NovelToon NovelToon
Buku Merah Maroon : Pembunuhan Di Perkemahan

Buku Merah Maroon : Pembunuhan Di Perkemahan

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Balas Dendam / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / TKP / Dendam Kesumat
Popularitas:17.9k
Nilai: 5
Nama Author: bung Kus

Buku Merah Maroon seolah menebar kutukan kebencian bagi siapapun yang membacanya. Kali ini buku itu menginspirasi kasus kejahatan yang terjadi di sebuah kegiatan perkemahan yang dilakukan oleh komunitas pecinta alam.

Kisah lanjutan dari Rumah Tepi Sungai.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bung Kus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Arti Pertemanan

Rumah di tengah hutan itu bagian pagarnya tertutup rapat kali ini. Aldo dan kawan-kawannya berdiri di luar sembari memanggil penghuni rumah. Namun sayangnya tidak ada jawaban. Kesunyian yang aneh terasa, seolah rumah itu adalah bangunan terbengkalai dengan udara dingin yang meniup tengkuk.

"Katamu kita diundang untuk makan malam. Tetapi rumah ini terasa seperti kuburan," protes Aldo memelototi Gery.

"Tapi aku pun mendengar sendiri Nyonya rumah ini mengundang kita untuk makan malam," sergah Nana membela Gery.

"Tapi buktinya, kamu lihat sendiri kan? Buka matamu Nana. Rumah gelap, sepi seperti tidak berpenghuni," bantah Aldo.

Nana mengepalkan tangan. Di benaknya sempat terbersit keinginan untuk melayangkan tinju ke wajah Aldo. Nana sebagai gadis peraih medali dalam bela diri tingkat SMA merasa tidak akan kalah jika berkelahi dengan Aldo.

Terdengar langkah kaki mendekat. Bunyi salah satu kaki yang diseret membuat Gery dan Nana mengingat satu nama, yakni Mak Ijah. Dan benar saja, dari bagian samping rumah terlihat nenek tua itu berjalan terseok tanpa tongkatnya.

Mak Ijah terlihat mengenakan celemek dan hand glove berwarna hitam yang penuh dengan cipratan cairan berwarna merah terang. Rambut penuh uban itu dibiarkan terurai. Sorot mata tajam menakutkan mengarah pada gerombolan bocah SMA di luar pagar rumah majikannya.

"Siapa dia?" tanya Yuzi setengah berbisik. Gadis itu menempel pada Aldo. Dia benar-benar ketakutan.

"Permisi Mak Ijah," ucap Gery mencoba tersenyum. Mak Ijah menyeringai sebentar, kemudian membuka pagar.

"Maaf makanan belum siap. Saya masih memotong-motong daging untuk disantap bersama nanti," ucap Mak Ijah menunjukkan tangannya penuh noda darah.

"Ah jadi begini Mak. Di tempat perkemahan ada sedikit masalah. Jadi kami diminta oleh pembina untuk sementara waktu menumpang istirahat di rumah Bu Anggun jika diijinkan. Bagaimanapun tempat teraman di hutan ini adalah rumah Bu Anggun," sahut Nana menimpali.

"Oh jadi begitu. Tentu saja boleh. Nyonya pasti akan sangat senang ada banyak orang yang berkunjung. Silahkan. Tidak usah sungkan. Rumah Bu Anggun selalu terbuka untuk pengunjung, asalkan semua mematuhi untuk tidak ke lantai dua," jelas Mak Ijah bersungguh-sungguh.

"Kenapa dengan lantai dua?" seloroh Aldo tiba-tiba. Ekspresi congkaknya terlihat kala dia bertanya sembari sedikit mengangkat dagu.

"Tidak ada apa-apa. Hanya saja lantai dua merupakan ruang tidur Nyonya," kilah Mak Ijah seolah meralat perkataannya.

"Baik Mak. Kami mengerti. Kami mungkin akan pinjam toilet, dan beristirahat di ruang depan saja kok Mak," balas Nana cepat.

"Silahkan. Saya akan kembali ke belakang untuk menyiapkan makanan. Sekedar saran saja untuk mengisi waktu luang, kalian semua bisa membaca koleksi buku di ruang depan. Tentunya buku karya Tuan Zainul. Meskipun saya dengar generasi sekarang semakin jarang yang membaca buku, kalah dengan gadget. Akan tetapi saya berharap kalian berkenan untuk menikmati karya terakhir orang yang disebut Sang Maestro," pungkas Mak Ijah membungkuk. Lalu berbalik badan hendak kembali ke dapur belakang rumah.

