NovelToon NovelToon
GADIS CANTIK MILIK PRIA TAMPAN

GADIS CANTIK MILIK PRIA TAMPAN

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Romansa Fantasi / Selingkuh / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Kekasih misterius
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: Nameila

Catherine Zevanya Robert Wilson. Gadis dengan sejuta pesona, kecantikan, kekayaan, dan kekuasaan yang membuatnya menjadi idola semua orang.
Gadis yang memiliki hidup sempurna penuh dengan cinta, tapi dibalik kesempurnaan ada luka besar di dalam hatinya. Gadis yang dielu-elukan kecantikannya itu memiliki kisah cinta yang hancur, kesetiaannya dinodai oleh pengkhianatan kekasih dan sahabatnya.
Catherine memiliki sisi misterius yang pemikirannya tidak bisa dijangkau orang lain. Bukan Catherine namanya jika dia diam saja menerima takdir kejam seperti itu, tanpa mengotori tangannya ia akan menghancurkan para pengkhianat.
Untuk menyembuhkan luka hatinya, Catherine memilih kembali ke tempat kelahirannya guna memulai hidup baru. Lalu, apakah Catherine akan memiliki kisah cinta baru?
"Balas dendam terbaik adalah dengan melihat kehancuranmu."
"Jangan jatuh cinta padaku, itu menyakitkan."
"Catherine, sepertinya aku tertarik padamu."
"Aku siap menunggu kamu jatuh cinta padaku."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nameila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Si Cantik

"Siapa namamu?"

Catherine menghentikan gerakan tangannya, ia menatap pria yang ada dihadapannya. "Catherine kak."

Reyhan mengangguk dalam diam. "Catherine ya." Batinnya.

Catherine meneliti kembali lembar pendaftarannya, setelah yakin ia memberikan kepada Reyhan.

"Ini kak."

Reyhan mengambil lembar itu dan membaca data diri Catherine, ia sedikit kagum dengan bakat informasi yang tertulis di sana.

"Kau suka musik klasik?"

Catherine mengangguk. "Suka."

"Bisa kau tunjukkan permainan musikmu?" Pinta Reyhan.

Catherine mengernyitkan dahinya, bukankah ini baru pendaftaran awal kenapa disuruh menundukkan bakat? Pikirnya

Reyhan mengalihkan tatapannya pada lukisan yang ada disamping Catherine. "Bisa kau mainkan lagu dari Johan Strauss, Walzer Op. 410 ?"

Catherine terdiam sejenak, lalu mengangguk setuju. "Hmm bisa."

Reyhan menatap Catherine, dalam hatinya ia tersenyum puas. "Dengan alat musik apa kau bermain?"

Catherine mengalihkan tatapannya pada piano di pojok ruangan. Ia kembali menatap Reyhan yang menunggu jawabannya. "Piano."

"Kau bisa mencobanya sekarang." Ucap Reyhan.

Catherine bangkit dari duduknya, ia melangkah mendekati piano. Ia menghembuskan nafasnya, kemudian duduk dengan tenang.

Catherine memainkan melodi acak sebagai pemanasan, ia menoleh pada Reyhan yang masih menatapnya.

Jari lentik Catherine mulai menari di tuts piano, jarinya bergerak lincah sesuai tempo dari lagu yang ia mainkan.

Lagu ini mengingatkan Catherine dengan kehidupannya ketika di New Zealand. Kehidupan sebelum bertemu dengan Aron dan Liona.

Reyhan menatap punggung Catherine, punggung yang sama saat pertama kali ia melihatnya.

Reyhan mengalihkan pandangannya pada biola di samping Catherine, ia berjalan mendekat.

Reyhan mengambil biola tersebut dan ikut memainkan musik untuk mengiringi Catherine.

Catherine membuka matanya, ia menoleh ke samping ketika mendengar suara biola yang dimainkan seseorang.

Di sana Reyhan menatap Catherine dengan memainkan biolanya. Kolaborasi nada antara piano dan biola menyatu dengan merdunya, siapapun yang mendengar permainan mereka akan ikut terhanyut ke dalamnya.

Saking fokusnya Catherine dan Reyhan bermain musik, mereka tidak sadar jika sedang diperhatikan beberapa orang di ruangan sana.

"Siapa gadis itu?" Bisik Dimas pada Aron.

Aron menggelengkan kepalanya, ia tidak tau siapa nama gadis itu. Tapi ia tidak asing dengan postur tubuhnya.

"Reyhan main biola lagi?" Gumam Naya.

"Siapa yang bersama Reyhan, Dim?" Tanya Naya yang berjalan mendekati Dimas.

Dimas menoleh ke samping. "Sejak kapan dia datang?" Batin Dimas.

