Amira harus menelan pil pahit, ketika seorang kekasih yang selama ini dia sayangi harus bersanding dengan sahabatnya sendiri, dengan alasan cintanya sudah habis dengannya, bahkan selama satu tahun ini sang kekasih bertahan karena berpura-pura dan tanpa terpikir panjang lelaki yang bernama Arya itu mengakhiri begitu saja hubungannya dengan Amira di saat yang bersamaan Amira ingin memberi kejutan kalau dia tengah mengandung benih kekasihnya itu. Akankah Amira sanggup membawa pergi benih dari mantannya itu? nantikan kisah selanjutnya hanya di Manga Toon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayumarhumah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 20
Arya pun masih bersikukuh dia yakin kalau Amira ada di dalam sana, hanya saja satpam yang bertugas tidak mengijinkan dirinya untuk masuk.
"Ya sudah Pak, kalau begitu Bapak pulang dulu, lagian ibu Amira nya memang tidak ada di rumah," ucap satpam yang satunya lagi.
"Oh tidak bisa begitu, saya ini datang jauh-jauh untuk menemui Amira dan anak saya, masak tidak boleh," cetus Arya.
"Bukannya tidak boleh tapi memang ibu Amira nya sudah pergi dari kemarin, jadi saya harap Bapak bisa pulang karena di kompleks ini tidak mengijinkan kegaduhan, jadi sebelum kamu mengusir Bapak dengan cara yang tidak terhormat lebih baik pulang saja," tegas Satpam tersebut yang membuat Arya sedikit berpikir.
'Astaga! Ingin bertemu kamu saja di persulit seperti ini, apa segitu bencinya kamu padaku Mir,' ungkap Arya di dalam hati.
Karena merasa terancam akhirnya Arya pun terpaksa meninggalkan rumah Amira dengan perasaan yang kusut.
Sesampainya di rumah, Arya masih belum bisa berpikir dengan jernih pikirannya terlalu fokus memikirkan Amira dan juga anaknya, bahkan pria itu hampir tidak menjawab pertanyaan-pertanyaan kecil yang terlontar dari mulut istrinya.
"Pa, sudah pulang?" tanya Nadine sedangkan Arya hanya terdiam, bayangannya sudah dikuasai oleh Amira dan juga Afifah.
"Mas, di tanya itu jawab dong!" dengus Nadine dengan kesal.
"Apa sih aku pulang kerja malah banyak pertanyaan gak jelas seperti ini, sudah tahu aku pulang kerja, seharusnya kau layani aku, buatin minuman hangat kek, atau apalah, malah di todong pertanyaan terus," ketus Arya sambil memijat pelipisnya yang terasa pening.
"Biasanya aku juga suka bertanya seperti ini, dan kamu nerima-nerima saja, lagian tugas buat kopi itu ada Bibi, bukan aku, emang aku pembantu, segala macam kebutuhanmu harus aku penuhi, ya enggaklah," tolak Nadine yang tidak mau membuatkan minuman untuk suaminya.
Arya pun terdiam, Nadine memang selalu seperti itu dari dulu tidak pernah melayaninya dengan baik, mungkin wanita itu hanya baik diatas ranjang saja, tapi selebihnya, dia acuh, bahkan menyiapkan baju untuk suaminya bekerja pun dia tidak pernah sama sekali.
'Ya Allah, apa ini hukuman yang engkau beri, dulu aku pernah mendapatkan wanita yang bisa dibilang nyaris sempurna, tapi wanita itu aku sia-diakan begitu saja,' batin Arya.
*******
Di tempat lain saat ini Amira sudah pindah ke apartemen, untuk sekarang ini wanita cantik itu lebih memilih menyewa apartemen di banding harus meninggalkan rumahnya yang mungkin setiap hari harus di datangi oleh Arya.
"Alhamdulillah akhirnya kita bisa tinggal di tempat baru, gak apalah kita nyewa dulu di sini, besok-besok siapa tahu kita bisa beli apartemen," ucap Amira pada anaknya.
"Buat apa beli apartemen Bu, lebih baik kita beli rumah saja, gak apa-apa sederhana setidaknya kita gak tinggal diatas lahan yang sama seperti ini," sahut anaknya itu.
"Kok, kamu pinter banget sih Nak," puji Amira.
"Iya dong, kan anaknya Ibu," sahut Afifah dengan senyum yang terukir di sudut bibirnya.
"Nak, Mbak Arum kasih habis nelepon ibu, katanya permintaan bawang goreng semakin melonjak, ya ibu turut senang, itu berarti pendapatan kita perbulannya tambah, tapi yang jadi masalah pemasok bawang merah dari luar kota semakin mengurang," terang Amira.
"Mungkin karena harganya yang sekarang agak mahal Bu, coba saja ibu datangkan bawang merah dari Jawa Barat, siapa tahu saja ibu bisa memenuhi permintaan pasar," imbuh anaknya itu.
"Oh ya ya, kenapa dari dulu ibu tidak berpikir seperti itu Nak," ucap Amira. "Ya sudah Ibu mau ngikutin usulan darimu," imbuhnya kembali.
******
Malam pun semakin larut, saat ini Afifah nyaris tidak bisa tidur di karenakan besok dia harus beradaptasi dengan orang-orang baru, tapi meskipun begitu ada hal yang sejak tadi mengganggu pikirannya.
Tidak tahu mengapa, bayangan Arya yang melindungi Aluna ketika bertengkar dengannya, selalu menjadi akar masalah di benaknya, siapa yang tidak iri, melihat seorang ayah yang begitu mencintai putrinya, sedangkan ia sedari dulu selalu merindukan kasih sayang dari seorang ayah.