"Baik Mak, terimakasih," balas Nana cepat.

"Orangtua sok tahu!" ujar Aldo berjalan mendahului menuju ke rumah Bu Anggun. Yuzi masih ketakutan, mencengkeram lengan Aldo. Sedangkan Nana tersenyum kikuk khawatir Mak Ijah mendengar ucapan Aldo. Namun sepertinya pembantu tua itu tidak terganggu oleh perkataan Aldo. Mak Ijah tetap berjalan ke samping rumah dengan sebelah kakinya yang diseret. Meski terlihat seperti kesulitan melangkah, nyatanya Mak Ijah sangat gesit dan cepat. Sekejap saja sudah lenyap dari pandangan.

"Kemana tongkat kayu orangtua itu?" bisik Gery berjalan beriringan dengan Nana.

"Kamu juga melihatnya kan? Tongkat kayu milik Mak Ijah bagian ujungnya logam runcing," lanjut Gery berbisik.

"Lalu kenapa?" Nana menimpali. Dia tidak ingin memusingkan pertanyaan Gery.

"Kamu pasti pernah melihat Ibumu memasak di rumah. Apakah memotong daging mencipratkan darah di celemek sebanyak itu?" tanya Gery lagi.

Nana terdiam kini. Semakin dia melangkah mendekati rumah Bu Anggun kian terasa sensasi dingin di sekujur tubuhnya. Perkataan Gery menambah perasaan tidak nyaman di hatinya.

Putra berjongkok di depan kolam ikan. Dia mengamati dua ikan Aligator yang berdiam di dasar kolam. Hewan liar dan galak yang menyembunyikan insting berburunya dengan bersikap tenang seolah menjadi peliharaan jinak.

"Bagaimana mungkin penghuni rumah ini memelihara ikan seperti ini?" gumam Aldo. Dia berdiri di sebelah Putra.

"Aku dulu pernah memeliharanya tapi yang berukuran kecil. Baru kali ini aku melihat ukuran yang sebesar ini. Mungkin di habitat aslinya memang terlihat seperti ini kali ya," sambung Putra.

Aldo tersenyum jahil. Dia meraih pundak Putra dan sedikit mendorongnya. Aldo berpikir Putra akan menjerit ketakutan, tetapi dugaannya keliru. Putra diam saja, hanya tersenyum masam.

"Wah, kupikir kamu akan terkejut," ucap Aldo kecewa.

"Bagaimanapun makhluk ini tetaplah ikan. Berbeda dengan buaya. Tetapi beda cerita jika kamu memiliki luka basah di jari dan mencelupkannya ke dalam kolam," balas Putra. Aldo manggut-manggut mengerti.

"Kalau bibir yang terluka, bagaimana menurutmu?" tanya Aldo kemudian. Putra mengernyit, tidak mengerti maksud perkataan temannya itu.

"Aku memukul Anggoro tepat di bibirnya. Bagaimana jika nanti kamu pegangi dia? Kita akan mendorong wajah serta bibirnya yang dower berdarah itu ke dalam kolam. Bukankah itu ganjaran setimpal untuk ulahnya?" Aldo menatap Putra sembari memainkan kedua alisnya.

"Hah? Tapi kurasa Anggoro tidak berbohong. Ada yang melakukan sabotase, Do," balas Putra.

"Kamu percaya pembelaan dari guru BK itu? Perkataannya hanya untuk melindungi Anggoro karena dia aset sekolah. Si jago MIPA. Sabotase tai kucing itu hanya kebohongan. Coba katakan padaku Putra, siapa kiranya di antara kita yang berani melakukan sabotase? Kita semua teman bukan? Atau jangan-jangan kamu berani berkhianat padaku?" desak Aldo. Putra kehabisan kata-kata. Dia mendadak gagap.

"Ikuti kata-kataku Putra. Jika kukatakan Anggoro perlu diberi pelajaran, maka lakukan. Bukankah aku selalu baik padamu? Ingat, jika bukan karena aku, semua yang ada disini pasti sudah berada di ruang tahanan remaja," ancam Aldo kembali mengayun langkah meninggalkan Putra. Yuzi mengekornya. Sedangkan Nana mendekati Putra dengan ekspresi kesal.

