Jendral yang membawa kemenangan dalam perang, satu-satunya sword master kekaisaran itulah Duke Killian Fredrick.
Namun, satu hal yang membuat dirinya gemetar. Hal yang tidak terjadi bahkan dalam perang berdarah sekalipun.
"Killian, sudah saatnya mengakhiri segalanya." Itulah yang diucapkan Duchess Grisela Fredrick.
Tangan Killian mengepal, pernikahan yang terjadi di usia 9 tahun saat dirinya sakit-sakitan dan tidak memiliki kekuasaan di keluarganya. Dan sekarang setelah keadaan baik-baik saja, perceraian?
"Apa kamu fikir dapat keluar dari kekaisaran dengan mudah? Bukankah kamu berjanji untuk menemaniku selama-lamanya." Tanya Killian.
Hal yang membuat Grisela menarik tangannya. Wanita yang benar-benar mengetahui dirinya tidak akan hidup dalam waktu lama.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KOHAPU, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Villain 2
Tidak pernah terlibat dalam politik ibu kota. Grisela hanya tinggal di wilayah kekuasaan Duke Frederic, selama ini.
Beberapa tahun berlalu, Duchess Matilda Fredrick telah lama menerima hukuman. Sedangkan Duke meninggal dalam perang tepat saat Killian menginjak usia 17 tahun.
Pakaian hitam tanda berkabung. Killian berlutut di hadapan makam ayahnya. Kala itu hujan turu deras. Hanya Grisela yang ada, wanita berusia 17 tahun itu hanya dapat diam.
"Ayah..." Entah itu air mata, atau air hujan, segalanya bercampur menjadi satu. Grisela ikut berlutut di belakangnya. Memeluk tubuhnya dari belakang.
"Menangislah..." Ucap Grisela.
"A...aangg..." Jeritan tangis semakin terdengar. Ayahnya dimakamkan di area perbatasan yang hangat. Didekat makam mendiang ibunya.
Satu persatu akan mati meninggalkannya. Hanya Grisela yang selalu tetap ada bukan?
***
Hanya teh lemon hangat dalam kamar dengan penerangan minim, dirinya berbaring. Sedangkan Grisela memangku kepalanya.
"Apa sudah puas menangis?" Tanya Grisela pelan.
"Aku sudah jauh lebih baik." Jawanya.
"Ternyata Killian cengeng." Grisela tersebut padanya.
"Aku tidak sepertimu yang---" Kalimat Grisela disela.
"Aku juga menangis saat kematian ayah, tapi karena Killian ada disini, aku tidak menangis lagi." Ucap Grisela, menbuat jemari Killian terangkat, membelai pelan pipinya.
"Aku akan menjadi Duke menggantikan posisi ayah. Perang masih berlangsung, jika kaisar memanggilku. Maka hanya akan tinggal kamu seorang diri yang menjaga wilayah. Tapi tidak perlu cemas, rakyat begitu mencintaimu. Membangun panti asuhan, rumah sakit, apa yang tidak dilakukan Duchess-ku." Killian bangkit, membuat lingkaran sihir, bunga mawar yang tidak akan pernah layu muncul di telapak tangannya.
Satu-satunya penguburan baginya. Dua orang remaja yang meneteskan airmata mereka.
"Medan perang begitu berbahaya." Ucap Grisela.
"Aku tau, aku akan pulang." Killian tersenyum, memberikan bunga mawar pada istrinya, Grisela. Pemuda berambut panjang, dengan pupil mata berwarna merah bagaikan batu ruby.
"Aku harap kaisar tidak akan memanggilmu untuk menggantikan ayah." Grisela berusaha tersenyum. Benar-benar berusaha.
***
Segera setelah Killian diangkat menjadi Duke, mau tidak mau harus terlibat dalam politik di kalangan bangsawan.
Tersisihkan saat menghadiri pesta kekaisaran. Begitulah Grisela yang hanya menatap dari jauh, Killian berbicara dengan beberapa bangsawan.
Tidak masalah baginya, hanya saja para Lady bagaikan tidak menyukainya. Apa karena dirinya hampir tidak pernah meninggalkan wilayah?
Tapi.
"Hanya beruntung saja, jika Duke Fredrick tidak sakit di masa mudanya. Maka seharusnya aku yang menjadi Duchess saat ini."
"Lihat! Wajahnya bahkan biasa-biasa saja. Tapi dapat bersama Duke Killian Fredrick, pria paling rupawan di kekaisaran."
"Tidak tahu malu!"
Cibiran terdengar dari mulut mereka. Menyakitkan? Tentu saja, tapi setelah ini dirinya akan pulang. Bertemu dengan penduduk wilayah yang selalu tersenyum kala dirinya menyajikan makanan sederhana atau memberikan obat-obatan.
Killian melangkah mendekat, kemudian merangkul pinggang istrinya."Apa kalian tidak diajari tata krama? Mencela bangsawan dengan status lebih tinggi."
"Saya, memberi salam kepada Duke Frederick." Ucap beberapa lady itu hampir bersamaan.
"Duchess-ku begitu cantik, seperti peri musim dingin. Apa maksudmu dengan biasa-biasa saja? Wanita yang bahkan memakai kalung blue diamond palsu ingin mengajari seorang Duchess." Killian masih tersenyum namun mengepalkan tangannya menahan rasa kesal.
"Ma... maafkan saya..." Ucap mereka tertunduk. Tentu saja ini tidak berakhir begitu saja. Beberapa lady tersebut akan menganggap ini sebagai dendam.
