Karyaku yang ke 15, ga kerasa ya... Alhamdulillah
Lanjutan cerita Laras ma Bintang, menceritakan kedua anak kembarnya. Si ceriwis Zara dan tentunya si pendiam Zayd, tak lupa dengan anak-anak dari saudara dan para sahabat Laras dan Bintang.
Di cerita ini ga lepas peran orang tuanya ya, karena peran Laras tentunya sangat penting untuk dunia Mafia nya.
Semoga karya ini, diterima dengan baik. Aamiin
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nike Julianti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 11
Laras segera mengetik nama, yang di sebutkan oleh kliennya. Laras cukup terkejut dengan semua itu, ia tersenyum smirk. Sedangkan pria yang menjadi klien Laras, kini tengah menatap kosong ke luar jendela kantornya. Tak lama ia mendapatkan email dari Laras, gegas ia membuka email tersebut.
DEG
"Bagaimana bisa aku tertipu selama 3 tahun, oleh wanita berwajah polos dan lugu ini. Bahkan ayahnya pun, menipuku selama setahun ini? Hahahaha" pria itu tertawa miris
"Kau ternyata liar, baiklah aku akan membalas rasa sakit ku berkali lipat. Jangan salahkan aku menjadi pria jahat, ini semua kamu yang memintanya." ucapnya lagi, kedua tangannya mengepal erat. Bahkan kedua matanya juga, memancarkan amarah yang sangat besar.
.
.
Di perusahaan milik Bintang, saat ia baru saja tiba di perusahaan. Bintang terkejut, saat akan mengambil tas miliknya. Ternyata ada kantong keresek hitam juga di sana, Bintang segera mengambil kantong keresek tersebut dan membukanya.
"Ya Allah, ini jajanan duo Serigala." Bintang segera menghubungi Laras
'Assalamu'alaikum... Mau nanyain jajanan anak-anak yang kebawa ya?'
"Wa'alaikum salam, emang dasar anak dukun. Tau aja" jawab Bintang terkekeh, terdengar suara decakan kesal ang istri.
'Bapak jangan sembarangan ya kalo bercuap, mana ada saya dukunnya.'
"Apanya dong bu?"
'Saya jinnya lah, dukun aja takluk.' pecahlah tawa Bintang, ia sangat suka bila bercakap-cakap dengan istrinya. Selalu menjadi hiburan untuknya
"Jadi gimana ini jajanan anak-anak?"
'Makan aja sama hubby, atau nggak kasiin sama siapa. Soalnya Zara barusan ngamuk, sama mama Ajeng langsung di ajak lagi ke sekolah.'
"Oke, ya udah kalo gitu yayah meeting dulu ya bun."
'Okkeee... Semoga Allah memberikan kelancaran dalam segala hal, pulang ke rumah dengan selamat.'
"Aamiin... Kalo ada apa-apa, hubungi yayah."
'Siap kapten, Assalamu'alaikum'
"Wa'alaikum salam"
Panggilan pun selesai, Bintang segera melangkahkan kakinya ke dalam perusahaan. Tak lupa ia berikan jajanan anak-anaknya, pada OB yang kebetulan sedang mengepel lantai.
"Waduh, makasih pak." Bintang hanya menganggukkan kepalanya, dan berlalu pergi.
"Emang kalo rejeki ga bakal kemana, CEO itu baik cuma dingin banget." OB itu kembali mengerjakan tugasnya.
.
.
"Apa ada meeting lain setelah ini, om?" tanya Bintang, pada asisten pilihan Laras dulu
"Ada undangan makan siang, dengan tuan Johan Redfill. Meeting dengan tuan Lucas jam 2, berkait penandatanganan kontrak. Meeting tahunan perusahaan, jam 5." jawab om Juli, Bintang menganggukkan kepalanya
"Makan siang batalkan saja om, entah kenapa saya tidak pernah suka berhubungan dengan tuan Johan. Ia pasti selalu membawa putrinya, dan menyodorkan untuk saya nikahi. Padahal sudah tau aku sudah menikah, bahkan sudah memiliki dua putra. Bukankah putrinya, sudah mempunyai kekasih? Apa seperti itu caranya berbisnis, kenapa saya tidak tau? Berapa lama lagi kontrak kerja sama kita, bersama perusahaannya?"
"Masih ada 1 bulan"
"Jangan di lanjutkan om, feeling ku sangat jelek." om Juli mengangguk
"Majukan meeting dengan tuan Lucas, di jam makan siang. Begitu juga dengan rapat tahunan perusahaan, majukan jadi jam 2. Aku ingin pulang lebih cepat.... Ahh, satu lagi om. Berhenti memanggil saya tuan muda, saya kan sudah bilang berkali-kali." om Juli tersenyum
"Maaf nak Bintang, tidak akan saya ulangi." Bintang tersenyum tipis
Tok tok
"Tuan, tuan Dimas sudah menunggu di ruang meeting." ucap sekertaris Bintang
"Baiklah, ayo om. Semua berkas sudah lengkap kan?" om Juli mengangguk
Bintang dan om Juli berjalan ke ruang meeting, sedangkan sekretaris menunggu di mejanya seperti biasa.
