Jelita Parasnya, wanita cantik yang berpura-pura tampil jelek agar suaminya tidak mencintainya.
Sakura Lerose, pria tampan yang tak pernah tahu bahwa istri jeleknya sedang menjebaknya untuk berkencan dengan wanita cantik.
Siapakah yang akan terjebak dalam jebakan cinta ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siska, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
027 - Alasan Jelita
"Dokter Frans!"
Saka terkejut melihat pria paruh baya yang menyapanya.
Dokter Frans adalah dokter pribadi Saka, dokter yang sudah menangani Saka sejak ia masih kecil.
Saka langsung berdiri dari kursinya, menjabat tangan dan memberi pelukan pada Dokter Frans seakan mereka sudah lama tidak berjumpa.
"Saka, aku tidak melihatmu ke rumah sakit beberapa waktu ini," kata Dokter Frans.
"Maaf, Dokter, aku sekarang lebih sibuk dari biasanya," jawab Saka sambil tersenyum sumringah.
"Meski sibuk, kau tetap harus memperhatikan kondisimu seperti sebelumnya," kata Dokter Frans.
Saka menyeringai kecut, memang benar, pasca divonis mengidap penyakitnya, Saka merasa sudah kehilangan alasan mengapa harus menjaga kesehatannya dengan baik.
Dokter Frans melirik wanita yang mendampingi Saka lalu mengulas senyum penuh makna.
"Dokter, perkenalkan, ini Pretty. Pretty, ini Dokter Frans, dokter pribadiku," Saka memperkenalkan.
Jelita berdiri dan mengulurkan tangannya pada Dokter Frans.
"Pretty," ucap Jelita.
"Frans," kata Dokter Frans.
"Senang bertemu dengan Anda," kata Jelita.
"Senang bertemu dengan wanita secantik Anda," balas Dokter Frans.
"Saka, aku tunggu kau di rumah sakit," kata Dokter Frans.
"Baik, Dokter, nanti aku akan ke rumah sakit," Saka menyeringai.
"Baiklah, kalau begitu, saya permisi dulu," kata pria paruh baya itu.
"Sampai jumpa, Dokter," kata Saka.
Jelita menatap ke arah Saka, ekspresi pria itu terlihat sedikit muram.
"Kau sedang sakit?" tanya Jelita.
"Tidak," jawab Saka dengan cepat.
"Lalu, kenapa dokter pribadimu menyuruhmu ke rumah sakit?" tanya Jelita.
"Hanya pemeriksaan rutin," jawab Saka.
Ekspresi Jelita menegang, dan Saka seakan bisa menebak mengapa wanita itu begitu tegang.
"Tenang saja, Pretty, aku tidak mengidap penyakit menular seksual. Aku bukan tipe pria yang suka celup-celup sana-sini,” kata Saka.
Jelita mengulas senyumnya, entah mengapa ia merasa tidak yakin dengan pengakuan pria itu.
"Oh, begitu, lalu apa yang kau periksa sampai harus ke rumah sakit?" tanya Jelita.
"Pretty, usiaku sudah tidak bisa dibilang muda, namun tua juga belum. Oleh sebab itu aku tentu harus lebih memperhatikan tekanan darahku, kadar gula darahku, kadar lemak dalam darahku. Gadis muda sepertimu jelas belum berpikir seperti itu," jelas Saka.
Mata Jelita membulat mendengar ucapan Saka. Apa pria itu sungguh berpikir bahwa Jelita masih semuda itu?
"Ya, ya, baiklah, terserah Om saja," ceplos Jelita sambil tersenyum manja.
"Apa? Om?" Saka terperangah.
"Iya, Om," Jelita menatap Saka dengan tatapan menggoda.
"Haha, aku jadi ingin menghukum gadis muda yang begitu menggoda," Saka tertawa sambil mencubit cuping hidung wanitanya.
"Mau dong dihukum, Om," goda Jelita.
"Haha!" Saka tertawa lagi. "Berhenti menggodaku, Pretty.”
Tiba-tiba gawai cerdas Saka berdering, muncul nama Toby.
"Sebentar, aku jawab telepon dulu," kata Saka.
Saka beranjak dari tempat duduk, menjauh dari meja tempatnya duduk untuk menjawab panggilan dari Toby.
"Ada apa, Toby?" tanya Saka.
"Saka! Tolong aku!" rengek Toby.
...***...
"Pretty, sebelumnya aku minta maaf, kencan kita hari ini harus berakhir karena aku ada urusan mendadak,” ucap Saka begitu kembali ke mejanya.
"Urusan mendadak?"
"Aku akan mengantarmu pulang," kata Saka.
Jelita menggeleng.
"Maaf, tapi aku masih ingin berada di sini lebih lama," tolak Jelita.
