"Kalo sudah malam, jangan keluar rumah ya ndok. Nanti di bawa kuntilanak!"
~~
"Masalah nya bukan di kamu, tapi di dia."
~~
"JADI SELAMA INI EYANG!??"
Dara, adalah seorang gadis yang baru saja lulus sekolah SMA, dia tidak langsung melanjutkan studi karena orang tua nya terkendala biaya. Dara lalu di titipkan pada Eyang nya yang Dara sendiri tidak pernah tau kalau dia punya eyang, dia di kirim ke kampung yang entah itu dimana.
Dan di sanalah Dara mengalami semua kejadian yang tidak pernah dia alami sepanjang hidup nya, dia juga mengetahui rahasia tersembunyi tentang keluarga nya yang tidak pernah dia sangka..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ratna Jumillah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPS. 22. Seorang teman
Dara di bantu oleh bi Lastri dan bi Endang untuk menggendong eyang naik ke atas, meski mereka bertiga tentu tidak mudah karena mereka harus menaiki medan jalanan yang sulit naik ke atas. Beruntung nya bi Lastri dan bi Endang terbangun tak lama setelah Dara sudah menemukan eyang, mereka berdua terkejut mendapati Dara dan Eyang di pinggir sungai.
Setelah dengan susah payah mereka menggotong eyang naik ke atas dan masuk kembali ke rumah, kini Dara sedang membantu bi Lastri memandikan eyang dengan air hangat, sebab tubuh eyang kotor dengan tanah karena eyang mengesot sepanjang jalan sampai ke sungai.
"Ya Allah, kok bisa aku ndak tau kalo eyang turun dari ranjang.." Gumam bi Endang, dia menyesali kelalaian nya.
Padahal dua bibi tidur di kamar eyang supaya kalau eyang butuh sesuatu tidak sulit, tapi ternyata mereka malah tidur nyenyak di kasur lantai. Bi Endang membawakan baju ganti untuk eyang dan setelah selesai mandi eyang di gotong eyang ke kursi roda dan kembali menuju kamar nya tapi tiba - tiba eyang kembali memberontak.
Tangan eyang memegang roda, menjadikan kursi roda itu berhenti..
"Ndak mau!! Aku ndak mau di sana.. Di sana ada yang mau nyekek aku!!" Teriak eyang.
"Astagfirullah, eyang.. Nanti tangan nya luka." Ujar Dara.
"Ndak mau aku di sana,, aku takut! Aku takutt!!" Rengek eyang Dara.
Melihat itu akhir nya Dara memutuskan untuk membawa eyang ke sofa ruang tamu saja, sepertinya eyang memang ketakutan luar biasa. Dan saat itu Dara baru tau ternyata saat itu masih jam 3 dini hari..
"Tidur di sini sama dara ya, Eyang?" Ukar Dara, dan eyang nya mengangguk.
Satu yang Dara sayangkan.. Eyang sudah kembali baikan tapi mang Nuri pergi untuk selamanya. Lagi - lagi Dara teringat dengan penyesalan nya..
"Jangan pergi, di sini saja." Ujar eyang, dan Dara mengangguk.
"Dara di sini eyang, eyang istirahat saja ini udah malem." Ujar Dara.
Bi Endang dan bi Lastri memindah kasur lantai mereka juga dan memutuskan untuk menemani eyang dan Dara untuk tidur ramai - ramai di sana. Dara terus menggenggam tangan eyang nya agar eyang nya tidak ketakutan..
KE ESOKAN HARINYA..
Dara tidak tidur semalaman karena terus terpikirkan dengan mang Nuri, dan pagi - pagi Dara sudah di datangi Amar yang membawa dua anggota polisi untuk meminta keterangan dari Dara. Dara menceritakan apa yang terjadi, semua nya.. Dan setelah mendapat jawaban dari Dara polisi itu pergi dari rumah eyang.
Dan sore ini jasad mang Nuri akan di pulangkan dari rumah sakit, Dara akan datang ke rumah mang Nuri untuk melihat jasad mang Nuri yang terakhir kali sebelum di makamkan.. Dara tidak tahu harus bagaimana menghadapi keluarga mang Nuri, sebab dia merasa dirinya lah penyebab mang Nuri meninggal.
"Makasih banyak ya bang, udah bantuin aku." Ujar Dara pada Amar. Suara Dara bahkan masih serak dan belum kembali pulih.
"Sama - sama dek. Pakde baru bisa dateng kesini nanti sore, sekarang beliau lagi ngajar." Ujar Amar, pakde yang di maksud adalah Kyai.
"Nggak apa - apa bang, aku makasih banget Kyai mau bantuin aku." Ujar Dara tersenyum.
