Sudah Cukup Aku Sakit

Pukul 4 pagi aku telah bersiap-siap menuju rumah utama untuk membersihkan rumah. Melewati pintu dapur aku masuk dan mulai membersihkan debu, setelah itu menyapu dan mulai mengepel. Aku bekerja dengan hati-hati karena begitu banyak barang-barang mewah pada rumah ini. Aku tidak ingin menambah masalah baru dalam hidupku. Setelah 2 jam selesai membereskan, saatnya  berpindah ke halaman rumah mulai menyiram tanaman. Tanaman di rumah ini terawat dengan baik, aku juga ekstra hati-hati.

Setelah selesai aku kembali dan menyapa bibi yang sedang memasak didapur.

“Permisi bi selamat pagi” sapaku ramah, bi kalau belanja aku boleh nitip?” lanjutku

“Ia pagi. Rencanyan setelah masak aku mw belanja kebutuhan dapur? Mau bareng?” lanjutnya

“aku gak diijinkan keluar bi. Aku pingin nitip kalau boleh”

“ memang mau nitip apa?” lanjut bibi lastri

“Aku mau nitip roti”  balasku sambil menunduk menahan tangis

Kriuk kriuk bunyi perutku

“ Kamu lapar” tanya bibi lastri

“Ia bi” jawabku jujur

“bangun jam berapa kamu”

“jam 4 bi” kataku jujur

“disana ada air panas di meja itu ada teh, gula, kopi dan susu, kamu buat sarapan gih” lanjut bibi lastri

“Ia bi, makasi” dengan langkah pasti aku mengambil gelas dan membuat teh angat. Belum sempat ku nikmati tiba-tiba wajahku disiram dengan teh angat yang kubuat.

“aaahhh panas panas” teriakku sambil memegang kedua wajahku. Aku terduduk di lantai

“Siapa yang menyuruhmu menyentuh barang-barang dirumahku wanita sialan?” teriak mami dengan lantang. “ini peringatan jangan pernah menyentuh barang-barangku” berlalu meninggalkan dapur

Bibi mengambil kotak obat dan mulai mengobati wajahku yang mulai memerah. Setelah selesai aku menuju ke kamar dan beristirahat

Tok tok

“Glo bibi mau kepasar, kamu mau nitip apa?” teriak bibi dari balik pintu.

“Bi ini pesanan aku, maaf kebanyakan. aku takut make yang dirumah utama” jawabku pelan sambil menyerahkan 5 lembar 100.

“Ia gapapa, kamu istirakat ya, ini bibi bawakan roti buat kamu sarapan” menyerahkan roti padaku.

“makasi ya bibi” sahutku dengan air mata membasahi kedua pipiku.

Setelah kepergian aku bergegas makan roti dengan lahap. Disetiap kamar pelayan tersedia kipas angin, dispenser, tempat tidur dan kasur empuk, meja rias. Berbeda dengan kamarku yang kutempati hanya kasur tipis. Sungguh miris hidupku.

Dua jam kemudian bibi kembali membawa barang-barang pesananku. Ya aku membeli peralatan mandi, peralatan makan,  mencuci piring-pakaian dan roti. Aku tidak tahu hari ini apakah mendapat jatah makan dari rumah besar.

Siang ini aku membersihkan kolam, aku berusaha bekerja sebaik-baiknya demi sesuap nasi. sebenarnya uangku ada, tapi aku ingin menyimpannya untuk kebutuhanku saat diusir keluar dari rumah ini.jadi aku berusaha menghemat pengeluaranku. Karena aku bekerja tanpa digaji.

Setelah membersihkan kolam aku kembali ke kamar berjalan melewati taman dan berpapasan dengan Tuan Deddy. Aku menundukan kepala berjalan memutar arah. Aku tidak ingin mendapat masalah.

  “Hey kamu kesini” teriak Tuan Deddy memanggilku

“Ia Tuan, ada yang bisa saya bantu” Jawabku sambil menunduk

“Ke dapur dan buatkan aku jus alpukat”

“Ia tuan” aku berjalan menuju dapur, berharap ada orang yang bisa membantuku. Dan puji tuhan ketika masuk ada bibi nur sedang mencuci piring.

“Permisi bi, bisa minta tolong buatkan jus buat Tuan Deddy” kataku memohon. Mereka sudah mengetahui kejadian tadi pagi aku disirami air panas karena menyentuh barang-barang di dapur. Dan mereka memperlakukan aku dengan baik.

“Baik, sebentar ya” jawab bi nur sambil tersenyum ramah padaku.

Setelah mengantar pesanan tuan deddy aku kembali ke kamar.

Pintu kamar terbuka, bibi nur datang membawa kkresek berisi makan siang, karena sedari tadi aku belum makan. Hanya roti pemberian Bibi lastri.

“Nie makan, kunci pintunya ya. Sambil menyerahkan makanan dan minuman padaku

“Makasi bi” jawabku sambil memeluk bi Nur. Air mata mengalir di kedua pipiku.

Kerena kelaparan aku makan dengan lahap, setelah makan pintu kamar kubuka kembali, agar aroma makanan hilang.

Tak terasa sudah 5 bulan aku menjadi pembantu dirumah suamiku sendiri. Dia hanya datang di malam hari menyalurkan kebutuhan biolisnya. Setelah puas meninggalkan aku. Tak ada yang kuharapkan aku hanya mengharapkan kebebasan.

Pagi ini saat membersihkan ruangan keluarga, kami dikejutkan dengan bunyi barang pecah. Karena posisiku yang paling dekat aku berlari duluan kesana. Betapa kagetnya saat melihat kucing persia milik nyonnya besar menjatuhkan guci antik milik nyong besar.

Semua berlari ke arah suara, “Apa yang terjadi” ketus nyonya besar dengan lantang. “Wanita sialan kamu apakan guci antik milik aku hah” lanjut nyonya berjalan kearahku

Plak plak belum puas menampar kedua pipiku, tangannya menarik sapu yang kupegang dan langsung dilayangkan ke tubuhku.

“Ampun nyonya, ampun sakit nyonya” hiks hiks “bukan aku nyonya tadi aku membersihkan ruang keluarga mendengar suara aku berlari kesini dan melihat si molly melompat nyonya” hiks hiks

Tanpa berkata-kata nyonya besar terus memukuliku hingga puas. Bawah dia pergi sebelum habis kesabaranku. Aku digotong bi nur dan lastri menuju kamarku.