Banyak mata mengawasi, menatap ke arah Duke Fredrick yang membawa istrinya pergi. Tersenyum begitu lembut, hal seperti ini tidak terjadi sekali dua kali.
Kekayaan wilayah Utara, siapa yang tidak mengetahuinya. Serta kemampuan Duke dalam berpedang, dan kemampuan sihirnya. Jika mengendalikan Duke Fredrick semudah ini, hanya dengan seorang wanita. Maka menyingkirkan Duchess akan memberikan kesempatan menempatkan putri mereka pada kursi yang kosong bukan.
***
"Jangan terlalu membelaku..." Ucap Grisela dalam kereta kuda yang melaju.
"Aku tidak membelamu, aku mengatakan yang sebenarnya. Bahkan perhiasanmu jauh lebih indah dari yang mereka kenakan." Killian menghela napas kasar, menarik Grisela ke dalam pangkuannya.
"Aku sudah bilang! Jangan hamburan uang. Lebih baik pakai untuk---" Kalimat Grisela terhenti, kala Killian menyematkan jepitan kupu-kupu merah di rambutnya.
"Kamu menghabiskan jauh lebih sedikit anggaran dari pada lady keluarga viscount." Ucap Killian sedikit berbisik di lehernya.
"Geli!" Grisela tertawa.
"Tidak merasa kesepian saat para bangsawan menjauhimu?" Tanyanya Killian, perasaan nyaman. Begitu halus, jantungnya bagaikan berdegup cepat. Inilah perasaan pasangan suami-istri bukan. Benar! Dirinya mencintai Grisela.
"Tidak! Karena ada Killian di sisiku." Jawab Grisela mengecup bibirnya. Perlahan menjadi ciuman intens. Cukup lama, begitu agresif.
Surai rambut panjang yang begitu indah. Napas Killian tidak teratur, kala ciuman itu terlepas."Kamu begitu cantik..."
"Berhenti memujiku, aku jadi malu kan?"
Hanya senyuman kebahagiaan, berbagi kue kering dalam kereta. Kekasih? Seperti itulah mereka terlihat. Mungkin karena masih terlalu muda. Tapi satu yang pasti, Killian benar-benar menganggap Grisela adalah hidupnya. Sedangkan Grisela, menjadikan Killian satu-satunya seseorang yang paling dikasihinya.
***
Perang selalu membawa penderitaan dan kehancuran. Itulah yang disadari Grisela, kelaparan, ada banyak wilayah yang menderita kelaparan. Grisela yang membagikan makanan menyaksikannya sendiri.
Menghela napas titah kaisar agar Killian segera bergabung ke medan perang sudah dikeluarkan. Namun, Killian bagaikan enggan untuk meninggalkannya.
Jika korban jiwa bertambah, maka itu adalah kesalahannya bukan?
Hari ini dirinya membawa sekeranjang permen. Menatap ke arah Killian yang mengamati lukisan mendiang ayahnya. Lukisan seorang pria yang mengenakan baju zirah besi. Dari generasi ke generasi, Duke Fredrick selalu menjadi jenderal perang yang ditakuti. Tapi kali ini, bahkan pasukan kekaisaran benar-benar terdesak. Karena sudah cukup lama kehilangan pemimpin mereka. Beberapa kota telah direbut oleh pasukan musuh.
"Killian akan pergi?" Tanya Grisela.
"Jika bisa aku ingin menentang keinginan kaisar." Killian menghela napas, meraih permen dalam keranjang yang dibawa Grisela.
"Apa yang dikatakan yang mulia (kaisar)?" Grisela kembali bertanya.
"Jika aku tidak bersedia pergi ke medan perang..." Killian terdiam sejenak, mengingat keinginan saudara kandung kaisar, putri Liliana."Kaisar mengungkit tentang penerus. Karena kita telah menikah cukup lama tapi tidak memiliki penerus. Dia ingin putri Lilyana memasuki keluarga Duke Fredrick sebagai selir."
"Be... begitu?" Nada suara Grisela bergetar, berusaha tersenyum.
"Aku akan pergi ke medan perang." Killian menghela napas.
"Maaf!" Grisela memeluknya erat, menitikan air matanya.
"Tidak apa-apa, kita berjanji untuk saling melindungi bukan? Ini caraku untuk melindungimu." Jawab Killian lembut, mengetahui jika putri Liliana menjadi selir nya. Maka kaisar akan mencari cara untuk menyingkirkan Grisela. Medan perang terasa lebih baik.
"Killian, maaf aku serakah. Lindungi rakyat kekaisaran, lindungi anak-anak yatim agar tidak kehilangan keluarga mereka lagi. Lindungi bangsawan yang menyediakan lahan untuk rakyat mencari makanan. A...aku tidak dapat berbuat apapun." Ucapnya pelan.
Killian mengangguk."Kamu lebih mencintai orang-orang itu dibandingkan denganku?" Tanyanya.
"Aku mencintaimu..." Grisela tersenyum padanya.
Namun, ada kalanya darah akan mengalir tidak dapat dihentikan. Bibir wanita itu akan tetap tersenyum, matanya terbuka walaupun tidak ada pantulan cahaya kehidupan. Hanya sebuah kepala yang terpisah dari tubuhnya. Seseorang yang akan dikenal sebagai pendosa.
semangat terus ya buat ceritanya Thor
Karena tidak akan Ada 2 saintess dalam waktu Yang Sama.
ayah pasti dapat melindungi grisella💪💪.
apa itu artinya isi perjanjian di bayar dgn diri Killian sendiri???
duke william harus segera pulang agar lukanya secepatnya mendapat perawatan dari grisella
😡😡😡😡😡