Amar melihat kesekeliling rumah itu lagi, Amar kagum dengan bangunan klasik itu, bangunan tua namun dengan furniture semi modern. Dan tatapan Amar jatuh pada foto keluarga dimana di sana terdiri dari eyang putra, eyang, ayah Dara dan kedua tantenya..
"Kalo boleh tau, kamu tinggal di sini cuma sama eyang?" Tanya Amar.
"Iya bang, sama bibi juga." Sahut Dara.
"Kemana yang lain?" Tanya Amar, karena dia melihat foto keluarga.
"Orang tuaku.. mereka di luar pulau, tanteku tinggal di kota jadi jarang pulang, kalo eyang putra sudah wafat sejak lama." Jawab Dara..
"Satu tanteku juga udah wafat.. jadi tanteku tinggal satu." Imbuh Dara.
Mata Amar masih menatap fokus pada foto keluarga, dia menatap Melisa.. yang menggunakan dress merah hati. Dari tatapan nya seperti nya Amar menyadari sesuatu.. Dara mengikuti arah pandang mata Amar, dan berkata..
"Abang.. liat tanteku, kah?" Tanya Dara tiba - tiba, Amar pun menatap Dara.
"Kamu percaya ghoib?" Tanya Amar dan Dara mengangguk.
"Awal nya aku nggak gitu percaya, tapi setelah tinggal disini beberapa hari aku percaya aku hidup sama mereka juga di sini." Ujar Dara.
"Ya, abang liat tante kamu." Sahut Amar.
"Apa sekarang tante di sini, bang?" Tanya Dara, karena dia belum bertemu lagi dengan tante nya setelah terakhir kali.
"Nggak ada, tapi banyak yang lain. Rumah ini.. Ada yang salah." Ujar Amar.
"Aku juga berpikir gitu bang, banyak kejadian aneh dan aku sering mimpi aneh juga. Aku belum tau lengkap sejarah nya, yang aku tau eyang menjauh dari Tuhan setelah kematian eyang putra." Ujar Dara.
"Astagfirullah.." Gumam Amar spontan beristigfar.
"Kemarin, aku sama pakde pergi untuk mencari kyai supaya bisa bantuin eyang. Sebelumnya eyang udah kayak orang sakaratul maut, tapi susah. Aku pikir mungkin kyai bisa bantu eyang.. Tapi mobil itu tiba - tiba nggak bisa nanjak." Ujar Dara, dia kembali bercerita.
"Pakde bilang mobil nya berat, sampe tiba - tiba mesin mati dan mobil itu terjun bebas. Aku berhasil lompat tapi pakde.." Ujar Dara menggantung menahan suara tangis nya.
"Pakde nggak selamat." Sambung Dara dengan air mata yang menetes.
"Aku yakin ini ada kaitan nya sama apapun itu yang mengikat sama eyang, aku nggak tau apa yang terjadi sama eyang dulu dan nggak ngerti apa yang udah eyang lakuin, kalo aku tanya eyang pun eyang nggak akan jawab kan bang?" Ujar Dara.
Amar menyimak apa yang Dara katakan, dia tidak menyangka Dara bisa terbuka dan bercerita padanya layak nya seorang teman padahal mereka baru kemarin bertemu. Di sisi lain, Amar juga kasihan dengan Dara..
"Tiap hari eyang pasti teriak bilang takut, ada yang datang ada yang mau bawa dia, bawa rantai." Ujar Dara.
"Kita akan cari tahu pelan - pelan." Ujar Amar.
"Kami perempuan semua di sini, aku takut eyang kabur kayak semalem." Ujar Dara.
"Eyang kamu kabur!?" Tanya Amar terkejut.
"Iya, eyang semalem kabur ke sungai, eyang ngesot - ngesot sampai badan nya luka - luka. Eyang terus bilang ada yang ngejar katanya, sampe ke sungai bang.. aku takut eyang bisa kabur lagi dan nggak ada yang tau." Ujar Dara.
"Kalo gitu kunci pintu nya jangan di tempel di pintu, supaya eyang kamu nggak bisa buka pintu nya." Ujar Amar.
Dan Dara baru teringat akan sesuatu.. Selama ini, selama dia tinggal di rumah eyang nya itu.. Kunci rumah tidak pernah menempel di pintu, setiap malam nya bahkan sebelum malam bibi selalu mengunci rapat - rapat pintu rumah karena mereka juga takut.
Jika kunci nya di simpan, bagaimana cara eyang buka pintu?
"Bentar bang, aku tanya bibi sesuatu dulu." Ujar Dara dan dia langsung bangun lalu masuk ke dalam kamar eyang.
BERSAMBUNG..
ato ga bisa pindah rumah karena ada sesuatu yg mengikat di rumah itu?