"Gue gak tahu." Jawabnya

"Gadis itu sangat berbakat. Jarang ada yang bisa bermain musik klasik." Ucap Bagas yang memperhatikan Reyhan dan Catherine.

Aron dan Dimas menganggukkan kepala setuju, selama ini di club mereka belum ada yang bisa bermain musik klasik kecuali mereka berdua dan juga Reyhan. Jadi bukankah sangat bagus jika gadis itu bergabung dengan club musik.

"Apa dia mahasiswa baru?" Tanya Dimas.

"Mungkin." Ucap Aron.

Permainan musik mereka diakhiri dengan permainan melodi penutup dari Catherine. Reyhan menatap Catherine dengan rasa kagum.

Catherine tersenyum tipis pada Reyhan sebagai bentuk apresiasi permainan musiknya yang indah.

Mereka memutuskan pandangannya lalu menoleh ke belakang. Di sana ada empat orang yang melihat ke arah mereka.

Catherine membulatkan matanya, ia langsung berdiri dari duduknya. Sedangkan Reyhan hanya diam dengan tatapan datarnya.

Aron mengerjap ketika melihat gadis yang bermain piano dengan Reyhan menoleh pada mereka. "Gadis itu? Dia di sini." Batin Aron.

"Permainan kalian sangat menakjubkan!!" Ucap Dimas.

"Jujur, gue kagum sama permainan kalian. Keren!!" Timpal Bagas

Aron menatap Catherine. "Boleh kita ngobrol?"

Catherine menggaruk pelipisnya. "Boleh Kak." Jawabnya.

Aron dan lainnya mulai duduk di kursi masing-masing, sedangkan Naya memilih berdiri di dekat jendela memperhatikan mereka.

Catherine pun berjalan mendekat, dan duduk di hadapan mereka. Reyhan mengikutinya dan duduk di samping dengan jarak sedikit menjauh.

"Lo mahasiswa baru?" Tanya Bagas penasaran.

"Iya kak." Jawab Catherine.

"Siapa namamu?" Tanya Aron.

Ia mengalihkan pandangannya pada Aron. "Catherine." Jawabnya.

Aron mengangguk puas, ia menatap lembar formulir pendaftaran dihadapannya. Ia mengambil formulir itu lalu membacanya.

"Jadi dia tertarik ikut musik." Batin Aron yang membaca formulir milik Catherine.

"Sejak kapan kamu tertarik bermain musik? Dari permainan piano tadi, seperti kau sangat berbakat." Ucap Aron.

"Sejak kecil, mulai umur lima tahun kalau gak salah." Jawab Catherine.

Mereka semua mengerjap, pantas saja permainan musik Catherine begitu apik dan mahir, ternyata sedari kecil ia bermain musik.

Aron mengulurkan tangannya padanya. "Selamat bergabung di club musik kami, Catherine."

Mereka tersentak mendengar ucapan Aron, Catherine langsung diterima begitu saja tanpa ada seleksi. Tidak biasanya Aron begini.

Catherine menatap Aron ragu, ia mengalihkan tatapannya pada Reyhan, Dimas dan Bagas. Mereka semua mengangguk setuju. Dia pun meraih tangan Aron.

"Terimakasih kak." Jawabnya.

Aron tersenyum. "Tangannya begitu halus dan lembut." Batinnya.

Naya menatap Catherine dengan tatapan menilai, ia berjalan mendekati mereka. Dia langsung duduk disebelah Reyhan.

"Kamu jurusan apa?" Tanya Naya.

Catherine mengalihkan pandangannya pada Naya, ia mengernyitkan dahinya melihat tatapannya. Entah kenapa ia merasa tidak nyaman.

"Pendidikan." Jawab Catherine.

"Oh." Jawab Naya singkat.

"Serius Lo anak pendidikan?" Ucap Dimas kaget.

Catherine mengangguk bingung kenapa mereka menatap Catherine dengan tatapan tak percaya. "Kenapa ya?"

"Jarang ada anak pendidikan yang mau ikut club musik. Hampir gak pernah ada malah." Jelas Aron.

Catherine memiringkan kepalanya "Hmm? Kok gitu?" Ucapnya. Tanpa sadar perbuatannya terlihat menggemaskan.

"Lucu." Batin Reyhan.

Aron menahan senyumnya melihat Catherine yang tampak menggemaskan. "Mereka tidak begitu tertarik, sebagian besar hanya tertarik belajar."

"Bukankah bermain musik juga termasuk belajar." Ucap Catherine polos.

"Kau benar. Bermain musik juga termasuk belajar." Aron tidak bisa menahan senyumnya melihat Catherine yang begitu menggemaskan ketika menatapnya polos.

