NovelToon NovelToon
Jodoh Pilihan Ayah

Jodoh Pilihan Ayah

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Wanita Karir / Keluarga / Romansa / Dunia Masa Depan
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: Ummu Umar

Shofiyah yang memiliki kekasih yang mapan dan baik akhirnya berjodoh dengan lelaki sederhana bernama Ahmad pilihan ayahnya, lika liku pernikahan yang dia alami menjadikan perjalanan rumah tangganya kian kuat dan bisa tetap langgeng hingga tua dan memliki 7 orang anak.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ummu Umar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Akhirnya Bekerja 2

"Kak pegang sebentar Umar nya ini, aku pergi sebentar menarik uang untuk kakak". Ucapku ketika turun di tangga

"Iya dek kasih kesini Umar biar kakak jaga". Ucap Suamiku sambil mengambil anaknya.

Akupun pergi mengambil uang dengan jumlah lebih yaitu 1,5juta soalnya jika suamiku bekerja pasti akan membutuhkan ongkos jalan dan biaya untuk bekal makanan serta pegangan suamiku selama bekerja apalagi jaraknya lumayan jauh. Tak apalah yang penting dia dapat pekerjaan. Aku kasihan kepadanya yang selalu mendapatkan kalimat sindiran dari keluarga besarnya. Akupun pulang dan memberikan uang kepada suamiku

"Ini 1 juta kak untuk pegangan dan ongkos, sapatau ada lagi yang harus dibayar".

"Banyak kamma dek dikasihkanka ini??". Tanya suamiku keheranan.

"iya kalau memang tidak terpakai disana biarkan untuk ongkos naik turun kakak nanti kalau sudah mulai bekerja". Suamiku tersenyum dan memelukku.

"Terima kasih dek doakan kakak ya, Mudah-mudahan betul keterima dan langsung bekerja".

" Amin, Iye berangkat maki sekarang takutnya nanti Ditunggu ki sama bos disana".

"Kalau begitu kakak pergi ya, baek-baek ki dirumah na sama Umar".

"Iye Hati-hati dijalan jangan terlalu ngebut".

"Saya permisi dulu.. Ucap teman suamiku sambil menggabungkan tangannya tanda berpamitan.

"Iye Hati-hati". Ucapku mengatupkan tangan.. Membalas ucapannya..

Akupun memasukkan Umar ke kandangnya. Anakku memang memiliki kandang dibawah rumah dengan ukuran cukup besar untuk dia tidur dan bermain jika aku punya pekerjaan dibawah rumah.. Karena ini masih pagi makanya aku akan membersihkan dibawah rumah seperti biasa sambil menaruh Umar dikandangnya.

(Istilah orang daerah Makassar, tempat bermain anak yang terbuat dari bambu)

Akupun mengambil sapu lidi dan mulai membersihkannya.. Sejam berlalu aku melihat anakku tertidur pulas dikandangnya. Sambil menunggunya bangun akupun membakar sampah dengan jarak yang jauh dari jangkauan anakku agar tidak merusak kesehatannya. . Tak hanya itu kebetulan penjual sayur dan ikan juga lewat sekalian aku membelinya..

"Kemana mertuamu dari kemaren tidak terlihat". Tanya mama Santi, tante dari suamiku dari pihak ayahnya.

"Ohw iye adai diatas mama santi, ka di tau sendiri bagaimana Ainun apalagi sedang hamil".

"Perasaan itu mertuamu kerjanya hilang terus, apakah tidak na pikir bilang ada anaknya satu lagi yang masih kecil dan perlu diperhatiakan??"..

Aku tersenyum dibalik cadar mendengar gerutuan dari tanteku ini, aku menjawab dengan santai. "kayak mama tidak tau saja mereka tanpa menjawab pun mama tau jawabannya".

Mama santi mendengus mendengar jawabanku. "Aku hanya heran saja sama mertuamu itu bisa-bisanya memperlakukan adik kecilmu seperti itu, tidak ada perasaannya sama sekali".

"Aku tidak tau mama, Tanyakan saja nanti sama mereka, lagian aku tak punya hak untuk berpendapat tentang itu kan si Khadijah kecil anak mereka biarkan saja mereka". Ucapku santai

"Kamu ini tidak kasian sama ademu ka.?? Dengan muka menyelidik..

"Ya Allah mama ini, masa tidak disayang ki, kan biar bagaimana adeku juga ma, Kalau adai pasti kuurus seperti ade sendiri. Aku juga selalu mengantarnya kesekolah dan memberikannya uang jajan dan menyucikan pakaian dan menyetrika kan pakaiannya. Hanya saja masalah pengasuhan dan pendidikan dirumah itu bukan tanggung jawab ku karena pola asuh dan cara mengajarku berbeda dengan orang tuanya. Lagian mama ini tau sendiri pekerjaanku dirumah banyak belum lagi mengurus anakku sendiri".

"Terus si Ahmad dapat mi kerja?? Lamana mo itu belum dapat kerja tetap".

"Alhamdulilah ma.. Suamiku sudah dapat dan dia barusan turun bersama temannya untuk mengurus administrasi dan pakaian yang dipakai maklum dia keterima kerja menjadi security di Mall Nipah". Ucapku dengan senang.

"Seriusko nak?? Alhamdulilah kalau begitu.. Mama hanya kasian dengan adik dan suamimu itu".