Tapi kenapa Tuhan mempertemukan ia dan juga ayahnya untuk yang pertama kali dengan kesan yang menyeramkan layaknya, film-film horor.
"Aku tidak pernah menyangka kalau pria yang memarahiku menunjuk-nunjuk wajahku, dia merupakan ayah kandungku sendiri ... Ya Allah, sebegitu bercandanya dunia ini untukku," gumam Afif sambil menatap dinding-dinding langit di kamarnya.
*******
Keesokan harinya, hari ini Afif mulai masuk ke sekolah barunya, sebagai siswa baru di sini, Afif juga di minta untuk memperkenalkan diri terhadap teman-temannya yang lain.
"Anak-anak hari ini kita kedatangan siswa baru dari SMA Tunas Bangsa," ucap seorang guru yang memberi tahu hal ini ke siswa-siswinya.
"Ayo Nak, kau perkenalkan diri dulu," perintah guru tersebut.
Afif pun langsung masuk ke dalam kelas lalu dia mulai memperkenalkan diri di depan teman-temannya.
"Assalamualaikum ... Selamat pagi teman-teman, perkenalkan nama saya Afifah Naufal siswa baru di sekolah ini, semoga saya bisa mengikuti pelajaran di sini dengan baik, dan juga bisa berteman dengan kalian," ucap Afif yang diberi tepukan oleh teman-teman di kelasnya.
Afif mulai duduk, di bangku kosong bersama dengan seorang cowok, yang menurut Afif begitu pendiam, bahkan Afif mencoba untuk menyapa, tapi sayang sapaan Afif tidak di gubris oleh remaja yang bernama Bams itu.
Pelajaran pun sudah di mulai dan berlangsung hingga bek istirahat berbunyi, segera para siswa dan siswi berhamburan untuk keluar kelas, sedangkan Afif hanya di dalam kelas karena tidak tahu dia harus bergaul dengan siapa, beruntung ibunya selalu membawakan bekal sehingga dirinya tidak perlu makan diluar.
******
Di sekolah Tunas Bangsa, saat ini tengah di gegerkan oleh kepindahan Afif yang tiba-tiba, memang tidak banyak yang tahu kalau Afif habis mempunyai masalah dengan adik kelasnya itu, sehingga menjadi perbincangan yang hangat bagi teman-temannya.
"Kok gak ada hujan gak ada angin tiba-tiba Afif pindah dari sekolah ini," ucap siswi cewek yang sibuk membicarakan Afif.
Sedangkan Aluna saat ini merasa jengkel, karena belum apa-apa musuhnya yang bernama Afif itu sudah pindah duluan, anak itu seperti tidak ikhlas pasalnya dia belum memberi pelajaran yang pantas untuk Afif, karena sudah berani membuat ayahnya percaya kalau dia yang berbohong.
"Kurang ajar banget ya si cupu, belum aku apa-apakan sudah kabur duluan," kesal Aluna sambil menyilangkan tangan diatas dadanya.
"Iya nih si cupu belum kita kerjai sudah menghilang duluan," imbuh Lani sedangkan Rere hanya menyimak.
"Ayo cari tahu itu si cupu pindah kemana" ucap Aluna.
Hingga pada akhirnya Meraka mencari tahu melalui teman-temannya yang diluar sekolah ini, dan kebetulan salah satu dari mereka ada yang memberi tahu kalau di sekolahnya ada murid baru yang kedatangan dari Tunas Bangsa.
"He aku nemu nih, ternyata si cupu sekarang ada di sekolah Harapan," ucap Aluna.
"Bener itu, ya sudah kalau begitu kita main cantik saja untuk mengerjai anak itu," cetus Lani dengan seringai di wajahnya.
"Aku gak ikut-ikutan ya! Lagian kalian ini udah gila ya, orang sudah pindah dari sekolah ini masih saja kalian ganggu dasar sinting," ketus Rere yang langsung meninggalkan kedua temannya itu.
*******
Jam ketiga di sekolah sudah selesai bahkan bel sudah berbunyi itu menandakan kalau anak-anak sudah bisa pulang dan saat ini Afifah juga ikut berhamburan untuk pulang, gadis remaja itu dengan semangat menaiki motornya, dengan kecepatan sedang.
Di perjalanan Afif mulai merasakan aneh di dalam motornya, bahkan sekarang dia mulai melajukan dengan kecepatan yang lumayan tinggi, hingga di depan lamu merah remaja itu mulai kaget ketika remnya blong tidak berfungsi dengan baik.
"Ya Allah ini gimana, jika aku menerobos lampu merah maka, akan banyak korban!" pekik Afif sambil mengendalikan setirnya.
Karena tidak ingin mencelakai orang banyak akhirnya Afif mengambil arah kiri hingga pada akhirnya motor yang iya tumpangi menabrak pohon besar di pinggir jalan.
"Braaaaak .....!" tubuh Afif terpental di aspal.
Pagi semoga suka ya dengan kelanjutan kisahnya. Mohon doanya ya sudah bab 20 semoga dapat retensi yang bagus🤲🤲🤲🤲
regan tambah keren aja bisa menghalau keluarga arya yg sok kaya itu... paling gak buat aluna dipenjara thor. biar jatuh nama baik n harga diri keluarga arya n nadine
kayaknya pa regan jodohnya Amira 🤲
nama baik kok dipertahanin dengan cara jahat....kakek sableng