut Ayang malah berpaling.

"Kok Unda ngak awu mamam?" Azkia merasa heran.

"Unda, Unda kok ngak awu mamam? Unda ngak lapal ya?" tanya Azam.

Ayang mengangguk pada bocah yang sedang memijat tangannya. Sebenarnya bukan tidak lapar, hanya saja Ayang begitu benci pada pria yang duduk di sebelahnya. Namun, ia juga tak kuasa menyuruh pria itu pergi.

Semenjak kembali bertemu Daniel, Ayang dilema. Di satu sisi ia begitu membenci pria Iblis itu, pria yang telah membuatnya kehilangan sosok ayah, pria yang juga telah membuatnya tidak bisa bicara lagi. Tapi, di sisi lain Ayang juga tidak ingin anak-anaknya kelak bernasib sama dengan dirinya, tidak memiliki sosok ayah. Seberapapun dirinya membenci Daniel, tapi Ayang juga tidak bisa merubah takdir jika pria itu adalah ayah biologis dari anak-anaknya.

Tiba-tiba saja Ayang tersentak melihat pria itu berdiri dan membisikkan sesuatu ketelinganya. Sontak kedua bola mata Ayang membulat menatap pria itu.

Namun, dengan santainya Daniel kembali duduk dan menyodorkan kembali sendok ke mulut Ayang.

Ayang menatap pria itu dengan bola mata berkilat-kilat, ada amarah yang begitu besar dari sorot matanya.

"Aya, buka mulutnya, aaaa, aaaa."

Daniel kembali menirukan gaya bicara Azkia meski kikuk dengan bahasa yang di gunakan.

Entah apa yang di bisikkan Daniel, kali ini Ayang membuka mulut, membiarkan pria itu menyuapkan makanan.

"Yeii! Unda udah uwu mamam!" Azkia berlonjak kegirangan, begitupun Azam dan Azura, mereka terlihat senang melihat Bunda mereka mau makan.

Daniel ikutan tersenyum melihat reaksi anak-anaknya.

.

.

.

Sore harinya, Daniel mendatangi kamar Udin, ia menyuruh pria itu memandikan anak-anak. Selain itu Daniel juga meminta Udin agar segera mengatakan pada anak-anak bahwa dia lah ayah kandung mereka.

"Kamu sabarlah, biarkan mereka dekat dulu denganmu."

"Mereka semua sudah dekat denganku!" sahut Daniel penuh percaya diri. Ketika menyuapkan Ayang makan tadi, anak-anak memang mulai bercanda dengannya, bahkan dengan santainya Azkia duduk dipangkuannya

Udin memutar bola mata malas. "Dekat apa? Buktinya memandikan mereka saja kamu gak bisa. Banyak lagi hal yang perlu kamu ketahui dari mereka, jangan terlalu memaksakan kehendakmu saja."

Daniel melepaskan keluhan halus. "Aku bukan tidak bisa, hanya saja aku belum pernah memandikan anak!" sengit Daniel tak mau kalah.

Udin menggelengkan kepala, tak tau bagaimana menjelaskan pada pria egois di depannya. "Terus, setelah mereka tau kamu Ayah mereka? Kamu mau apa? Apa kamu mau ambil alih hak asuh mereka dari Ayang?" tanya Udin dengan wajah serius.

Agak lama Daniel menjawab. "Tidak."

"Jika itu saja yang kamu inginkan? Baiklah, akan kukatakan pada mereka sekarang."

Daniel terdiam, menatap punggung pria gemulai yang telah berjalan keluar dari hunian. Ia tengah mencerna apa yang diucapkan Udin barusan.

"Hai, tunggu!" Daniel berteriak memanggil pria gemulai yang telah berada agak jauh darinya.

"Apalagi?" tanya Udin ketus.

Daniel mendekat, beberapa kali ia berdeham sebelum bicara. "Hmm, jangan dulu kau beri tau," ucapnya kemudian.

Udin tersenyum sinis. "Kenapa? Bukankah kamu ingin mereka tau kamu Ayah mereka?" Udin menatap Daniel dengan kedua tangan di silang ke dada.

Daniel menghela nafasnya dalam. "Ya, aku akan bersabar sampai mereka dekat denganku."

Udin menyunggingkan  senyum sinis. "Sekarang aku mau tanya satu hal sama kamu?"

"Apa?"

"Anggap mereka sudah tau kamu adalah Ayahnya. Terus mereka bertanya padamu begini, apa hubunganmu dengan Bunda mereka? Kemana kamu selama ini? Apa yang akan kamu jawab?"

"Sudah kubilang, kau tidak perlu memberi tahu mereka sekarang!"