"Doakan saja ma. Yang terbaik, Perhatikanmi Hadijaj saja ma karena biar bagaimanapun dia juga keponakan ta".

"Iya nak kalau adaji Hadija disini mama selalu kasih uang dan makanan jika dia mau makan, tapi jarang ki ka dirumahnya nenekmu kebanyakan".

"Kan memang sejak kecil disna ma.. Makanya jangan heran jika dia jarang disini".

"Memang berapami anaknya Ainun nak??, setauku baru melahirkan kenapa na hamil lagi". Tanya keluarga suamiku lainnya yang ikut berbelanja

"Iye tante anak ketiga mi ini usia kandungannya 4 bulan kalau tidak salah, Dan yang anaknya sebelumya usianya hampir setahun".

"Haa.... Seriusko nak.. Ucap tetangga rumahku dengan wajah terkejut

"Iye usianya anaknya sebelumnya baru 7 bulan na mengandung lagi". Ucapku pelan

"Astaga cepat na itu kalau usia begitu, kasian masih butuh asi dan kasih sayang itu, na adami seng adenya". Ucap tetangga sebelah rumah.

"Iye tante cepat ki seng dipercaya ada anaknya lagi". Ucapku dengan sopan walau mulai tak nyaman

"Kau iya mauko juga begitu tidak mu kasian anakmu?? ". Tanyanya dengan wajah serius.

"Hehehehe tidak tante, aku mungkin menyelesaikan asi eksklusif dulu baru mengandung lagi. Agar nanti saat adiknya lahir kakaknya sudah agak besar dan pengertian kalau terlalu dekat aku nanti yang kerepotan sendiri tapi itu tergantung dari Allah yang memberi. Aku hanya menerima saja tapi jika diinginkan seperti yang kukatakan tadi".

"Bagus itu nak jangan terlalu cepat, kasian kodong anak-anaka kalau begitu".

"Iye aku duluan tante, die ka menangis mi Umar". Ucapku saat aku mendengar tangisan anakku.. Aku segera berlari menghampiri Mujahid kecilku sambil menggendongnya untuk naik keatas rumah dan membawa barang bawaan ku.

Kuletakkan diatas meja dan ikan yang kubeli, ku gantung tinggi karena kadang banyak kucing naik kerumah untuk mencuri ikan yang tidak tergantung, maklum disini tidak ada kulkas apalagi mesin cuci. Semua dikerjakan manual pakai tangan. Akupun menimang Umar agar tidak menagis dan mungkin dia lapar makanya rewel..

Aku pun menyusui sambil berbaring dan menepuk-nepuk pantatnya agar dia tidur kembali karena tidurnya hanya sebentar sambil mengistirahatkan badan sejenak menunggu dia tenang dan tertidur kembali. Saat aku melihat kebawah ternyata anak soleh sudah tidur akupun kedapur untuk memasak makan siang . Setelah memasak akupun mencuci pakaian kami.

Untunglah setelah pekerjaanku selesai semua baru Umar terbangun dari tidurnya. Aku sudah menyiapkan makan siang untuknya. Ya anak soleh sudah MPASI Jadi aku menyiapkan makanan untuknya. Makannya cukup lahap hanya saja badannya tidak pernah naik. Aku juga tidak mengerti kenapa seperti itu biasanya anak yang kuat menyusu dan makan akan gembul sedangkan anakku tidak.. Biarlah yang penting dia tumbuh sehat dan aktif serta pintar. Mungkin dia mengikuti garis keturunan ayahku yang tidak gemuk sejak kecil karena aku bersaudara juga seperti itu..

"Assalamu'alaikum dek, kakak pulang".

Akupun keluar dengan Umar menyambut suamiku yang sudah pulang. "Bagaimana kak?? Tanyaku..

"Alhamdulillah dek kakak sudah bisa bekerja minggu depan dan ini seragam serta sepatunya". Ucap suamiku sambil memelukku dengan perasaan bahagia

Aku yang mendengar nya senang dan terharu akan perjuangannya mencari pekerjaan. "Syukurlah kak aku bahagia mendengarnya. Akhirnya kakak dapat pekerjaan dan aku harap kakak bekerja sungguh-sungguh karena kakak tau sendiri apa yang kakak alami selama tidak bekerja".

"Iya dek doakan kakak yaa".

Ya sudah kak kita makan siang yuk karena sudah waktunya makan siang.

" Iye dek sini Umarnya kakak gendong". Akupun memberikan anaknya untuk ia jaga saat aku menyiapkan makan siang untuk kami.. Kami pun makan siang dengan khidmat dan penuh syukur karena hari ini sudah ditetapkan bahwa suamiku bekerja minggu depan bahkan mendapatkan seragam dan sepatunya.

Setelah makan kami berbincang ringan, suamiku pun menceritakan apa yang terjadi ditempat ia akan bekerja. Sangat detail bahkan sudah banyak barang yang ingin dia beli. Astaga inilah yang aku takutkan jika dia bekerja aku takut sikapnya akan berubah setelah ini..

Belum lagi kedua mertuaku itu pastilah uang yang didapatkan suamiku tidak akan bisa tersimpan jika menuruti mereka karena mereka selalu meminta uangku bahkan sebelum suamiku bekerja apalagi saat dia sudah bekerja.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!