"Kenapa dia tertawa, apa ada yang salah?" Batin Catherine.

Dimas menatap Catherine dengan intens dahinya mengerut memikirkan sesuatu. Dia menegakkan tubuhnya  "Tunggu! Gue kayak gak asing sama Lo Cath. Iya gak sih Gas? Coba deh Lo perhatiin wajahnya."

Bagas mengalihkan tatapannya, ia menatap Catherine. Matanya membulat ketika mengingat sesuatu.

Dimas dan Bagas saling tatap, mereka mengangguk bersama. "Si cantik?!!" Ucap mereka bersamaan.

"Lo si cantik itu kan??" Tanya Dimas.

Catherine melongo, ia menunjuk dirinya dengan jarinya sendiri. "Saya?" Tanyanya bingung.

"Iya Lo!! Ospek terakhir pake blazer abu-abu, rambut tergerai, terus pake Tote bag putih! Inget banget gue! Itu beneran Lo kan?" Ucap Dimas menggebu.

Catherine membuka mulutnya sedikit. "Aaaa" gumamnya sambil mengangguk. "Iya kak."

Dimas menepuk pahanya. "Tuh kan! Gak salah gue. Pantesan kayak gak asing. Ternyata Lo jauh lebih cantik dilihat secara langsung begini."

Bagas memutar bola matanya malas, ia menyenggol bahu Dimas. "Gak usah godain anak orang deh Dim."

Dimas menatap Bagas tak terima. "Apa sih Lo! Gue jujur tahu. Catherine emang cantik."

Catherine yang dibicarakan begitu pun hanya tersenyum canggung, ia benar-benar ingin keluar sekarang.

Dimas mencondongkan badannya ke depan. "Lo udah punya pacar Cath?" Ucap Dimas tiba-tiba.

Catherine menggaruk kepalanya yang tidak gatal, ia tiba-tiba jadi gugup karena mereka semua menatapnya penasaran.

"Aku ga-"

Tok tok tok

Ucapan Catherine terhenti ketika mendengar suara ketukan pintu, tatapan mereka beralih pada pintu yang diketuk.

Di sana seorang gadis menatap sekitar ruangan, pandangan matanya terhenti pada Catherine, kemudian ia masuk ke dalam ruangan.

"Rania?" Ucap Catherine.

Rania tersenyum lebar. "Akhirnya gue ketemu sama Lo Cath! Gue nyari tempat ini dari tadi, tapi gak nemu." Keluhnya.

Aron berdehem ia menatap Rania dengan penuh tanya. "Siapa?"

Rania tersentak kecil. "Ah itu kak, Saya mau daftar club musik juga." Ucapnya.

Aron mengangguk, ia mempersilahkan Rania masuk dengan kode dari tangannya. Dia yang paham pun langsung mendekat, ia duduk di samping Catherine.

"Capek gue keliling." Bisiknya pada Catherine.

"Kalian saling kenal?" Tanya Naya pada Rania.

Rania menoleh pada Naya, ia mengangguk. "Iya, kita berteman." Jawabnya.

"Kau bisa bermain musik?" Tanya Aron.

"Bisa Kak." Jawab Rania mantap.

"Alat musik apa yang biasa kau mainkan?" Sekarang giliran Bagas yang bertanya.

Rania terdiam sebentar. "Gitar." Jawabnya.

Catherine menoleh pada Rania, kenapa Dia cuma menyebutkan gitar. Bukankah dia juga bisa bermain Bass, ya walaupun cuma dasar.

"Kenapa cuma gitar?" Bisik Catherine.

"Gue belum yakin sama permainan Bass gue." Bisik Rania.

Aron menatap semua interaksi Catherine dan Rania. Sepertinya mereka berteman sejak lama.

"Kamu bisa bergabung di sini." Ucapnya.

Mereka semua mengalihkan atensi pada Aron, anggota musik lainnya menatapnya tidak percaya. Segampang itu? Pikir mereka. Selama ini dia begitu selektif, tapi dengan mudahnya ia menerima Rania.

Naya menatap Aron tidak terima. "Kamu serius Ron? Kamu terima mereka begitu aja?" Tanyanya.

"Kenapa? Mereka berbakat. Dulu yang tertarik ikut club musik kebanyakan pemula. Sekarang ada yang sudah bisa bermain musik tertarik buat bergabung. Apalagi yang perlu diragukan?" Ucap Aron.

Reyhan, Dimas dan Bagas mengangguk setuju. Mereka jarang menerima anggota yang sudah mahir bermain musik, biasanya hanya pemula. Sehingga perkembangan mereka sedikit lambat. Dengan adanya Catherine dan Rania bukankah lebih baik.

