"paman jelas-jelas kamu juga mencintai aku akan tetapi kenapa kamu tidak mau mengakuinya"
Alena jatuh cinta kepada paman angkatnya sejak dia masih kecil, akan tetapi paman selalu menganggap dia seorang gadis kecil yang sangat imut, apakah si dokter jenius itu akan tergerak hatinya untuk menerima Alena, ikuti kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AMIRA ARSHYLA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
chapter 11
pikiran Alena kemudian kembali ke beberapa tahun yang lalu di saat dia masih berada di rumah keluarga ayahnya.
Di dalam sebuah ruangan yang sempit di dalam rumah susun yang sudah tua.
terlihat beberapa orang sedang duduk mengelilingi meja makan.
"hei...kamu makan nasi yang banyak dong, kenapa kamu makan sayur dan lauk sebanyak itu...?"ujar seorang wanita sambil berjalan mendekati Alena kecil.
"kamu harus lebih banyak makan nasi dari pada makan lauk ya, apakah kamu sudah mengerti...!"ujar wanita tersebut.
anak perempuan itu kemudian menganggukkan kepalanya.
Anak laki-laki yang duduk di sebelah anak perempuan. itu kemudian menatap ke arah ibunya.
"eh...ibu, bukanya ibu bilang jika aku harus banyak makan sayur dan lauk kurangi makan nasi..?"ujar Adi sambil menatap wajah ibunya.
"ibu kok sekarang kamu jadi berubah sih...?"ujar Adi lagi.
"eh... Dasar anak ini.."ujar wanita tersebut sambil menatap tajam ke arah Adi.
"jika ibu sedang bicara kamu tidak boleh menyela oke...! cepat habiskan makananmu...!"ujar wanita itu memarahi anaknya.
"baiklah ibu."ujar Adi kecil sambil kembali menikmati Makannya.
Meja makan itu sangatlah hening.
setelah makan, Alena kecil kemudian berjalan di belakang ibunya Adi.
"nah alena, ini adalah kamarmu, kamu bisa tidur di sini, badanmu kecil jadi kamu memakai kasur yang kecil saja,tidak usah memakai kasur yang besar, ini seprainya aku taruh di sini, kamu bisa memasangnya sendiri."ujar ibu Adi sambil membuka pintu sebuah ruangan.
Di dalam ruangan itu hanya terdapat satu kasur lantai yang kecil dan sudah usang dan sebuah meja kecil yang tidak kalah usang nya berada di samping kasur tersebut.
Alena memerhatikan kamar tersebut tanpa berani berbicara sepatah kata pun.
Alena kemudian langsung memasang sprai di kasur tersebut, setelah itu Alena kemudian langsung memejamkan matanya.
beberapa hari kemudian di rumah teman ayah Adi kecil.
"hei...gadis kecil, berapa umurmu...?" ujar seseorang pria yang sedang mabuk sambil menarik tangan Alena.
Alena kemudian jatuh terduduk di atas pangkuan pria yang sedang mabuk tersebut.
"hei..bro ayo Kita minum lagi...!"ujar ayah Adi kecil yang sudah mabuk berat.
Pria yang memangku Alena kecil kemudian mengusap wajah Alena.
"kulitmu kok sangat mulus sih...?"ujar pria mabuk itu.
Alena kecil sangat ketakutan dan kemudian turun dari pangkuan pria mabuk itu, dia kemudian langsung berlari keluar dari dalam rumah itu.
Hua...!
Hua...!
Hua...!
Terdengar suara Alena kecil menangis sambil berlari dengan sangat kencang.
Alena kemudian bersembunyi di balik tembok sebuah rumah yang besar.
Hu...!
Hu...!
Hu...!
Alena masih saja menangis karena ketakutan.
Tiba-tiba saja seorang wanita berjalan mendekati Alena kecil.
"Alena, kenapa kamu bisa ada di sini...?"ujar bibi lin muda sambil menatap ke arah Alena yang duduk di atas rumput sambil menangis.
Alena kecil kemudian mendongakkan kepalanya ke arah bibi lin berdiri.
"ya ampun, sayang kenapa kamu menangis sampai seperti ini..?"ujar bibi lin sambil mengusap air mata Alena.
beberapa hari kemudian sejak kejadian di rumah teman ayah Adi.
Alena di bawa pulang oleh bibi lin dan paman yan ke rumah Narendra.
