NovelToon NovelToon
Olimpiaders & Lover

Olimpiaders & Lover

Status: sedang berlangsung
Genre:Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat
Popularitas:969
Nilai: 5
Nama Author: Zuy Shimizu

sinopsis:
Nama Kania Abygail tiba tiba saja terdaftar sebagai peserta Olimpiade Sains Nasional.

Awalnya Kania mensyukuri itu karna Liam Sangkara, mentari paginya itu juga tergabung dalam Olimpiade itu. Setidaknya, kini Kania bisa menikmati senyuman Liam dari dekat.

Namun saat setiap kejanggalan Olimpiade ini mulai terkuak, Kania sadar, fisika bukan satu - satunya pelajaran yang ia dapatkan di ruang belajarnya. Akan kah Kania mampu melewati masa karantina pra - OSN fisikanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zuy Shimizu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

#Chapter 11: Kisah Kelam

"Emosinya kacau, tapi batinnya tetap tersenyum."

                                        ###

"Denger ya, Kania."

"Aku cerita bukan buat nakut-nakutin kamu. Aku cuma mau kamu hati-hati. Sekaligus... yah, buat nenangin hatiku sendiri juga. Dengan cerita gini, kadang aku ngerasa lebih baik."

"Masalah dimulai ketika aku dan Evan deket gara-gara olimpiade Matematika. Kebetulan wakil dari sekolahku ya cuma aku sama Evan. Tapi dari sana, kita sampe sering pulang bareng. Niatannya sih cuma buat nyari soal-soal gitu, atau ke perpus."

"Tapi malah hal sepele itu bikin fans-nya Evan ngamuk. Dari mulai ngirim surat ancaman di loker, sampe ngunci dan nyiram aku di kamar mandi, semua itu mereka lakuin."

"Yang paling parah menurutku adalah, mereka ngebakar buku catatanku dan naburin abunya di tasku. Padahal semua tau, salah satu buku yang mereka bakar itu isinya rangkuman yang aku butuhin banget buat olim nanti."

"Titik puncaknya adalah 3 hari sebelum karantina berakhir, aku ngajuin permintaan undur diri. Semua nggak terjadi tanpa alasan, tapi juga karena mereka yang minta. Tapi panitia yang tau soal masalah fans-nya Evan berusaha buat pertahanin aku."

"Selain semua trauma itu, kamu tau apa yang paling bikin aku sakit hati, Kania? Sikapnya Evan. Setiap kali aku minta bantuan, dia cuma bilang 'ya kan gue udah bilang, jangan deket-deket sama gue' seolah aku memang enggak pantas. Tapi dia sendiri yang minta tolong ke aku. Gimana dong?"

"Di hari olim, jasku nyaris dirobek. Evan yang tau langsung ngusir cewek-cewek itu, mereka nurut dan pergi. Tapi dia nggak ngomong apapun ke aku sama sekali. Yang aku inget di hari traumatik itu cuma tatapan dia yang dingin."

"Setelahnya, aku diganggu makin parah karena mereka kira Evan lebih ngebela aku. Sejak hari itu juga Evan nggak pernah ngomong sama aku. Ayah yang tau masalah ini laporan ke sekolah, tapi nggak pernah digubris karena mereka jaga nama Evan."

"Akhirnya, ayahku mutusin buat mindahin aku ke sekolah lain."

"Abygail,"

Kania tersetak begitu nama belakangnya disebutkan. Rupanya ucapan bapak dosen mampu menyadarkannya dari lamunanya.

"Ada apa? Jangan ngalamun di kelas." tegur Pak Albert lembut sembari memberikan beberapa lembar kertas miliknya minggu kemarin. "Ini PR kamu udah bapak koreksi. Ada cukup banyak peningkatan, tingkatkan, pertahankan."

Kini giliran Pak Albert menatap Evan. "Dan kamu, Kevandra. Apa-apaan semua ini?!" ujarnya sembari memperlihatkan lembaran berisi jawaban Evan.

"Semua jawabanmu benar, tapi nyaris nggak ada penjabarannya. Bapak tau kamu pemilik IQ tinggi di MAN Isekai, tapi kalo kamu nggak jelasin, gimana orang lain mau paham jalan pikiranmu?"

Evan hanya terdiam sembari menunduk. "Iya, Pak, saya akan perbaiki."

Glup

Kania menutup mulutnya rapat-rapat. Sejak tadi pagi, semua antaranya dengan Evan memang berubah. Dibandingkan berdebar, keduanya kini justru terasa canggung.

Cerita dari Renatta benar-benar mampu merubah Kania. Tidak, bukannya menjauhi, Kania hanya ingin bermain aman ditempat asing ini. Setidaknya hingga sisa masa karantinanya.

"Psst, Kania."

Merasa namanya dipanggil, Kania menoleh ke arah suara. Ke arah Liam.

"Semangat,"

Kania terdiam sejenak, lalu terkekeh pelan. Duh, bagaimana ya? Percakapan sesingkat apapun dengan Liam, tetap saja tak pernah ada senyuman yang gagal terbentuk. Menatap pemuda itu saja sudah berhasil menenangkan hati Kania.

"Iya, semangat."

              

---- **Olimpiaders** ----

Goresan lukisan senja menjadi objek pemandangan paling cantik saat dilihat dari balkon ruang tengah dimana Liam biasa menghabiskan malamnya. Dan kini Kania menikmatinya sendirian dengan segelas teh hangat di tangan.

Gadis itu menyeruputnya perlahan, lalu menghela nafas panjang.

"Gimana tadi? Udah baikan?"

Kania menoleh ke arah suara. Seorang pemuda yang kini telah berdiri di sampingnya. Kania pun tersenyum tipis. "Iya, udah baikan. Gara-gara obat dari Liam."

"Kamu tau? Sebelum ke sini, aku udah jampi-jampi dulu obatnya."

"Seriusan?!"

"Ahahaha, becanda dong, Kania! Mana mungkin aku kayak gitu," Liam terbahak oleh reaksi Kania sembari mengusap pucuk kepala gadis itu. "Itu rekomendasi keluarga sih, Estelle kalo sakit juga pake itu."

Kania mengangguk paham. Pantas saja obat yang diberikan Liam kemarin cukup ampuh.

"Liam pengen liat Kania sembuh, sehat lagi. Makanya Liam kasih yang terbaik. Karena Liam selalu pengen liat Kania baik-baik aja."

Kania terdiam sejenak, lalu menarik segaris senyum tipis. "Kania juga."

Liam mulai merasakan pipinya memanas. Pemuda itu mengambil selangkah maju sembari menatap Kania teduh dengan senyuman tipis.

Angin yang berhembus di balkon membuat rambut Kania berantakan. Namun dengan sigap, Liam menyelipkannya di daun telinga gadis itu.

"Sisa masa karantina nanti, bertahan ya, Kania."

Kania tersenyum tipis, lalu mengangguk.

Detik kemudian Liam melanjutkan ucapannya, dengan begitu lirih. "Bertahan terus, sama aku."

✩₊̣̇. To Be Continue

1
Bông xinh
Mantap tenan!
Felix
Bravo thor, teruslah berkarya sampai sukses!
Esmeralda Gonzalez
Bikin baper 😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!