Naya masih tidak terima dengan keputusan Aron, ia menatap Reyhan meminta pembelaan. "Rey..."

Reyhan menoleh pada Naya, dan ia menggelengkan kepalanya. Dia yang melihat itupun langsung terdiam, dalam hatinya ia merasa kesal.

Dimas membuka laci meja, ia mengambil formulir pendaftaran lalu memberikannya pada Rania. "Lo bisa isi formulir ini dulu."

Rania mengambil formulir itu lalu mengisinya dengan cepat. Setelah itu menyerahkannya kembali pada Dimas.

"Selamat bergabung di club musik kami. Catherine dan Rania." Ucap Aron.

Catherine dan Rania mengangguk, mereka tersenyum. "Terimakasih kak!" Ucap mereka.

"Oh ya satu lagi, kalian nanti tidak perlu ikut proses seleksi. Kalian bisa datang ketika latihan." Ucap Aron.

Catherine dan Rania mengangguk paham. "Baik kak."

"Kalau begitu, kita pamit dulu ya kak. Permisi." Ucap Catherine.

Aron mengangguk. "Silahkan."

Catherine dan Rania bangkit dari duduknya, lalu pergi meninggalkan ruang musik.

Naya menghela nafas kasar. "Aku gak habis pikir sama keputusan kamu Aron. Kita belum bener-bener tahu bakat mereka. Kalo misal ternyata jelek gimana?"

Dimas memutar bola matanya jengah. "Lo budek apa gimana sih Nay! Lo sendiri juga udah denger kan tadi gimana permainan piano Catherine. Bahkan dia gak ketutup sama permainan biolanya Reyhan. Dan untuk Rania, gue percaya dia emang bisa main Gitar."

"Kamu percaya gitu aja? Bisa aja dia bohong, terus daftar ke sini cuma buat caper." Ucap Naya.

Dimas menatap kesal Naya. "Mereka gak sama kayak Lo Nay! Lo-"

"Dim.." Reyhan menatap datar Dimas.

Dimas menghela nafasnya kasar, ia terkekeh sinis. "Belain aja terus kesayangan Lo itu Rey! Males gue di sini." Ia langsung pergi meninggalkan ruangan dengan keadaan kesal.

Naya mengerucutkan bibirnya, ia menatap Reyhan dengan wajah memelas. "Tuh kan, Dimas gak pernah suka sama aku Rey." Ucapnya.

Reyhan menatap Naya dengan lembut. "Udah ya. Dimas cuma emosi." Ucapnya menenangkan.

Bagas merasa muak dengan tingkah Naya. Dan ia tambah kesal karena Reyhan yang selalu saja luluh dengan gadis itu.

"Gue nyusul Dimas." Setelah mengucapkan itu, ia langsung pergi meninggalkan ruang musik.

Aron menatap Naya. "Nay. Ini peringatan buat Lo, gue gak mau Lo bersikap kaya tadi. Gue gak tahu kenapa Lo gak setuju dengan keputusan gue menerima Catherine dan Rania tanpa seleksi dulu."

"Gue terima mereka juga bukan tanpa alasan, mereka berbakat, gue udah pikirin ini ketika melihat bakat Catherine secara langsung. Mereka bisa membuat citra grup kita tambah lebih baik. Lo nanti akan tahu apa yang gue maksud Nay."

Naya hanya diam, ia merasa sebal. Tapi ia tahan, ia tidak mau marah-marah didepan Reyhan.

Naya bangkit dari duduknya, ia pergi meninggalkan ruangan tanpa mengucapkan apapun.

"Lain kali nasehatin cewek Lo itu Rey." Ucap Aron.

Reyhan mendengus. "Naya bukan cewek gue Ron."

Aron tersenyum miring. "Ah benar. Mantan gebetan, dan Lo belum bisa Move on dari dia."

"Sialan Lo." Kesal Reyhan

Aron terkekeh melihat Reyhan yang kesal. Aron menatap Reyhan dengan serius, ia berdehem pelan. "Lo kok bisa duet sama Catherine? Kalian saling kenal?"

"Gak. Cuma ngetes bakatnya." Jawab Reyhan dengan tenang.

Aron mengangguk singkat. "Lo tahu Rey?"

Reyhan menoleh, alisnya terangkat menunggu kelanjutannya ucapan Aron.

"... Sepertinya gue tertarik sama Catherine."

...****************...

1
Anita Rahayu
Luar biasa
Mabel
Gak terasa waktu lewat begitu cepat saat baca cerita ini, terima kasih author!
🌹Yuukidarkness🥀✨
Gak nyangka!
swaggy
Bagus banget! Aku jadi kangen sama tokoh-tokohnya 😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!