Udin terkekeh pelan sambil geleng-geleng kepala. "Jawab dulu. Anggap saja tanyaku barusan adalah tanya anak-anak. Apa hubungan kamu dengan Bunda mereka?"

Daniel bungkam, ia tak bisa menjawab pertanyaan pria itu. "Kau tidak perlu banyak tanya. Lakukan saja apa yang kusuruh."

Udin meruncingkan bibirnya. "Siapa kamu menyuruh-nyuruh aku. Saudara bukan, suami apa lagi?"

"Bangsat! Cepatlakukan apa yang kuperintahkan!"

"Iya iya, galak banget! " Udin segera berlari ketika melihat Daniel berjongkok ingin mengambil batu.

.

.

.

Setelah memandikan anak-anak, Daniel menyuruh Udin pergi. Ia ingin pria itu memberikannya waktu untuk mendekatkan diri dengan anak-anak.

Udin setuju, sebelum pergi ia berpesan pada Daniel agar membuatkan susu untuk anak-anak. Udin juga memberitahukan berapa takaran susu dan air panas serta campuran air dingin.

Malamnya, Daniel masih berada di kamar yang ada di lantai dasar. Ia sedang menemankan anak-anak yang asyik bermain. Azkia, Azam dan Azura bergantian naik ke punggung Daniel dan Daniel pun bergerak merangkak diatas lantai. Sesekali ia juga melirik ke arah Ayang yang masih berada diatas ranjang.

Jam delapan malam, anak-anak mulai rewel. Azam mendekati Ayang yang hanya berbaring diatas tempat tidur. Begitupun Azkia dan Azura mulai merengek meminta dibuatkan susu.

"Biar aku saja yang membuatkan susu untuk mereka." Daniel menawarkan diri.

"Melmangnya Om bisa?" tanya Azkia.

"Tentu saja bisa."

Segera Daniel pergi ke dapur untuk membuatkan mereka susu. Tidak lama ia kembali lagi membawa tiga botol susu yang baru di buatnya.

"Itu, satu agi uat ciapa?" tanya Azura.

"Buat Azam," jawab Daniel.

"Ajam ngak imik cucu ini, Ajam imik sama Unda."

Daniel melihat Azam yang tangah bergayut di tubuh Ayang.

"Om, kelual! Ajam awu imik!" teriak Azam dari atas tempat tidur.

1
angel
semangat Thor
Mirabel
lama lama males bacanya
Mirabel
kerjanya cuma melamun ,makan ,tidur aja .buka hatimu ayang supaya hidupmu bahagia dan buang rasa dendam dan kebencian yg mendalam .pasti kau akan hidup tenang dan bahagia
Mei Wulandari
matanee🙊
Fb.Ig. Panggung Sandiwara
mereka di Medan ya?
logat orang Batak
Helen Nirawan
lama2 emosi ma neh cewe ,
Helen Nirawan
Aduhh thor bikin daniel sedikit tobat gt jgn sadis2 gt ma Ayang , klo.ma musuh seh bodo amat
Helen Nirawan
eh Azkia ? cewe ?
Helen Nirawan
Oooo iii jgn galak3 napa bis makan cabe 100 kg mang nya ? ampun d
Fb.Ig. Panggung Sandiwara
indo Belanda Thor
Van itu nama Belanda lhoo
Nanik Rusmini
dadar modus pak su 😆
Erviana Erastus
anak manja ...
Syafrinal Endri
lanjut Thor yg banyak bab nya
zero mind
peelunya tajir itu, bisa bantu orang kesusahan, pasti masih bertebaran orang yang susah perlu bantuan,di pasar pasar, rumah sakit di pelosok pelosok... kesempatan bagi yangbtajir melintir tolong sesama./Angry//Angry//Angry/
Bunda Vi
sedih bngt Thor padahal ceritanya bagus...aku jga baru bergabung tp ga di lanjut...semangat trs berkarya Thor semoga suatu saat hasilnya memuaskan/Good/
Resyaaro
Gpp gk di lanjt. Asal seru aja thor cerita nya👌🙂
Iqlima Al Jazira
semangat ya thor, semoga ke depannya author mendapatkan hasil sesuai harapan. terimakasih sudah menghadirkan cerita bocah cadel🙏
Dhewa Shaied
Luar biasa
Idah aja
Ya sedih deh kl ga lanjut/Cry/
khadizah thea: jangan pindah Thor
Sasa Sasa: Mau gimana lagi. Aku mau bawa buku ini ke pf lain. semua bab nanti ku ubah
total 2 replies
Casudin Udin
Luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!