"Tapi, Pretty," kata Saka.
"Tidak apa-apa. Selesaikanlah urusanmu, sampai jumpa di kencan kita selanjutnya," kata Jelita.
"Baiklah," ucap Saka.
Saka tentu tidak bisa memaksa Pretty untuk ikut bersamanya. Ia sungguh paham, ia dan Pretty tidak terikat hubungan apa pun sehingga Saka tidak punya wewenang untuk mengatur Pretty.
...***...
Jelita awalnya ingin menikmati suasana pantai yang ada di restoran tersebut lebih lama.
Toh, ia sudah jauh-jauh datang kemari. Sungguh jarang ia memiliki waktu untuk dirinya sendiri.
Lagipula sekarang masih hari Sabtu, dan pastinya akan menyenangkan jika ia menginap sendiri di cottage yang ada di restoran ini.
Muncul sebuah notifikasi e-mail yang dikirimkan oleh Saka.
E-mail digunakan Saka untuk saling berkomunikasi dengan sang istri, karena pria itu tidak berkenan memberikan nomor telepon pribadinya.
"Bersiaplah, satu jam lagi aku menjemputmu," Jelita membaca pesan yang masuk.
"Hah?! Menjemputku untuk apa?" tanya Jelita.
Jelita paham, ia tidak boleh bertanya jika Saka sudah memberinya perintah.
"Satu jam lagi? Jadi sekarang dia sedang dalam perjalanan pulang ke rumah?"
Jelita terkejut kemudian ia segera mencari transportasi tercepat yang bisa ia tumpangi untuk kembali ke rumah Saka.
Jelita pun menyewa mobil travel yang bisa segera membawanya kembali ke kotanya. Di dalam mobil itu, ia segera berdandan menjadi Jelita yang dikenal oleh Saka.
Ia memulaskan alas bedak tahan air berwarna super gelap untuk membuat kulitnya menjadi sangat gelap.
Berdandan di dalam mobil yang sedang melaju dengan kecepatan tinggi jelas sangat sulit bagi Jelita.
Jelita segera turun dari mobil travel yang mengantarnya ke terminal bus di mana ia memarkirkan mobil pribadinya.
Di dalam mobil itulah, Jelita mengganti pakaian dengan kostum era Victoria serta menata rambut palsunya.
Setelah selesai bersiap-siap, barulah Jelita pulang ke rumah Saka untuk berperan sebagai barang jaminan.
...***...
"Kau dari mana? Kenapa baru datang sekarang? Bukankah sudah kukatakan untuk bersiap?!"
Saka mencecar Jelita yang baru saja tiba di rumah Saka.
Jelita jadi berpikir, apakah pria ini sungguh adalah pria yang sudah menghabiskan malam panas bersamanya dan baru berpisah dengan Jelita tiga jam yang lalu?
"Aku dari rumah orang tuaku," jawab Jelita beralasan.
"Dari rumah orang tuamu? Memangnya siapa yang memberimu izin untuk pergi ke rumah orang tuamu?!" tanya Saka.
"Bukankah kau sendiri yang bilang kalau aku tidak boleh berkeliaran selama kau ada di rumah?" Jelita balik bertanya.
"Lagipula di rumah orang tuaku lebih nyaman, aku bisa tidur di tempat tidurku yang empuk dan nyaman dengan pendingin udara. Sedangkan di dalam lemari pakaianmu sama sekali tidak nyaman," lanjut Jelita.
"Oh, begitukah?!" Saka melotot geram.
"Kalau begitu, mulai sekarang kau kularang pulang ke rumah orang tuamu tanpa seizinku!" tandas Saka.
"Hah?! Apa kau bilang?! Mana bisa kau bersikap seenaknya seperti itu!" protes Jelita.
"Huh?! Sepertinya kau lupa bahwa kau itu hanya barang jaminan! Jadi bersikaplah layaknya barang jaminan!" geram Saka.
Jelita mendelik gusar.
"Kau berani mendelik di depanku?!" sergah Saka.
Jelita menunduk menyimpan rasa kesalnya.
"Sekarang kau harus ikut denganku!"
"Ke mana?" tanya Jelita.
"Kau itu barang jaminan! Kau tidak perlu banyak tanya! Bahkan meski aku membawamu ke neraka sekali pun, lebih baik kau diam dan ikut saja!"
Ya Tuhan! Aku benar-benar benci pria ini! batin Jelita.
Jelita benar-benar kesal dengan sikap Saka yang seperti ini.
Ia jadi bertanya-tanya, apakah kelak Saka akan bersikap semena-mena terhadap Pretty?
Baiklah, aku akan membuat Pretty bersikap semena-mena padamu! Tunggu saja pembalasan Pretty!
...----------------...