"Jika seperti ini, seumur hidup kamu akan diperbudak oleh Aldo," gumam Nana.

"Selepas SMA, aku mau pergi ke luar pulau ikut pamanku. Aku bukan kriminal yang harus ketakutan sepanjang hidupku. Aku masih bisa hidup normal kan?" Putra terlihat menahan tangis.

"Kita sudah cukup membantu Aldo," balas Nana menghela napas.

Gery mendengarkan percakapan dua rekannya itu. Mulutnya terkatup rapat. Dia masih merasa memiliki hutang budi yang belum terbayarkan pada Aldo. Batinnya merasa kesal pada Nana yang terasa ingin menggoyahkan ketenangan Aldo.

Pertemanan yang awalnya terasa kuat, nyatanya tak lebih dari sehelai kapas yang mudah hilang ditiup angin. Pada akhirnya Gery merasa jika orang-orang yang sering tersenyum di depan, pada dasarnya sering merengut saat berada di belakang.

1
Rika Iftakul
bner na memang pak dollah sengaja
Rika Iftakul
pasti pak dollah sendiri yg sengaja mutus kabel
Rika Iftakul
kuku putra atau rana
Yuli a: kuku putra ada di dalam perut aligator ...😭
total 1 replies
Hidayah Hanan
lnjut kakak😍😍😍
Desyi Alawiyah
Itu bukan kukunya mak Ijah, Nana...

Wah, ada kuku? Kuku siapa yah 🤔🤔🤔
Ai Emy Ningrum: kuku manusia yg kelepas waktu daging nya lg dimasak mak Ijah 😳
total 1 replies
Desyi Alawiyah
Lalu dimana Aldo? Giliran kamu Gery sakit, si Aldo malah ninggalin...hadeehhh 🤭
Yuli a
bisa jadi pak Dollah si pembunuh itu... minta bantuan sama Mak Ijah... jadi tuan Zainul nya Mak Ijah yang baru... Mak Ijah hidup hanya untuk mengabdi kan...
Yuli a
kok nggak muntah sih na ngeliat ada kuku dimasakan... aku aja kalau beli nasi uduk ada rambutnya pingin muntah Lo...🤢🤮
Yuli a
sengaja itu mah... hujan reda, WiFi mati. biar terisolasi mereka tu...
Mak Ijah kali ya yang grubak-grubuk mutusin kabel..
Yuli a: wah multi talenta banget Mak Ijah ya... kadang-kadang cosplay jadi tukang jagal, kadang-kadang jadi chef handal, sekarang malah cosplay jadi wonder woman...
Yuli a: berarti Suga nya nggak asli dong ya .. 🤣🤣🤣
total 6 replies
Yuli a
duh... jangan lama-lama dong ninggalin Gerry nya... entar hilang Lo...
Yuli a
aku tadi udah deg degan banget... takut kalau yang berjas hujan itu sang pembunuh... ternyata pak Dollah...
Ai Emy Ningrum
bisa2 jurinya yg dijadiin sop sama Mak Ijah kalok dia ikut kompetisi Master Sop 🙈🙈 apalagi jurinya modelan chef Juna 🤣🤣🤣
Yuli a: cius....🤣🤣🤣
Ai Emy Ningrum: btw ,liontin deh yg bnr 😹😹
total 12 replies
Maymayarni
lanjut thor
𝙿𝚊𝚞𝚕𝚘`Nia🔮_♑︎
kenapa aku menduga Rana belum tewas ya ⊃ο<*, dugaan aja sih, soalnya biasanya plot twist hehe 😁
𝙿𝚊𝚞𝚕𝚘`Nia🔮_♑︎: maka dari itu, kepalanya pecah kan belum tentu itu rana atau bukan, tapi yo ga tau sih
𝕃α²¹ℓ 𝐒єησяιтα 🇵🇸🇮🇩: Rana yg tewas di sungai kan? yg kepalanya pecah ditindih batu?
Anggoro sama Pak Nafi liat itu Rana.
jadi sepertinya klo menurutku Rana tewas kak
total 2 replies
Nur Hidayah
setiap hari nungguin KK upload👀
Sulastri
Bagus sekali
Maymayarni
lanjut thor
Isnaaja
kasian putra. datang ke perkemahan hanya untuk makanan ikan.
Isnaaja
seseorang yang dikenal anggoro,,
Hidayah Hanan
semangat up bung🥰🥰
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!