"Alena sayang, mulai hari ini aku dan paman yan akan menjadi orang tua angkatmu."ujar bibi lin sambil memeluk Alena.
Narendra muda kemudian tersenyum lebar ke arah Alena kecil.
Keesokan harinya.
terlihat Alena kecil sedang mengintip Narendra yang sedang bermain piano di ruangannya.
"Alena, apakah kamu sedang melihat tuan muda memainkan piano...?"ujar bibi lin dari arah belakang.
Alena terkejut dan langsung memutar badannya.
"iya maaf."ujar Alena sambil menundukkan kepalanya.
"jika kamu ingin melihatnya maka kamu masuk saja dan tidak perlu bersembunyi seperti ini."ujar bibi lin sambil tersenyum.
"sana masuklah."ujar bibi lin.
Narendra kemudian menatap ke arah Meraka berdua, terlihat sebuah senyuman di bibir pria muda yang sangat paman itu.
"Alena, ayo ke sini, masuklah."ujar Narendra sambil tersenyum lebar ke arah Alena.
Alena kemudian langsung berjalan masuk ke dalam ruangan tersebut.
"ayo duduklah di sini."ujar Narendra sambil menepuk kursi yang berada di sebelah pianonya.
"terima kasih."ujar alena.
Alena kemudian duduk di dekat piano tersebut.
"Alena, apakah kamu suka dengan piano...?"ujar Narendra.
"iya paman, kamu memainkan piano ini dengan sangat baik."ujar Alena sambil tersenyum lebar.
"apakah kamu ingin mencobanya...?"ujar Narendra.
"wah...apakah boleh...?"ujar alena.
"tentu saja boleh, aku akan mengajari kamu sekarang juga, atau kamu ingin di carikan guru yang profesional untuk mengajarimu."ujar Narendra.
"tidak, tidak...! paman saja yang mengajariku itu sudah cukup."ujar Alena.
Alena kemudian mulai memainkan piano yang berada di hadapannya.
"iya benar, bengkokan tanganmu seperti ini, seperti kamu sedang memegang sebuah telur."ujar Narendra sambil memegang tangan Alena.
"Jagan gugup mainkan saja sesuka hatimu."ujar Narendra di telinga alena.
Karna posisi Alena tepat berapa di hadapan Narendra.
bibi lin tersenyum lebar melihat mereka berdua.
keesokan harinya.
"hei...bocah...! Jagan mentang-mentang kamu sekarang tinggal di rumah yang bagus kamu jad sombong ya...! Ibuku bilang Meraka berdua tidak punya alasan untuk mengadopsi kamu, jika kamu tidak bekerja maka tidak lama lagi kamu akan di usir keluar dari dalam rumah bagus itu."ujar Adi kecil sambil mendorong Alena.
"paman, kenapa yang mengadopsi ku bibi lin dan paman yan, kenapa bukan kamu..?"ujar Alena dalam hatinya.
Alena kemudian berjalan pulang ke rumah Narendra.
Sesampainya di rumah, Alena kemudian langsung berjalan mendekati Narendra.
"paman, kenapa yang mengadopsi aku bibi lin dan paman yan, kenapa bukan paman saja ..?"ujar Alena sambil menatap wajah Narendra.
Narendra kemudian tersenyum.
"karena paman belum memenuhi syarat untuk bisa mengadopsi kamu."ujar Narendra sambil tersenyum lebar ke arah Alena.
"jadi itu alasan paman tidak mengadopsiku secara langsung...?"ujar Alena dengan tatapan mata yang sangat polos.
"iya sayang."ujar Narendra sambil mencubit pipi Alena.
"baiklah, jadi itu adalah alasan kenapa paman Tidak mengadopsi aku kan...?"ujar Alena lagi.
"iya.."ujar Narendra.
"paman, apakah aku akan selalu tinggal di sini...?"ujar Alena.
"iya kamu tidak akan pernah pergi dari sini."ujar Narendra.
"jadi paman akan selalu tinggal di sini bersama denganku kan...?"ujar Alena.
"iya tentu saja."ujar Narendra.
"kita akan selalu bersama selamanya kan...?"ujar Alena.
"iya kita akan selalu bersama selamanya asalkan kamu bersedia."ujar Narendra sambil tersenyum lebar ke arah Alena.
"terima kasih paman."ujar Alena sambil memeluk Narendra.