"Ganteng tapi dingin, bu Laras apa ga beku ya di rumah?" gumam sekretaris yang bernama Misca
.
.
"Papa mana ma?" tanya Laras, seraya mengambil makan siang untuknya. Sedangkan anak-anak, mereka sudah kenyang dengan jajanan. Tapi Laras, tetap menyuruh mereka minum susu dan juga makan buah.
"Ke perusahaan?"
"Ngapain? Bukannya udah ada bang Bima ma bang Ke? Ngomong-ngomong bang Bima ma bang Ke, kak Raya ma kak Nuri kemana?" tanya Laras lagi
"Di perusahaan ada rapat tahunan, papa kan pemegang saham terbesar. Kalo iparmu ikut ke perusahaan, Nico rewel pengen ikut Ken. Sedangkan Raya, di kehamilannya yang sekarang sangat posesif. Tambah lagi sekretaris Bima, ganti yang baru." Ajeng berubah jadi ibu-ibu biang gosip, Laras mengangguk
"Masa ma, kak Raya posesif? Emang sekretaris yang kemaren kemana?" tanya Laras, setelah menelan makanannya
"Resign, karena sudah positif hamil. Suaminya melarang Lusi untuk kembali kerja, karena sudah perjanjian bila sudah hamil. Lusi hanya akan menjadi ibu rumah tangga, karena kan pernah keguguran 2 kali. Jadi suaminya benar-benar takut, bila harus kehilangan yang ke tiga kalinya." Laras mengangguk
"Kasian ya ma, terus terus.. kenapa kak Raya, bisa sampe se posesif itu sama bang Bima? Biasanya ada yang mancing mania mantap nih, makanya bisa sampe kaya gitu." Laras bahkan sampai pindah tempat duduk, ke samping mama Ajeng.
"Isshh... Kamu mah, makanya jangan diem di gunung mulu. Jadi ketinggalan hot news, 3 bulan yang lalu. Si sekretaris baru, kepergok mau belai muka abang kamu pas ketiduran di kursi kerjanya. Passs banget nget... sama Raya buka pintu, karena ingin ngajak Bima jalan-jalan sore."
"APA?!" Laras membulatkan kedua bola matanya, ia langsung berdiri. Laras pun mengusap kedua lengannya ke atas, seolah tengah memakai baju lengan panjang.
"Ga beres, apa-apaan tuh cewek? Mau Laras giles itu muka pake setum, apa di garuk pake garpu taman?" ucap Laras menggebu, Ajeng menengadah melihat kelakuan putrinya.
'Mau gimana anaknya ga bar-bar, emaknya aja modelan kaya gini.' ucapnya dalam hati
Sepertinya mama Ajeng ga sadar, kalo asal muasalnya dari dirinya sendiri.
"Kamu mah yang anggun atuh, meuni kaya preman."
"Dih... Ngaca ma, ngaca. Perlu Laras bawa kaca lemari ke sini?" Ajeng langsung memasukkan tulang ayam ke mulut Laras
"Huwek"
"Jangan durian kamu jadi anak, mana ada mama bar-bar." Laras mendelik, kok ada ya manusia ga sadar diri. Mana mama kesayangan lagi...
"Terus itu, ga ganti yang baru apa gimana?" tanya Laras
"Nah itu dia masalahnya, si badut mampang itu kualitas kerjanya bagus. Jadi Bima masih membutuhkannya, buat proyek baru. Tapi, udah buka lowongan baru sih. Cuma belum nemu yang lebih baik" Laras duduk dan tampak berpikir, ia kembali mengingat-ingat.
"Kayanya Laras punya kandidat deh" ucapnya pelan, Ajeng menoleh.
"Siapa? Kalo emang ada, bawa gih ke perusahaan. Pusing mama, liat abang ma ipar kamu debat capres mulu tiap hari. Mending kalo iya bener isi pembahasannya, lah.. isinya badut mampang lagi.. badut mampang lagi. Iparmu bakalan terus curiga, apalagi kondisinya yang lagi hamil." ucap Ajeng
"Udah sampe di suruh tidur di luar belum?" tanya Laras
"Bukan lagi Ras, dah 3 bulan ini malahan." jawab Ajeng
"Waaaahhh.... Terrrbaik memang"
Plak
"ADDUUHH"
...****************...
Jangan lupa like, komen, gift dan vote nya❤️❤️
...Happy Reading...